Rabu, 01 Juli 2020

Seandainya Ada Pajak Sepeda, Masihkah Gowes Jadi Idola?

Tren bersepeda tengah melanda berbagai kota di Indonesia. Kesadaran untuk berolahraga dan menjaga daya tahan tubuh di tengah pandemi virus Corona COVID-19 membuat penjualan sepeda naik tajam.
Ketika Car Free Day (CFD) di Jakarta sempat dibuka beberapa waktu lalu, kawasan Sudirman-Thamrin tampak dibanjiri lautan pesepeda. Begitu juga di toko-toko sepeda, antrean pengunjung bahkan sudah mengular sejak toko belum buka.

Sontak ketika tiba-tiba ada rumor akan diberlakukan pajak sepeda, pendapat pro dan kontra bermunculan. Rumor ini sendiri telah dibantah oleh Kementerian Perhubungan, tetapi faktanya pungutan untuk sepeda memang pernah ada di masa lalu. Mereka yang aktif bersepeda di era 1990-an tentu ingat stiker berbayar yang populer disebut 'plombir' alias peneng.

Setujukah jika pajak sepeda diadakan lagi?

Dokter sekaligus pegiat sepeda, Aristi Prajwalita mengaku tidak setuju jika akhirnya para pesepeda dikenakan pajak kembali. Pasalnya, pengenaan pajak tersebut menurut Aristi akan bertolak belakang dengan kondisi para pesepeda di luar negeri.

"Sebenarnya sih lucu saja ya, maksudnya di luar negeri saja sekarang kaya di Belanda yang pakai sepeda malah dibayar oleh negara kan," jelasnya saat dihubungi detikcom Selasa (30/6/2020).

"Tetapi kalau saya sendiri sih kurang setuju gitu soalnya justru bagusnya kan satu negara itu pesepeda itu jadi alat transportasi pilihan pertama ya kalau bisa, tapi akhirnya kalau dipajakin gitu sih lucu saja, " lanjut Aristi yang sering touring bersepeda ke berbagai negara.

Pemprov DKI Jakarta utamakan transportasi sepeda terkait mobilitas penduduk saat PSBB transisi. Untuk itu, Pemprov DKI mengatur perihal fasilitas bagi pesepeda.Sepeda menjadi alternatif transportasi yang ramah lingkungan maupun kesehatan. Foto: Agung Pambudhy
Sementara, Fatur Racavvara kepala bidang umum Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) DKI menilai jika pajak sepeda kembali diterapkan, alngkah baiknya untuk melengkapi fasilitas umum bagi para pesepeda terlebih dahulu.

"Kalau untuk pesepeda seyogyanya kalau mau dipajakin itu jalur sepeda harus sudah ada semua di jalan yang menghubungkan antar daerah itu harus sudah ada juga sih. Jadi kalau tiba-tiba mau dipajakin tanpa ada fasilitas sebelumnya, saya rasa nggak bijak juga buat pemerintah untuk mengadakan itu," jawab Fatur yang juga aktif di komunitas Pedal Seli Indonesia.

"Harusnya kita nggak serta merta (langsung menerapkan pajak) kalau di negara lain kan pesepeda itu dijadikan hal yang dimajukan. Dikasih subsidi, dikasih fasilitas, dan segala macam, karena kan bersepeda itu bisa meningkatkan kesehatan, mengurangi polusi dan segala macam," kata Fatur.

Tapi tak semua menolak. Toto Sugito, co-founder Bike to Work (B2W) Indonesia, mengaku tak masalah pajak sepeda dikenakan lagi. Tetapi ada syaratnya, yakni fasilitas harus diperbaiki.

"Setuju! Bila semua fasilitas untuk pesepeda sudah dibangun dan diterapkan dengan baik dan benar, sesuai dengan UU No 22/2009 dan Pergub No 51/2020," katanya.

Gimana nih detikers, masih minat gowes nggak seandainya pajak sepeda diberlakukan lagi?

Serba-serbi G4, Virus Baru yang Disebut Berpotensi Jadi Pandemi Berikutnya

Para peneliti China menemukan jenis virus baru yang disebut memiliki potensi untuk jadi pandemi. Virus ini diberi kode G4 EA H1N1 atau disebut G4 dan merupakan varian dari virus flu babi H1N1.
Dikutip dari Sciencemag, ilmuwan dari China Agricultural University (CAU) menemukan G4 setelah menganalisis hampir 30 ribu swab hidung yang diambil dari babi di rumah jagal tahun 2011-2018. Tes antibodi menemukan sekitar 10,4 persen pekerja di industri babi dan 4,4 persen populasi umum tampaknya telah terinfeksi.

"Virus G4 menunjukkan peningkatan tajam sejak 2016 dan merupakan genotip predominan yang beredar pada babi yang terdeteksi di sedikitnya 10 provinsi," tulis para ilmuwan dalam laporannya.

Untuk saat ini belum ada bukti G4 dapat menular antarmanusia. Namun, ilmuwan khawatir kemungkinan virus baru ini bisa menyebabkan pandemi berikutnya bila replikasi terus terjadi.

"Saat ini kita teralihkan oleh virus Corona dan memang demikian. Tapi kita tidak boleh abai dengan virus baru yang potensial berbahaya," kata Prof Kin-Chow Chang dari Nottingham University, dikutip dari BBC.

Berdasarkan sejumlah eksperimen yang dilakukan pada ferret (Mustela putorius furo) atau mamalia yang umumnya dipakai dalam riset flu, hasilnya menunjukkan bahwa virus G4 sangat menular. Selain itu, bisa bereplikasi pada sel-sel manusia dan menyebabkan gejala serius pada ferret dibanding virus lainnya.
https://indomovie28.net/director/john-wells/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar