Hasil awal dari percobaan pembuatan vaksin virus Corona COVID-19 yang dikembangkan oleh University of Oxford, Inggris, menunjukan hasil yang memuaskan. Hasilnya aman dan bisa menginduksi respons imun.
Dikutip dari laman CNN, vaksin buatan Oxford ini bisa memicu antibodi dalam 28 hari dan respons sel T dalam 14 hari. Uji coba ini melibatkan 1.077 orang yang berusia 18 hingga 55 tahun yang tidak memiliki riwayat terinfeksi virus Corona dan berlangsung di lima rumah sakit di Inggris dari bulan April hingga Mei.
"Kami berharap sistem kekebalan tubuh akan mengingat virus, sehingga vaksin kami akan melindungi orang untuk waktu yang lama," kata Profesor University of Oxford Andrew Pollard.
David Carpenter, kepala komite etik Berkshire yang menyetujui uji klinis menyiratkan optimisme bahwa vaksin tersebut akan tersedia dalam waktu dekat.
"Bisa saja salah tapi kenyataannya bekerja dengan perusahaan farmasi besar faksin bisa tersedia luas sekitar September dan ini target yang sedang mereka kerjakan," katanya, dikutip dari Telegraph.
Vaksin yang masih terus dikembangkan tersebut tidak memberi efek samping yang serius. Mayoritas dari efek samping yang dirasa hanya kelelahan dan sakit kepala.
Efek samping lainnya yakni rasa sakit di kulit tempat disuntik vaksin. Ada pula yang merasakan efek nyeri otot, kedinginan dan demam.
"Namun, kami perlu penelitian lebih lanjut sebelum kami dapat mengonfirmasi bahwa vaksin melindungi secara efektif terhadap infeksi virus Corona COVID-19, dan untuk berapa lama perlindungan berlangsung," kata Andrew.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, vaksin buatan Oxford ini merupakan salah satu vaksin dari 23 vaksin virus Corona COVID-19 yang saat ini dalam uji klinis di dunia.
Alasan Bio Farma Pilih Vaksin Corona Sinovac untuk Uji Klinis di Indonesia
Perusahaan farmasi pelat merah Bio Farma menggandeng vaksin buatan China, Sinovac, sebagai mitra pengembangan vaksin COVID-19. Saat ini sebanyak 2.400 dosis vaksin Sinovac telah tiba di Indonesia yang rencananya akan dipergunakan untuk kebutuhan uji klinis tahap 3 pada Agustus mendatang.
"Alasan pemilihan Sinovac sebagai mitra adalah platform vaksin atau metode pembuatan vaksin yang digunakan oleh Sinovac, sama dengan kompetensi yang dimiliki oleh Bio Farma saat ini," sebut Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, dalam rilis yang diterima detikcom dan ditulis Selasa, (21/7/2020).
Disebutkan bahwa metode pengembangan vaksin yang dilakukan adalah metode inaktivasi. Mengutip Vaccine, metode inaktivasi yakni pembuatan vaksin dengan menggunakan versi tidak aktif dari jenis virus atau bakteri penyebab penyakit tertentu.
Sebagian besar vaksin yang digunakan saat ini telah memasukkan bentuk virus yang tidak aktif atau virus yang lemah sehingga tidak akan lagi menyebabkan penyakit. Ketika sel-sel kekebalan bertemu dengan vaksin yang berisikan virus tidak aktif tersebut, maka mereka akan memunculkan antibodi.
Jenis vaksin ini biasanya perlu beberapa dosis atau suntikan untuk mengembangkan antibodi atau kekebalan yang diinginkan. Beberapa jenis vaksin yang menggunakan metode inaktivasi sebelumnya adalah vaksin hepatitis A, vaksin flu, polio, dan rabies.
Selain vaksin kembangan Bio Farma dan Sinovac, beberapa kandidat vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh negara lain juga menggunakan metode inaktivasi. Salah satunya yakni kandidat andalan WHO yaitu Vaksin inactivated SARS-CoV-2 yang dikembangkan Wuhan Institute of Biological Products.
https://kamumovie28.com/sword-art-online-alternative-gun-gale-online-episode-1/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar