Sebuah maskapai penerbangan baru bakal muncul di dunia penerbangan Indonesia. Super Air Jet namanya, maskapai ini mengusung bentuk perusahaan sebagai startup dan akan fokus pada pasar penerbangan generasi milenial.
Maskapai ini bakal dipimpin oleh seorang CEO bernama Ari Azhari. Super Air Jet juga dilaporkan memiliki hubungan erat dengan Lion Air Group.
Ari Azhari sendiri disebut pernah memegang jabatan penting di Lion Air Group, yaitu sebagai manajer umum.
Saat ini Super Air Jet sedang dalam proses mendapatkan izin terbang. Mereka akan memulai usahanya di industri penerbangan Indonesia bermodal pesawat Airbus SE A320. Pesawat itu memiliki 180 kursi. Mereka akan berfokus pada rute domestik sebelum kemudian ekspansi internasional.
"Super Air Jet didirikan atas dasar optimisme bahwa peluang pasar khususnya penerbangan domestik di Indonesia masih ada dan terbuka lebar. Ada permintaan yang sangat kuat dari masyarakat untuk perjalanan udara saat ini, terutama dari kaum milenial," kata Ari Azhari dalam pernyataannya kepada Reuters, Senin (3/5/2021).
Kemudian, dari informasi yang berasal dari Kementerian Perhubungan, ada beberapa proses yang harus diselesaikan Super Air Jet sebelum bisa terbang di Indonesia. Dan belum jelas kapan selesai pengurusannya.
Pasar penumpang pesawat Indonesia sendiri dinilai cukup besar dan menjanjikan. Pasalnya, Indonesia merupakan negara dengan kepulauan dengan ribuan pulau, saat ini merupakan pasar penerbangan terbesar keenam di dunia berdasarkan kapasitas
https://kamumovie28.com/movies/ouija-shark/
Coworking Space Berguguran! Startup Tutup Plus Dihantam WFH
Tren bekerja dari rumah alias work from home (WFH) sudah marak diterapkan sejak pandemi melanda dunia pada tahun 2020. Di DKI Jakarta, kantor-kantor pun hanya boleh diisi dengan kapasitas maksimal 75%, sementara sisanya bekerja dari rumah.
Ternyata, gaya baru bekerja ini berdampak pada bisnis coworking space, khususnya di Jakarta. Senior Director of Office Services Department Colliers International Bagus Adikusumo mengatakan, saat ini sebagian besar operator coworking space sedang menyusun ulang model bisnisnya untuk memberikan penawaran baru kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan kantor.
Hal itu dilakukan karena permintaan akan sewa coworking space berkurang, seiringan dengan kebijakan WFH dan banyak startup yang berjatuhan.
"Jadi dengan WFH, startup companies banyak berguguran, sehingga perusahaan-perusahaan coworking space mulai melakukan evaluasi bisnis modelnya," kata Bagus kepada detikcom, Senin (3/5/2021).
Operator coworking space sendiri menyewa area kerja di gedung kepada pemilik gedung. Ketika permintaan berkurang, para operator kesulitan membayar sewa, dan akhirnya menyusun ulang model bisnis yang lebih mengacu pada pengurangan cabang.
Bagus melanjutkan, apabila para operator masih bisa bertahan, beberapa di antara mereka melakukan negosiasi ulang kepada pemilik gedung alias landlord agar biaya sewa lebih murah.
"Pada saat mereka kesulitan, mereka nggak bisa melanjutkan beberapa center-nya, mau nggak mau mereka re-negotiate bahkan terminate. Nah itu yang terjadi sekarang," ujarnya.
Ia mengatakan, ada beberapa operator coworking space yang menutup 30% dari total cabangnya, ada juga yang menutup hanya 5-10% dari total cabangnya.
"Ada coworking space yang terlalu agresif, sekarang banyak sekali dia mengurangi space-nya, mungkin sampai 30% ada mengurangi cabangnya. Tapi ada juga yang hanya 5-10%. Jadi beda-beda dari starting point mereka. Kalau starting point terlalu banyak (membuka cabang terlalu banyak), ya menguranginya juga banyak," jelas Bagus.
Ia menyimpulkan, sejauh ini para operator coworking space di Indonesia memang banyak yang mengurangi cabang, namun masih bisa bertahan alias tidak bangkrut.
"Nggak ada yang tutup bisnisnya. Jadi mereka mengurangi cabang, nggak ada yang tutup bisnisnya," tandas dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar