Normalnya, Miss V memang tidak mungkin mengeluarkan aroma yang wangi semerbak. Ada bau khas yang mungkin dianggap tidak sedap oleh sebagian orang, adalah hal yang normal karena pengaruh mikroba yang ada.
Tetapi bukan berarti semua bau yang keluar dari Miss V bisa dianggap normal. Bau tertentu bisa mengindikasikan adanya masalah dan harus dikonsultasikan ke dokter.
Dokter spesialis kulit dan kelamin dari Klinik Pramudia, dr Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, juga mengatakan pada dasarnya vagina yang normal itu tidak memiliki bau. Jika ada bau yang menyengat atau aneh, bisa jadi disebabkan jamur atau mikroorganisme yang ada di vagina.
"Jamur yang sering ada di vagina yaitu candida albicans yang menyebabkan penyakit kandidiasis dan akan mengeluarkan lendir atau menimbulkan bau yang amis," kata dr Anthony saat dihubungi detikcom, Kamis (6/5/2021).
"Selain bau yang agak amis, biasanya mengeluarkan cairan berwarna putih, kental, kehijauan, atau putih menggumpal seperti susu basi. Tapi, saya rasa itu hal yang normal dan wajar terjadi pada vagina," jelasnya.
Sebelumnya, dokter spesialis kulit dan kelamin Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK(K), FINSDV, FAADV, dari DNI Skin Centre, mengatakan bau vagina dikatakan normal jika tidak ada gejala keputihan yang tidak sehat. Bau yang menyengat dan amis, itu bisa menandakan adanya infeksi akibat jamur, bakteri, atau parasit.
Sedangkan menurut dr Anthony, bau-bau yang tidak biasa pada vagina sebaiknya diperiksakan ke dokter agar bisa segera diatasi.
https://cinemamovie28.com/movies/portland-street-blues/
India Diamuk COVID-19, Pecah Rekor 4.000 Lebih Kematian dalam Sehari
India mencetak rekor baru 4.187 kasus kematian dalam sehari akibat badai COVID-19, Sabtu (8/5/2021). Angka ini menjadikan total kematian mencapai 238.270 kasus sejak pandemi melanda.
Pada hari yang sama, tercatat ada penambahan 401.078 kasus baru sehingga total terkonfirmasi sejauh ini mencapai 21,9 juta kasus. Dengan angka ini, India menjadi negara penyumbang kasus tertinggi nomor dua setelah Amerika Serikat.
Dikutip dari Aljazeera, para pakar meragukan angka kematian dalam laporan resmi. Mereka juga memperkirakan gelombang tsunami COVID-19 kali ini belum akan mencapai puncak hingga akhir Mei, sehingga butuh langkah yang lebih serius.
Tingginya kasus kematian membuat krematorium di negara tersebut tidak berhenti beroperasi. Di beberapa tempat, kremasi bahkan dilakukan di tempat umum seperti taman dan area parkir.
Di rumah sakit, kelangkaan oksigen juga menjadi tantangan tersendiri. Panduan cara bikin oksigen sendiri banyak dicari di internet, meski para pakar mengingatkan hal itu terlalu berisiko.
Vaksin Corona Sinopharm Dapat Izin WHO, Sinovac Segera Menyusul?
Pemberian izin darurat untuk vaksin Sinopharm oleh organisasi kesehatan dunia WHO membuka peluang bagi vaksin Corona buatan China lainnya, CoronaVac dari Sinovac. Keputusannya diperkirakan keluar dalam waktu dekat.
Vaksin Sinopharm mendapatkan emergency use listing (EUL) dari WHO baru-baru ini. Perwakilan WHO untuk China Dr Gauden Galea menilainya sebagai milestone yang bakal meningkatkan pasokan vaksin global secara signifikan.
"Keputusan yang diumumkan Jumat oleh WHO di Jenewa untuk memberikan EUL pada vaksin COVID-19 yang dibuat di China mewakili sebuah milestone pencapaian," katanya, dikutip dari Livemint.
Menurutnya, persetujuan untuk vaksin Sinopharm bisa mendorong pengakuan WHO untuk 15 vaksin COVID-19 lainnya yang dikembangkan di China. Termasuk di antaranya, vaksin CoronaVac buatan Sinovac yang diperkirakan bakal mendapat persetujuan dalam beberapa hari ke depan.
"Ini seharusnya juga mendorong kontribusi yang lebih besar dari China untuk pasokan global dan keadilan vaksin," kata Dr Galea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar