Seorang WNI dari India masuk via Bandara Soekarno-Hatta dan menyogok untuk bebas karantina, padahal karantina bukan perkara main-main. Ini sudah dikenal sejak zaman dulu dan diperkenalkan ilmuwan muslim Ibnu Sina.
Ibnu Sina atau Avicenna (980-1037) adalah ilmuwan muslim yang dijuluki Bapak Kedokteran Modern. Ia merupakan seorang ilmuwan ternama di Uzbekistan yang belajar karya-karya Aristotles. Ia menjalani puncak karirnya di kerajaan Persia (Iran) pada masa Dinasi Buwaihid.
Ada banyak sekali karya milik Ibnu Sina. Karya terbesarnya adalah ensiklopedia kedokteran berjudul The Canon of Medicine setebal 5 volume yang pertama terbit tahun 1025. Di dalamnya berisi ilmu kedokteran penting dan menjadi dasar bagi kedokteran modern, termasuk tentang karantina.
Wajar karena Ibnu Sina sudah pernah berhadapan dengan wabah di masa hidupnya. Mengutip TRTWorld, Selasa (27/4/2021) Ibnu Sina menciptakan konsep 40 hari mengisolasi pasien untuk melemahkan infeksi menular. Dalam bahasa Arab metode ini disebut 'Al-Arba'iniya' yang berarti 40.
Nama Al Arba'iniya kemudian diserap orang ilmuwan Eropa dengan pelafalan lain. Sejarawan berpendapat Al Arba'iniya adalah cikal bakal kata Quarantine.
Ketika wabah The Black Death melanda di sekitar abab ke-14 dan ke-15, dokter-dokter di Venesia menerapkan metode yang dalam bahasa Italia adalah 'Quarantena'. Ini adalah periode 40 hari isolasi persis ajaran Ibnu Sina untuk semua penumpang kapal sebelum boleh turun ke Venesia.
Hingga kini, karantina masih menjadi upaya untuk mencegah penyebaran virus khususnya SARS-CoV-2 yang saat ini sedang kita perangi di era pandemi COVID-19. Jadi, jangan main-main dengan karantina jika memang sudah melakukan perjalanan atau kontak dengan orang yang dinyatakan positif. Ilmuwan sudah membuktikan ini adalah metode yang terbukti valid untuk mencegah penyebaran pandemi.
https://kamumovie28.com/movies/hanna/
Harga Kapal Selam Ini Termahal di Dunia, Tembus Rp 54 Triliun!
Kapal selam militer apa yang beroperasi pada saat ini dan harganya termahal di dunia? Ternyata harga kapal selam tertinggi bukan milik Angkatan Laut Amerika Serikat melainkan Prancis. Sebutannya adalah Triomphant Class.
Triomphant Class terdiri dari 4 jenis. Kapal selam pertama bernama sama, Le Triomphant, diluncurkan tahun 1994 dan telah bertugas sejak 1997. Sedangkan versi terbaru dinamakan Le Terrible, bertugas di lautan sejak 20 September 2010 dan juga paling mahal harganya.
Le Terrible ini biaya pembuatannya ditaksir mencapai 3,1 miliar Euro atau sekitar Rp 54 triliun. Memang kapal selam ini punya kemampuan tempur yang dahsyat.
Pertama-tama, senjatanya adalah rudal balistik nuklir. Le Terrible memakai versi terbarunya, M51 SLBM yang dapat menyasar target sampai sejauh 10 ribu kilometer. Berarti, daratan China atau Amerika Serikat pun dapat dicapainya. Terdapat 16 rudal balistik jenis ini di dalamnya.
Ada pula rudal anti kapal Exocet yang lama diandalkan Perancis dalam berbagai operasi militer. Rudal ini dapat menembak kapal sasaran sampai sejauh 200 kilometer.
Harga kapal selam ini mahal salah satunya karena sumber dayanya pun nuklir sehingga bisa dikatakan dapat menjelajah di dalam lautan tanpa batas. Secara teori, kapal Triomphant Class dapat beroperasi terus menerus tanpa henti selama 25 tahun.
Menurut Military Today yang dikutip detikINET, Selasa (27/4/2021) kapal selam jenis ini begitu besarnya. Le Terrible sendiri beratnya mencapai 12.640 ton di permukaan air. Sedangkan panjangnya 138 meter dan dapat menampung lebih dari seratus awak kapal.
Kapal selam ini dapat beroperasi di kedalaman lebih dari 400 meter. Walaupun ukurannya gambot, ia dapat melaju cepat sampai 46 kilometer per jam di bawah laut.
Kapal selam tersebut dibuat oleh perusahaan pertahanan Perancis, Naval Group. Harga kapal selam ini memang begitu mahal, tapi dianggap sebanding untuk menjaga supremasi Angkatan Laut Perancis di samudera dan bersaing dengan negara militer besar lain seperti AS dan Inggris.
Mau patungan beli kapal selam ini, detikers?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar