Pandemi Corona masih belum usai, dalam dua pekan terakhir 9 dokter dilaporkan meninggal dunia akibat COVID-19. Berdasarkan catatan Tim Mitigasi PB IDI, ada 136 dokter yang wafat karena COVID-19 sejak pandemi.
Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI dr Ari Kusuma Januarto, SpOG(K) menilai angka kematian tersebut semakin mengkhawatirkan. Menurutnya, saat ini Indonesia dalam situasi kritis terkait pelayanan kesehatan.
"Sudah ratusan tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia meninggal dalam tugas pelayanan yang terpapar COVID-19, ini adalah situasi krisis dalam pelayanan kesehatan saat ini," jelas dr Ari salam rilis yang diterima detikcom Kamis (15/10/2020).
"Situasi ini tidak akan pernah selesai apabila tidak ada kerjasama penuh dari masyarakat sebagai garda terdepan," lanjutnya.
Berikut sebaran dokter yang meninggal akibat COVID-19.
Jawa Timur: 32 dokter
Sumatera Utara: 23 dokter
DKI Jakarta: 19 dokter
Jawa Barat: 12 dokter
Jawa Tengah: 9 dokter
Sulawesi Selatan: 6 dokter
Bali: 5 dokter
Sumatera Selatan: 4 dokter
Kalimantan Selatan: 4 dokter
Aceh: 4 dokter
Kalimantan Timur: 3 dokter
Riau: 4 dokter
Kepulauan Riau: 2 dokter
DI Yogyakarta: 2 dokter
Nusa Tenggara Barat: 2 dokter
Sulawesi Utara: 2 dokter
Banten: 2 dokter
Papua Barat: 1 dokter.
https://nonton08.com/thief-thief-super-thief/
Tangkal Wabah Berbahaya, Vaksin Harus Lolos Standar Keamanan
Dokter spesialis anak dari Yayasan Orangtua Peduli Windhi Kresnawati mengatakan hanya penyakit yang tergolong berbahaya saja yang dibuatkan vaksin. Hal ini karena proses pembuatan vaksin mulai dari meneliti hingga akhirnya diproduksi itu mahal dan panjang.
Dalam webinar Cek Fakta Seputar Mitos Vaksin yang digelar Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Windhi memastikan semua vaksin yang sudah beredar dan disuntikkan kepada masyarakat itu telah melalui tahap penelitian yang penuh kehati-hatian dan sudah lolos standar keamanan yang ketat.
Ia pun memperlihatkan gambaran proses pembuatan vaksin, misalnya sebelum dilakukan uji manusia, calon vaksin diujikan pada benda mati di laboratorium dan hewan.
"Apakah nanti ada bahaya kalau vaksin keluar? Kalau dilihat dari proses pembentukkannya, keamanan menjadi syarat wajib vaksin. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) belum tentu berhubungan dengan vaksin. Kalau dia berat maka vaksin tidak akan dilaunching. Karena artinya dia (vaksin) tidak efektif," kata Windhi dalam keterangan tertulis, Kamis (15/10/2020).
Setelah diedarkan, vaksin pun tetap dipantau dengan ketat. Misalnya terkait aturan pembatasan usia.
"Umur berapa saja bisa diimunisasi. Misalnya seperti Difteri Pertusis usia 6 minggu. Setelah dijawab setelah riset keluar. apakah aman, kalau sudah di-launching sudah dijamin karena keamanan diteliti dalam lab," ucapnya.
Jadi tidak heran hanya penyakit yang berbahaya saja baru dicarikan vaksinnya. Tujuannya supaya benar-benar ampuh membangun kekebalan tubuh.
"Vaksinasi dilakukan untuk memunculkan kekebalan tubuh terhadap penyakit mematikan," kata dia.
Menurutnya, kekebalan individu penting karena bisa mendorong terwujudnya kekebalan kelompok (herd immunity). Bila kekebalan kelompok terbentuk, imbuhnya, penyakit berbahaya dengan sendirinya tertangkal. Semakin banyak individu yang kebal, akan terbentuklah kekebalan kelompok (herd immunity).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar