Heboh prajurit dipecat dari tugasnya karena terbukti melakukan hubungan seksual sesama jenis. Hal ini terjadi pada Praka P dan Pratu H.
Pengadilan Militer II-10 Semarang memecat Praka P sebagai prajurit TNI karena telah terbukti melakukan hubungan seks sesama jenis. Selain itu, ia juga dihukum 1 tahun penjara dan dipecat dari dinas militer.
Seorang prajurit lainnya juga dipecat dari Pengadilan Militer II-09 Bandung karena hubungan sesama jenis yang dilakukan berulang kali dengan sesama anggota TNI.
Melihat kasus ini, TNI akan menerapkan sanksi tegas terhadap prajurit yang lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Sanksinya diproses hukum dan pemecatan dari dinas militer secara tidak hormat.
"TNI menerapkan sanksi tegas terhadap oknum prajurit TNI yang terbukti melakukan pelanggaran hukum kesusilaan, termasuk di antaranya LGBT," ujar Kabid Penum Puspen TNI Kolonel Sus Aidil dalam keterangan tertulis, Kamis (15/10/2020).
LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender. Dikutip dari berbagai sumber, berikut pengertian berbagai istilah tersebut.
1. Lesbian
Lesbian termasuk ke dalam orientasi seksual homoseksual atau penyuka sesama jenis. Istilah ini lebih mengarah kepada wanita yang memiliki ketertarikan sesama wanita.
2. Gay
Hampir sama dengan lesbian, gay ini juga termasuk homoseksual yang menyukai sesama jenis. Tetapi, umumnya istilah gay lebih banyak dipakai pada pria yang memiliki ketertarikan pada pria juga.
3. Biseksual
Biseksual merupakan seseorang yang memiliki ketertarikan yang sama kuat pada pria dan wanita. Baik secara emosional, intelektual, atau seksual. Hal ini bisa terjadi pada dua orang di saat bersamaan atau berlainan waktu.
4. Transgender
Transgender adalah istilah untuk orang-orang yang memiliki identitas atau ekspresi gender (maskulin, feminin, dan lainnya) yang berbeda dari jenis kelaminnya (pria dan wanita) saat lahir.
Misalnya meski berjenis kelamin pria, ia merasa dirinya adalah seorang wanita. Kaum transgender ini merasa dirinya lahir di tubuh yang salah.
https://nonton08.com/see-no-evil/
Studi Terbaru Perkuat Bukti Golongan Darah O Lebih 'Kebal' Corona
Dua studi terbaru memperkuat bukti golongan darah tertentu berkaitan dengan rentan tidaknya seseorang terpapar COVID-19. Perlu diketahui, sebuah studi sebelumnya menyebut golongan darah O lebih 'kebal' COVID-19.
Lagi-lagi, studi terbaru menyatakan hal yang sama. Golongan darah O dinilai memiliki kemungkinan yang sangat kecil terpapar COVID-19.
Bahkan jika terinfeksi COVID-19, golongan darah O disebut tidak berisiko mengalami sakit parah. Sebuah penelitian di Denmark menemukan bahwa di antara 7.422 orang yang dites positif COVID-19, hanya 38,4 persen yang memiliki golongan darah O.
Meskipun, di antara sekelompok 2,2 juta orang yang tidak dites COVID-19, golongan darah O merupakan 41,7 persen dari populasi. Sementara itu, 44,4 persen dari golongan darah A dinyatakan positif COVID-19, sedangkan pada populasi Denmark yang lebih luas, golongan darah A mencapai 42,4 persen.
Dalam studi lain, para peneliti di Kanada menemukan bahwa di antara 95 pasien yang sakit kritis karena COVID-19, pasien dengan golongan darah A atau AB sebanyak 84 persen, membutuhkan alat bantu pernapasan, dibandingkan dengan pasien golongan darah O atau B, sebanyak 61 persen.
Mengapa golongan darah bisa menunjukkan kerentanan terhadap COVID-19?
Dikutip dari CNN International, dua studi baru terkait hubungan golongan darah dan infeksi COVID-19 dipublikasikan di jurnal Blood Advances. Meskipun ada beberapa teori, para peneliti belum mengetahui mekanisme apa yang dapat menjelaskan hubungan antara golongan darah yang berbeda dengan COVID-19.
Peneliti salah studi Denmark mengatakan orang dengan golongan darah O memiliki lebih sedikit faktor pembekuan utama yang membuat mereka kurang rentan terhadap masalah koagulasi dalam darah. Penggumpalan darah telah menjadi pendorong utama keparahan COVID-19.
"Kami tidak tahu apakah ini semacam perlindungan dari kelompok O, atau apakah itu semacam kerentanan pada golongan darah lainnya," kata Dr Torben Barington, penulis senior makalah Denmark dan profesor klinis di Rumah Sakit Universitas Odense dan Universitas Denmark Selatan.
"Saya pikir ini memiliki kepentingan ilmiah, dan ketika kita mengetahui apa mekanismenya, mungkin kita dapat menggunakannya secara proaktif dalam beberapa cara sehubungan dengan pengobatan," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar