Cuitan pertama CEO Twitter Jack Dorsey yang dilelang sebagai non-fungible token (NFT) akhirnya terjual dengan harga USD 2,9 juta atau sekitar Rp 41 miliar.
Dorsey mengunggah cuitan pertamanya di Twitter pada 21 Maret 2006 bertuliskan, "Just setting up my twttr." Cuitan itu ia lelang lewat platform Valuables by Cent pada 5 Maret.
Begitu diumumkan, penawaran terhadap cuitan Dorsey langsung melonjak dengan cepat. Ia pun mengatakan akan menutup penawaran pada 21 Maret, sering dengan peringatan 15 tahun cuitan tersebut.
Penawar tertinggi cuitan tersebut adalah Sina Estavi, CEO perusahaan blockchain Bridge Oracle. Estavi awalnya menawar cuitan tersebut dengan harga USD 2,5 juta dan menjadi penawar tertinggi sejak 6 Maret, tapi ia menaikkan tawarannya di saat-saat terakhir.
Estavi membayar cuitan tersebut menggunakan mata uang kripto Ether sebanyak 1.630,58 ETH. Saat dimintai komentarnya oleh Reuters, Estavi mengatakan ia bersyukur, seperti dikutip dari The Verge, Selasa (23/3/2021).
Tapi Estavi hanya membeli sertifikat digital yang membuktikan kepemilikannya atas cuitan tersebut yang unik karena telah diverifikasi oleh kreatornya. Cuitan Dorsey tetap akan bisa dilihat dan dibagikan oleh siapa saja di Twitter.
NFT sendiri bisa berbentuk apa saja, mulai dari karya seni, video atau bahkan cuitan. Kepemilikan aset digital ini akan dicatat dalam blockchain. Masing-masing NFT juga unik dan langka, seperti barang koleksi yang tidak bisa ditiru.
Seperti janjinya, Dorsey menyumbangkan hasil penjualan cuitan ini ke GiveDirectly Africa Response dalam bentuk bitcoin. GiveDirectly adalah organisasi amal yang memberikan uang langsung kepada mereka yang membutuhkan.
https://movieon28.com/movies/the-walk-home/
Dewa Kipas Garang di Online, Memble di Offline
- Dewa Kipas punya akurasi tinggi dan konsisten saat bermain catur online di platform chess.com. Akan tetapi berbeda halnya saat bertanding melawan Irene Kharisma Sukandar, Dewa Kipas banyak melakukan blunder.
Salah satu polemik dalam sensasi Dewa Kipas adalah akurasi bidak caturnya yang sangat tinggi saat berlaga chess.com. Hal itu pula yang jadi sorotan GothamChess alias Levy Rozman usai kalah darinya dan kemudian juga oleh Percasi dan pihak lainnya.
Pada intinya, sebelum tanggal 22 Februari, Dewa Kipas memiliki grafik naik turun, kadang main bagus, kadang kurang bagus. Nah, grafik naik turun adalah manusiawi dan wajar serta terjadi pada semua pemain termasuk Grand Master Irene Kharisma Sukandar dan Susanto Megaranto.
Namun setelah 22 Februari, grafiknya menjadi anomali dengan selalu konsisten bermain bagus. Grafiknya di atas terus dengan akurasi tertinggi mencapai 95%.
Nah, di sinilah banyak pihak mempertanyakan bagaimana Dewa Kipas punya permainan yang stabil di atas 90% dari 22 Februari sampai akhirnya diblokir pada 2 Maret oleh Chess.com yang melakukan investigasi.
Dalam pertandingan sesungguhnya, Dewa Kipas tidak mampu menunjukkan kemampuan yang sama seperti saat bermain online, bahkan jauh di bawah. "Jadi Irene Sukandar telah mengalahkan Dewa Kipas 3-0. Akurasinya (Dewa Kipas) kurang dari 40% di game tersebut. Lebih dari sejuta orang menonton pertandingannya," kicau GothamChess, seperti dilihat Selasa (23/3/2021).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar