India tengah mengajukan undang-undang baru untuk memblokir bermacam kegiatan terkait aset kripto termasuk bitcoin, termasuk memenjarakan penambang aset kripto.
UU tersebut jika benar diterapkan akan menjadi aturan aset kripto paling ketat sedunia. Di mana pemerintah India bisa menghukum orang yang menyimpan, menerbitkan, menambang, melakukan jual beli, dan mentransfer aset kripto.
Pengajuan RUU baru ini sejalan dengan rencana pemerintah India yang diungkap pada Januari lalu, yaitu keinginan mereka untuk memblokir semua aktivitas mata uang virtual privat seperti bitcoin. Pada saat bersamaan, mereka berencana membangun kerangka mata uang digital resmi India.
Namun dalam perkembangannya, para investor aset kripto sedikit lebih lega karena tampaknya pemerintah India bakal melonggarkan aturan tersebut, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (15/3/2021).
Pasalnya dalam aturan tersebut bakal ada kelonggaran yang memberikan waktu sampai dengan enam bulan agar pemegang aset kripto bisa mencairkan asetnya, yang diungkap oleh salah seorang pegawai pemerintah yang tak disebutkan namanya.
Ia pun yakin kalau RUU tersebut bakal disetujui, karena pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi punya suara mayoritas di parlemen.
Jika RUU ini disetujui, India akan menjadi negara besar pertama yang melarang aktivitas aset kripto. Bahkan di China pun, yang melarang aktivitas jual beli dan penambangan aset kripto, warganya tetap boleh menyimpan aset kripto.
Meski diancam akan diblokir, transaksi aset kripto di India tetap terbilang tinggi. Jumlah investor aset kripto diperkirakan mencapai 8 juta orang dengan nilai mencapai 100 miliar rupee atau sekitar USD 1,4 miliar.
"Jumlah uang menjadi berlipat ganda secara cepat setiap bulan dan anda tentu tak mau tertinggal. Meskipun banyak orang panik karena berpotensi diblokir, keserakahan tampaknya menjadi penyebab utama (orang tetap menggunakan aset kripto)," ujar Sumnesh Salodkar, seorang investor aset kripto di India.
https://tendabiru21.net/movies/black-swans/
CEO WhatsApp: Apple Tak Ingin Orang-orang Pakai Android
Kisruh hubungan Apple dan Facebook karena isu privasi pengguna masih terus berlanjut. Bahkan CEO WhatsApp Will Cathcart juga ikut melontarkan kritikan pedas untuk Apple.
Dalam wawancara di Big Technology Podcast, Cathcart ditanya apakah Apple melihat Facebook sebagai salah satu musuh terbesarnya. Cathcart menjawab Apple ingin semua orang menggunakan iPhone, dan jika mereka menggunakan WhatsApp mereka lebih mudah beralih ke Android.
"Jika melihat tempat seperti Amerika Serikat, sebagian besar orang memiliki iPhone, dan pengalaman messaging bekerja lebih baik di iMessage jika semua orang memiliki iPhone," kata Cathcart, seperti dikutip dari Gadgets Now, Senin (15/3/2021).
"Itu tentu saja kepentingan strategis mereka jika orang-orang tidak menggunakan sesuatu seperti WhatsApp karena mereka ingin orang-orang tidak menggunakan ponsel Android," imbuhnya.
Perseteruan antara Apple dan Facebook salah satunya disebabkan oleh aturan label privasi yang diterapkan di iOS 14. Semua aplikasi yang ada di Apple App Store diwajibkan menaruh label privasi yang menampilkan data pengguna apa saja yang dikumpulkan.
Berdasarkan label privasi ini, WhatsApp dan Facebook Messenger mengumpulkan lebih banyak data ketimbang aplikasi messaging lainnya. Facebook Messenger ternyata mengumpulkan 65 jenis data dan WhatsApp mengumpulkan 16 jenis data.
Aplikasi bawaan iPhone seperti iMessage memang tidak tersedia di App Store, tapi Apple tetap memasang label privasinya di situs tersendiri. Mengenai label privasi ini, Cathcart mengkritik Apple yang dianggap menyembunyikan beberapa label seperti informasi pembayaran karena alasan yang tidak diketahui.
"Kalian tidak melihat label untuk iMessage ketika mengunduhnya karena kalian tidak mengunduhnya, itu sudah ada di ponsel kalian sejak awal. Dan kami sangat kritis akan hal itu," jelasnya.
https://tendabiru21.net/movies/the-swan-princess-a-royal-family-tale/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar