- Xiaomi mulai fokus menghadirkan fitur fotografi kelas atas di perangkat premiumnya. Sepertinya kini mereka sedang bersiap meluncurkan ponsel atau HP baru dengan kamera 200 MP.
Berdasarkan rumor dari Digital Chat Station yang dibagikan di Weibo, Xiaomi sedang mengembangkan ponsel dengan kamera 200 MP yang akan menjadi sensor kamera terbesar untuk ponsel. Saat ini sensor kamera terbesar yang bisa digunakan ponsel adalah 108 MP.
Sensor kamera ini diyakini merupakan buatan Samsung dan diprediksi memiliki pixel berukuran 0,64 µm. Spesifikasi lainnya tidak diketahui, tapi bocoran sebelumnya mengatakan sensor ini akan memiliki ukuran 1/1,37 inch, lebih kecil dari sensor GN2.
Tipster Ice Universe belum lama ini mengungkap Samsung akan meluncurkan sensor 200 MP tahun ini sebagai bagian dari portofolio sensor ISOCELL. Tapi Digital Chat Station tidak mengatakan kapan ponsel pertama dengan kamera 200 MP ini akan diluncurkan.
Xiaomi diyakini akan menjadi vendor pertama yang menggunakan teknologi ini karena melihat rekam jejaknya. Saat Samsung meluncurkan kamera 108 MP beberapa tahun yang lalu, Xiaomi menjadi vendor pertama yang menggunakannya, seperti dikutip dari Gizmochina, Selasa (27/4/2021).
Sementara itu, Samsung juga dikabarkan akan menggunakan kamera 200 MP untuk seri Galaxy S22 yang meluncur tahun depan. Kamera ini juga kemungkinan akan digunakan di ponsel atau tablet layar lipat generasi terbarunya.
Ini bukan satu-satunya sensor kamera dengan megapiksel tinggi yang sedang dikembangkan Samsung. Tahun lalu, vendor asal Korea Selatan ini mengumumkan mereka sedang mengerjakan sensor kamera 600 MP untuk ponsel, tapi teknologi ini akan membutuhkan beberapa tahun sebelum diluncurkan secara komersial.
https://kamumovie28.com/movies/girl-asleep/
Ini Asal Muasal Karantina, Ciptaan Ilmuwan Muslim Ibnu Sina
Seorang WNI dari India masuk via Bandara Soekarno-Hatta dan menyogok untuk bebas karantina, padahal karantina bukan perkara main-main. Ini sudah dikenal sejak zaman dulu dan diperkenalkan ilmuwan muslim Ibnu Sina.
Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037) adalah ilmuwan muslim yang dijuluki Bapak Kedokteran Modern. Ia merupakan seorang ilmuwan ternama di Uzbekistan yang belajar karya-karya Aristotles. Ia menjalani puncak karirnya di kerajaan Persia (Iran) pada masa Dinasi Buwaihid.
Ada banyak sekali karya milik Ibnu Sina. Karya terbesarnya adalah ensiklopedia kedokteran berjudul The Canon of Medicine setebal 5 volume yang pertama terbit tahun 1025. Di dalamnya berisi ilmu kedokteran penting dan menjadi dasar bagi kedokteran modern, termasuk tentang karantina.
Wajar karena Ibnu Sina sudah pernah berhadapan dengan wabah di masa hidupnya. Mengutip TRTWorld, Selasa (27/4/2021) Ibnu Sina menciptakan konsep 40 hari mengisolasi pasien untuk melemahkan infeksi menular. Dalam bahasa Arab metode ini disebut 'Al-Arba'iniya' yang berarti 40.
Nama Al Arba'iniya kemudian diserap orang ilmuwan Eropa dengan pelafalan lain. Sejarawan berpendapat Al Arba'iniya adalah cikal bakal kata Quarantine.
Ketika wabah The Black Death melanda di sekitar abab ke-14 dan ke-15, dokter-dokter di Venesia menerapkan metode yang dalam bahasa Italia adalah 'Quarantena'. Ini adalah periode 40 hari isolasi persis ajaran Ibnu Sina untuk semua penumpang kapal sebelum boleh turun ke Venesia.
Hingga kini, karantina masih menjadi upaya untuk mencegah penyebaran virus khususnya SARS-CoV-2 yang saat ini sedang kita perangi di era pandemi COVID-19. Jadi, jangan main-main dengan karantina jika memang sudah melakukan perjalanan atau kontak dengan orang yang dinyatakan positif. Ilmuwan sudah membuktikan ini adalah metode yang terbukti valid untuk mencegah penyebaran pandemi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar