Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai vaksin. Ada yang beranggapan vaksin itu obat, virus yang dilemahkan, hingga memiliki efek samping yang menakutkan. Lalu, apa sih sebenarnya definisi vaksin, standar keamanan, dan fakta soal efek sampingnya?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, mengatakan vaksin dimasukkan ke dalam tubuh melalui dua cara yakni disuntikkan atau diteteskan. Vaksin akan memicu sistem kekebalan tubuh manusia. Kemudian sel-sel imunitas akan teraktivasi yang pada akhirnya membentuk antibodi.
"Ini ibaratnya sekelompok pasukan tentara atau polisi yang kelak akan mengenali virus atau bakteri. Bila kita terpapar di esok hari, kita sudah punya kekebalan," katanya dalam keterangan tertulis, Senin (19/10/2020).
Dalam forum dialog 'Lindungi Diri Saat Pandemi' yang diselenggarakan di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pada Sabtu (17/10), Dirga mengatakan prinsip imunisasi atau vaksin adalah untuk merangsang tubuh agar memiliki kekebalan tubuh tanpa harus sakit terlebih dahulu.
"Kalau bicara soal vaksin, bagaimana cara membuat vaksin, membuat vaksin amat sangat sulit karena vaksin diberikan kepada orang sehat, vaksin itu bukan obat. Vaksin diberikan untuk pencegahan," tambahnya.
Proses pembuatan vaksin sangat panjang. Dimulai dari para peneliti yang menetapkan ingin membuat vaksin A, misalnya. Setelah itu, vaksin masih harus diuji ke hewan percobaan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
"Kalau sudah terbukti efektif dan aman, baru diuji manusia, disebut uji klinis fase I, II, dan III. Nanti sekalipun sudah ada izin edar, tetap di-monitoring pada fase keempat," tekannya.
Ia menilai proses yang sangat panjang ini untuk memastikan vaksin yang diproduksi harus aman karena tidak ada tawar menawar dalam hal keamanan.
"Membuat vaksin sangat kompleks. Jangan dibayangkan obat-obat dicampur di mangkok (terus jadi). Mulai dari ditumbuhkan virus/bakterinya, kita ada panen, kita formulasi, dicuci sampai jutaan kali, sampai hasil akhir jadi vaksin. Prosesnya rumit dan tidak main-main sehingga kualitasnya terjaga," kata dia.
Dalam kasus luar biasa seperti pandemi COVID-19, industri kesehatan mempercepat proses penemuan vaksin, tetapi tentu saja tidak meninggalkan prinsip kehati-hatian dan keamanan. Bahkan saat sudah mendapat izin edar, keamanan vaksin terus diawasi oleh berbagai lembaga.
Berbagai lembaga tersebut antara lain, ada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) selaku pengawas di Indonesia, lalu ada Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, dan ada World Health Organization (WHO).
https://indomovie28.net/our-times-2015/
Apakah Virus Corona Dapat Menular Lewat Paket Kiriman? Ini Jawabannya
Selama pandemi COVID-19, paket kiriman menjadi layanan pilihan demi mencegah penularan virus Corona. Layanan saat membeli makanan atau barang ini bisa mengurangi peluang kontak langsung dengan orang lain sesuai prinsip social distancing.
Namun virus Corona diketahui dapat bertahan di berbagai permukaan benda termasuk plastik, kardus atau stainless steel yang kerap digunakan sebagai pembungkus paket kiriman.
Dengan begitu, apakah virus Corona dapat menular lewat paket kiriman?
Dikutip dari situs Badan Kesehatan Dunia atau WHO, layanan paket kiriman aman asal penyedia layanan menerapkan protokol kebersihan. Penerima paket kiriman juga harus menerapkan upaya pencegahan COVID-19.
"Setelah menerima makanan atau paket kiriman harus cuci tangan," tulis WHO dilihat detikcom pada Senin (19/20/2020).
Dikutip dari The Economic Times, risiko apakah virus Corona dapat menular lewat paket kiriman disuarakan Korea Selatan. Beberapa penyedia layanan paket kiriman melaporkan kasus COVID-19 dari gudangnya.
"Virus dapat bertahan hingga lebih dari 24 jam pada kardus dan lebih dari tiga hari pada permukaan seperti stainless steel. Belum ada riset lamanya riset bisa bertahan pada bubble wrap, tapi kemungkinan antara kardus dan stainless steel," kata ahli penyakit infeksi Kim Woo Joo dari Korea University Guro Hospital.
Korea Centers for Disease Control and Prevention menyatakan, risiko penularan COVID-19 langsung akibat menyentuh permukaan paket kiriman sebetulnya sangat kecil. Namun berbeda halnya jika berlanjut dengan menyentuh hidung atau mulut.
Penyedia layanan paket kiriman mungkin telah melakukan usaha terbaik untuk menerapkan protokol kesehatan dan keamanan menghadapi COVID-19. Namun kondisi lingkungan selama proses pengiriman mungkin tak bisa dikontrol penyedia layanan sepenuhnya.
Karena itu ahli kesehatan populasi Ki Mo Ran dari National Cancer Center menyatakan, publik bisa aman dari penularan COVID-19 asal rajin cuci tangan. Kebersihan menjadi senjata utama mencegah risiko penularan virus di segala kondisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar