Senin, 06 Juli 2020

Pemerintah Singapura Jajaki Produksi Alat Tes Swab Pakai Printer 3D

Pemerintah Singapura disebut tengah menjajaki alat untuk tes swab COVID-19 yang diproduksi menggunakan 3D printer.
Alat yang dimaksud adalah swab stick, atau tongkat yang kecil yang dimasukkan ke dalam hidung orang yang akan dites swab polymerase chain reaction (PCR). Hal ini diutarakan oleh Sugianto Kolim, founder United Additive Manufacturing, perusahan yang menyediakan jasa 3D printing industrial.

"Produksi swab stick dengan 3D printer industrial sangat efektif dan flexible, berhubung bentuk dapat diubah langsung tanpa membuat molding terlebih dahulu seperti teknologi injeksi. Kecepatan produksi pun cepat kurang lebih 2000 stick per hari per printer," ungkapnya dalam keterangan yang diterima detikINET.

Lebih lanjut pendiri Klix3D, perusahaan 3D printing di Indonesia ini juga berujar, saat ini pemerintah Indonesia juga mendukung alat tes swab COVID-19 termasuk swab stick untuk diproduksi lokal.

Menyambut baik anjuran pemerintah tersebut, pihak UAM menurut Sugianto sedang menjajaki mitra di Indonesia untuk menduplikat fasilitas mereka yang ada di Singapura ke Indonesia. Saat ini fasilitas cetak 3D UAM di Singapura mampu mencetak berbagai materi seperti plastik untuk swab stick dan kebutuhan industri lainnya termasuk cetak 3D metal.

Untuk diketahui, cetak metal dengan 3D printer industrial juga bisa dipakai untuk memproduksi barang yang bentuknya sangat kompleks yang tidak mungkin bisa dibuat dengan cara tradisional. Adapun materi yang bisa digunakan seperti Aluminum, Stainless steel, Nikel Alloy, Cobalt Chrome dan Titanium.

"Cetak 3D metal sudah digunakan untuk berbagai aplikasi dari industri, kesehatan seperti implan Titanium sampai dengan mesin roket yang lebih efisien dan kompak," ungkap Sugianto.

Untuk diketahui 3D printer tidak seperti printer pada umumnya, karena masyarakat biasanya hanya mengenal printer untuk mencetak hasil yang berbentuk dua dimensi misalnya gambar dan tulisan (2D).

Pada 3D printer, objek yang dicetak merupakan sesuatu yang akan berbentuk tiga dimensi (3D) seperti swab stick untuk tes swab. Model 3D yang sedang dicetak tersebut akan melalui proses pencetakan layer per layer. Seluruh proses tersebut sering dikenal dengan istilah prototyping atau 3D Printing.

"Saat ini 3D printer lebih banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang membutuhkan konsep mengenai bisnisnya karena untuk membuat konsep tersebut, perusahaan memerlukan proses yang cepat. Pada kasus tersebut 3D printer selalu menjadi jawaban untuk memenuhi kepentingan para pengusaha tersebut. Perlu diketahui bahwa 3D Creation (3D Design, 3D Printing, and 3D Printer) merupakan teknologi yang kedepannya akan banyak digunakan oleh semua orang. Dengan melihat perkembangan saat ini, 3D printing tidak hanya digunakan oleh perusahaan bisnis berskala besar semata, perushaan UMKM pun bahkan pribadi pun bisa memanfaatkan teknologi ini," tutup Sugianto.

End-to-end Encryption WhatsApp, Aman Tidak?

 WhatsApp merupakan platform messaging yang paling banyak digunakan di dunia. Tapi apakah end-to-end encryption WhatsApp aman?
Merujuk dari situs resmi WhatsApp, pihaknya menekankan bahwa enkripsi ini aman dan tidak seorang pun yang bisa membaca pesan yang Anda kirimkan kepada orang lain.

"End-to-end Encryption WhatsApp tersedia ketika Anda dan orang-orang menggunakan aplikasi kami. Banyak aplikasi messaging yang hanya mengenkripsi pesan antara Anda dengan mereka, tapi End-to-end Encryption WhatsApp memastikan hanya Anda serta orang yang Anda ajak berkomunikasi yang bisa membaca apa isi pesan yang dikirimkan, bahkan WhatsApp tidak dapat (membaca pesan -- red)," tulis WA.

Banyak ahli juga yang mendukung bahwa WhatsApp terbilang aplikasi yang terbilang aman semenjak adanya end-to-end encryption, sekalipun aplikasi manapun pasti punya celah untuk disisipi.

"Saya tidak berpikir end-to-end encryption tidak ada gunanya hanya karena kerentanan kadang-kadang ditemukan," kata Dr Jessica Barker dari perusahaan keamanan cyber Cygenta mengutip BBC.

"Enkripsi adalah hal yang baik yang memberi kita perlindungan dalam banyak kasus," pendapatnya.

Keamanan cyber bisa disebutkan sebagai permainan kucing dan tikus. End-to-end enkripsi mempersulit penyerang untuk membaca pesan, bahkan jika mereka akhirnya menemukan cara untuk mengakses beberapa di antaranya.

Tapi kok ada yang WhatsApp-nya kena hack? Eits, jangan salahkan aplikasi secara langsung. Bisa jadi celah datang dari kelalaian pengguna dengan membocorkan kode OTP. Kadang, korban kecele dengan modus tautan verifikasi yang bisa membuat akun WA berpindah tangan ke pelaku peretasan.

Oleh karena itu, tugas kita juga untuk memastikan melakukan langkah-langkah untuk mengamankan WhatsApp dengan verifikasi dua langkah dan mengatur PIN yang tidak mudah ditebak. Jangan asal memencet link yang tidak tahu aman atau tidak. Kalau menurut kalian apakah end-to-end encryption di WhatsApp sudah aman, detikers?
https://kamumovie28.com/cast/moon-ga-young/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar