Tampaknya tidak ada satupun tempat di dunia yang aman dari COVID-19. Bahkan di base camp Everest, gunung tertinggi di dunia, puluhan pendaki sampai harus dievakuasi karena terkonfirmasi positif.
Erland Ness, seorang pendaki dari Norwedia yang dievakuasi dari base camp Everest akhir April mengkonfirmasi hal itu kepada CNN. Ia terkonfirmasi positif COVID-19 saat tiba di rumah sakit di Kathmandu, Nepal.
"Saat saya dites positif, rasanya mengejutkan. Dan lalu saya sadar bahwa ekspedisi berakhir bagi saya," kata Ness.
"Impian saya tadinya mencapai puncak dan melihat pemandangan," lanjutnya.
Pendaki dari Polandia, Pawel Michalski, menceritakan di Facebook bahwa 30 orang dievakuasi dari base camp dan hasil tesnya positif. Everest ER, organisasi yang memberikan bantuan pada para pendaki, menyebut beberapa pendaki mengisolasi diri di tenda.
"Lebih dari 30 orang sudah dievakuasi menggunakan pesawat baling-baling ke Kathmandu dengan gejala edema paru, kemudian dinyatakan positif corona," tulis Michalski.
Pemerintah Nepal sebenarnya melarang pendaki membagikan foto pendaki lain tanpa persetujuan. Namun rumor menyebut, penularan COVID-19 di kalangan pendaki sudah tinggi, bahkan bukan hanya di Everest.
Mingma Sherpa, kepala operator Seven Summits Trek menceritakan, sedikitnya 19 orang dievakuasi dari camp pendakian di Dhaulagiri, puncak tertinggi ketujuh di dunia. Tempat ini berjarak 345 km sebelah barat Everest.
Dari jumlah tersebut, positif dan 12 lainnya akan menjalani tes setelah menunjukkan gejala.
https://maymovie98.com/movies/demon-slayer-kimetsu-no-yaiba-the-movie-mugen-train/
Krisis COVID-19, Banyak Anak di India Telantar karena Ortunya Meninggal
- Tsunami COVID-19 di India telah memakan banyak korban jiwa. Imbasnya, tak sedikit anak-anak di negara itu harus kehilangan orang tuanya karena meninggal akibat virus Corona.
Hal ini diungkapkan oleh sebuah kelompok perlindungan anak di India, Bachpan Bachao Andolan (BBA). Mereka mengatakan kejadian ini lebih banyak terjadi di komunitas miskin di India.
"Karena jumlah kematian meningkat, krisisnya adalah anak-anak kehilangan orang tuanya, atau pengasuhnya karena dirawat di rumah sakit, dan tidak ada yang merawat mereka," ucap Dhananjay Tingal, direktur BBA, dikutip dari Channel News Asia.
Terlebih adanya stigma di masyarakat membuat orang-orang menjadi enggan untuk membantu anak-anak tersebut.
"Tetangga dan keluarga besar (mereka) tidak mau membantu karena takut tertular, memperlakukan keluarga ini hampir seperti orang buangan," kata Tingal.
Tingal pun mengaku saat ini pihaknya banyak menerima panggilan telepon tentang anak-anak di tengah situasi lonjakan COVID-19 ini. Mereka bisa menerima laporan sampai 70 panggilan setiap harinya.
Keluhannya pun beragam, dari meminta bantuan apakah anak-anak mereka bisa dirawat sementara selama orang tuanya sakit hingga kondisi anak yang ditinggalkan orang tuanya karena meninggal dunia.
Dikutip dari data Worldometers pada Jumat (7/5/2021) pagi, total kasus COVID-19 di India sudah mencapai 21.485.285 kasus. Jumlah pasien yang sudah sembuh sebanyak 17.597.410 orang, sedangkan 234.071 lainnya meninggal dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar