Kamis, 30 Juli 2020

Kisah Sedih Wanita Surabaya yang Ayah, Ibu dan Kakak Meninggal karena Corona

Kisah Dea Winnie Pertiwi yang kehilangan ayah, ibu dan kakaknya secara bersamaan karena Corona ini viral sepekan belakangan. Kepada Wolipop, Dea berbagi secara lengkap cerita pilunya dengan berlinang air mata.
Dea yang tinggal di Surabaya harus ditinggal selamanya oleh kakak pertamanya Debby Kusumawardhani, ayahnya Gatot soehardono dan sang ibunda, Christina Sri Winarsih. Ketiganya meninggal dalam waktu berdekatan yang penyebabnya adalah serangan virus COVID-19. Satu-satunya keluarga kandung dalam hidup Dea kini tinggal kakak keduanya.

Cerita pilu Dea kehilangan tiga anggota keluarganya sekaligus karena Corona berawal dari kakak pertamanya, Debby, yang tengah hamil delapan bulan. Sang kakak mulai merasakan gejala terinfeksi virus Corona setelah datang ke rumah sakit untuk melakukan kontrol kehamilan pada pertengahan Mei 2020.

"Aku inget banget pada 19 Mei 2020, kakakku yang pertama kali ke rumah sakit. Dia bilang kalau badannya panas dan demam tinggi. Akhirnya dia berobat, rapid test dan hasilnya non reaktif. Karena mau melahirkan dan hamil tua rentan sesak, jadi kami sekeluarga mikirnya bukan COVID-19. Tapi dia semakin tak bisa nafas, batuk parah dan merasa sesak," ujar Dea saat dihubungi Wolipop via telepon Selasa (28/7/2020).

Dea mengatakan semakin lama kondisi kakak pertamanya semakin memburuk. Dea juga mengisahkan, kakak pertamanya, Debby beberapakali dilarikan ke IGD karena sesak nafas. Namun oleh dokter kemudian diminta melakukan rawat jalan karena kondisi Debby masih bisa berjalan dan saat itu tak ada ruangan isolasi untuk ibu hamil.,

"Sampai akhirnya kakaku benar-benar sudah tidak kuat dan tidak bisa nafas. Langsung dilarikan ke IGD lagi. Dan langsung dinyatakan gagal nafas sama rumah sakit. Karena saturasi oksigennya di bawah 50. Dan kita nggak sadar jari-jari kakakku sudah biru. Langsung dipasang ventilator, ternyata bayi yang ada di dalam kandungannya sudah tidak ada detak jantungnya. Kakakku langsung kritis dan masuk ICU," tutur Dea.

Saat Debby menjalani perawat di ICU, ibunda Dea meminta pada anaknya itu untuk diantar berobat ke rumah sakit. Tepatnya pada 26 Mei 2020, sang ibu merasakan demam tinggi, sesak nafas dan batuk. Ibundanya pun menjalani Rapid Test dan hasilnya reaktif. Dan Dea mengajukan agar ibunya menjalani tes swab, namun menurut pihak rumah sakit baru bisa dilakukan pada 2 Juni 2020.
https://indomovie28.net/laundry-show/

"Dan disuruh isolasi mandiri. Padahal sudah minta opname. Terus kemudian nularlah ke papaku. Ibu bilang papaku tidak ada gejala apapun, tapi lemas, keseimbangannya hilang dan sudah tidak memungkinkan tinggal di rumah, minta ke rumah sakit. Akhirnya ke rumah sakit, Rapid Test hasilnya reaktif, foto thorax, full bercak putih," kisah Dea yang berusia 28 tahun itu.

Meski sudah dalam kondisi yang menunjukkan gejala terinfeksi virus Corona, Dea mengatakan kedua orangtuanya tidak bisa mendapatkan tes swab. Mereka tetap diminta menunggu hingga 2 Juni 2020. Pada 29 Mei 2020, ayah dan ibu Dea dirawat bersama di ruang isolasi rumah sakit. Mereka ditempatkan dalam satu kamar. Sedangkan kakak pertamanya dirawat di rumah sakit yang berbeda.

Sehari setelah masuk ruang isolasi, Dea mengisahkan, ayahnya meninggal dunia keesokan paginya. Dia mengetahui sang ayah meninggal dari sang ibu yang menghubungi kakak keduanya.

Perasaan Dea semakin berkecamuk ketika diberitahu oleh kakak iparnya yaitu suami Debby bahwa bayi dalam kandungan kakaknya sudah meninggal dunia. Namun dokter belum berani mengeluarkan janin tersebut karena Debby dalam keadaan kritis.

"Sampai akhirnya dokter menyatakan bisa dikeluarkan karena paru-parunya mulai membaik. Kakak iparku ke rumah sakit untuk persetujuan pengeluaran janin. Setelah papaku dikuburkan, janinnya berhasil dikeluarkan dan kakakku kembali ke ruangan ICU. Dini harinya jam 00.00 kakak iparku ditelepon rumah sakit bahwa kakakku kritis. Jam 02.10 aku ditelpon kakak iparku bahwa kak Debby meninggal dunia," ujar Dea.

Kakak pertama Dea, Debby, meninggal dunia sehari setelah ayahnya yaitu pada 31 Mei 2020. Pada saat itu, ibunda Dea, belum mengetahui kalau anak pertamanya sudah meninggal dunia. Dan sang ibu pun ketika itu masih bisa berkomunikasi dengannya via Whats App. Namun dia memilih tidak memberitahukan mengenai meninggalnya Debby karena khawatir kondisi ibunya menurun.

"Aku takut mamaku semakin drop, karena setiap kontak dia mengeluh semakin sesak dan tidak bisa nafas. Aku takut kalau mamaku tahu akan semakin nge-drop kondisinya," ujarnya.

Setelah ayah dan kakak pertamanya meninggal dunia, Dea tidak pernah absen memantau kondisi ibunya. Setiap hari dia datang ke rumah sakit tempat ibunya dirawat dan bertanya pada perawat mengenai kondisi sang ibu.
https://indomovie28.net/laskar-pelangi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar