Kamis, 15 Oktober 2020

Rentan Kena COVID-19, Ini Saran Dokter untuk Ibu Hamil

  Di tengah pandemi, COVID-19 menjadi ancaman serius bagi keselamatan ibu hamil. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Jakarta bahkan menyebutkan ibu hamil lebih mudah terinfeksi COVID-19 ketimbang perempuan lain yang tidak hamil.

Oleh karenanya, Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS Siloam Kebon Jeruk Jakarta dr Kathleen Juanita Gunawan, Sp.OG mengingatkan bagi ibu yang tengah mengandung dan ingin periksa kehamilan, selalu memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku sebaik mungkin.


"Ibu hamil sedapat mungkin diam di rumah untuk menjaga kesehatan janinnya di masa pandemi, kecuali keluar untuk kontrol rutin ke rumah sakit," ujarnya dikutip dari situs resmi Satgas COVID-19, Kamis (15/10/2020).


Hal ini ia ungkapkan dalam talkshow 'Perlindungan Ibu, Anak, dan Balita dari COVID-19' di Media Center Satgas COVID-19.


dr Kathleen menjelaskan bagi ibu hamil dengan risiko kehamilan rendah untuk cek kehamilan minimal enam kali, yakni di bawah tiga bulan, trimester kedua sekitar tujuh bulan, dan di atas tujuh bulan sampai melahirkan.


Sedangkan untuk ibu hamil berisiko tinggi, seperti memiliki penyakit diabetes, hipertensi, asma perlu lebih sering melakulan pengecekan untuk memastikan kondisi kesehatan kandungannya.


Termasuk juga ibu yang punya riwayat kehamilan sebelumnya berisiko misalnya bayi meninggal dalam kandungan, lahir prematur, atau gangguan pertumbuhan perlu kontrol lebih sering.


"Jangan sampai kondisi COVID-19 ini ibu takut untuk melakukan pengecekan kehamilan terutama tiga bulan akhir menjelang persalinan yang berdampak pada kesehatan janin dalam kandungannya," terang dr Kathleen.


dr Kathleen mengatakan sampai saat ini belum ada rekomendasi bagaimana cara paling aman proses persalinan mencegah COVID-19. Tapi kembali pada indikasi apakah ada gejala pada ibu hamil atau bayi yang harus dilakukan tindakan.


Selain rutin kontrol kesehatan ibu hamil diminta patuh menerapkan protokol kesehatan untuk kesehatan ibu dan janin dalam kandungannya. Biasakan pakai masker jika keluar rumah, jaga jarak dan hindari kerumunan, serta cuci tangan pakai sabun di air mengalir.


"Sebisa mungkin tetap di rumah, kecuali keluar untuk memeriksakan kesehatan kandungan," pungkas dr Kathleen.


Oleh karena itu, selalu #IngatPesanIbu dan ikuti saran ahli untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 seperti yang dikampanyekan #SatgasCOVID19 dengan melakukan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan).

https://nonton08.com/dogpa/


Hari Cuci Tangan Sedunia 15 Oktober 2020, Ini Sejarah Lengkapnya


Hari Cuci Tangan sedunia diperingati setiap tanggal 15 Oktober. Peringatan yang juga dikenal sebagai Global Handwashing Day tahun 2020 mengambil tema 'Kebersihan Tangan untuk Semua'.

Peringatan ini mulanya dirancang oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bekerja sama dengan organisasi-organisasi lainnya. Tujuannya untuk menggalakkan perilaku cuci tangan demi mencegah berbagai penyakit.



Nah, berikut sejarah lengkap Hari Cuci Tangan Sedunia atau Global Handwashing Day yang diperingati setiap tanggal 15 Oktober:

Dikutip dari laman resmi Global Handwashing, hari Cuci Tangan Sedunia pertama kali diadakan pada tahun 2008. Sejak saat itu, perilaku mencuci tangan menggunakan sabun semakin berkembang di seluruh dunia.


Sebelum pertama kali diadakan tahun 2008, proyek cuci tangan ini dikenal dengan nama 'Programma Saniya'. Program ini diadakan di tahun 1998 di kota Bobo-Dioulasso, Burkina Faso di Afrika.


Selama periode tiga tahun, program tersebut mampu mencegah 9 ribu diare, 800 kunjungan sakit rawat jalan, hingga 100 kematian. Padahal, biaya yang dipatok per orangnya hanya sebesar US$ 0,30 per peserta.


Selain itu, ada juga program cuci tangan yang dilakukan di Guatemala, Kosta Rika, dan El Salvador. Hasilnya membuat kasus penyakit diare pada anak balita menurun karena para ibu paham pentingnya cuci tangan.


Akhirnya di tahun 2001 dibentuklah kemitraan dengan nama Global Public-Private Partnership for Handwashing (PPPHW). Selanjutnya di tahun 2002-2007 program ini membentuk kemitraan dengan 12 negara lainnya, seperti Benin, Cina, Kolambia, Indonesia, Kenya, Madagaskar, Nepal, nikaragua, Panama, Tanzania, Uganda, dan Vietnam.


Sementara itu, sejarah perilaku cuci tangan sendiri dilakukan pertama kali oleh dokter bernama Ignaz Semmelweis. Ia menilai ada kejanggalan terhadap kematian dari para ibu yang baru melahirkan dan ternyata itu dikarenakan tidak adanya kebersihan tangan.


Akhirnya, Ignaz memberlakukan aturan untuk mewajibkan dokter mencuci tangan dengan klorin. Hasilnya, tingkat kematian di bangsal bersalin turun drastis. Perilaku ini pun akhirnya terus berkembang demi kesehatan masyarakat dunia.


Selamat Hari Cuci Tangan Sedunia!

https://nonton08.com/sex-mate/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar