Jumat, 09 Oktober 2020

Cara Menghilangkan Perih Akibat Gas Air Mata

 Aparat menembakkan gas air mata saat demo menolak omnibus law berujung ricuh di sejumlah tempat. Bagaimana cara menghilangkan perih akibat gas air mata?

Terkadang, bukan cuma demonstran yang mengalami dampak semburan gas air mata. Warga yang tinggal maupun melintas di sekitar lokasi rusuh juga harus merasakan dampaknya.


Meski namanya gas air mata, pada dasarnya yang memicu perih bukanlah gas melainkan serbuk. Ketika bercampur dengan keringat atau cairan tubuh, serbuk tersebut akan memicu iritasi dan berbagai keluhan lain termasuk mata perih dan sesak napas.


Hal pertama yang harus dilakukan ketika mengalaminya adalah segera menyingkir dari sumber gas air mata. Sebisa mungkin hindari asap putih.


Dikutip dari Insider, berikut beberapa langkah dan cara menghilangkan perih akibat gas air mata.


1. Cari tempat tinggi

Gas air mata cenderung akan mengendap di tempat rendah, jadi mencari tempat tinggi biasanya akan membantu. Bila ada anak kecil, gendong agar posisinya lebih tinggi.


2. Bilas dengan air

Begitu sampai di tempat aman, bersihkan permukaan tubuh dari zat-zat kimia yang menempel. Gunakan air dan sabun dan pastikan tangan sudah bersih sebelum menyentuh wajah.


3. Basuh mata jika terasa perih

Tengadahkan kepala lalu basuh mata dengan air bersih. Pastikan air yang digunakan benar-benar bersih untuk menghindari iritasi maupun infeksi.


4. Lepas dan ganti pakaian

Begitu memungkinkan, segera lepas pakaian dan ganti dengan yang bersih. Pisahkan dari baju kotor lainnya, cuci terpisah.


5. Mandi dan keramas

Gunakan air dingin untuk menghindari iritasi yang lebih parah. Usahakan mata tertutup untuk menghindari kontaminasi gas air mata.

https://indomovie28.net/seal-team-six-the-raid-on-osama-bin-laden/


BKKBN: 10 Persen Peserta KB Drop Out Gara-gara COVID-19, 15 Persen Hamil


Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo, SpOG menyebut tingkat pemakaian alat kontrasepsi menurun selama masa pandemi COVID-19. Penurunan ini mengakibatkan angka kehamilan ikut naik.

"(Di masa pandemi) Bagi mereka yang harus suntik KB, ambil pil, ganti IUD, jadi bermasalah akhirnya banyak yang drop out. Kami tengarai saat ini yang drop out mencapai 10 persen di masa pandemi," katanya dalam siaran pers di Youtube BNPB, Kamis (8/10/2020).


"Kalau yang drop out itu usia 20-35 tahun maka hampir dipastikan di dalam bulan pertama kedua, dari 10 persen itu, 15 persen hamil. Ini yang jadi problem kita," lanjutnya.


Beberapa hambatan yang ditemui dalam mengakses KB di antaranya banyak dokter kandungan dan bidan yang mengurangi jumlah pasien sehingga kesempatan untuk mendapatkan pelayanan berkurang saat pandemi.


Belum lagi adanya kekhawatiran masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan sehingga mengurungkan niat untuk mengunjungi dokter saat pandemi COVID-19 masih berlangsung.


"Banyak juga yang ketakutan berlebih sehingga seharusnya ketika telat menstruasi dia periksa, akhirnya takut dan nggak periksa," ujar dr Hasto.


Untuk mengantisipasi terjadinya 'baby boom' BKKBN melaksanakan pelayanan KB sejuta akseptor. BKKBN bekerja sama dengan puskesmas, bidan, dan mitra di masyarakat lainnya untuk memberikan layanan dan melaporkan pembagian kontrasepsi secara gratis.


"Selain itu kami mengadalan bulan MKJP (metode kontrasepsi jangka pandang) dan menyurati gubernur dan walikota agar alat kontrasepsi digratiskan dulu saja," pungkasnya.

https://indomovie28.net/code-name-jackal/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar