Viral pesan di media sosial dan WAG (Whatsapp Group) tentang ajakan minum air kelapa usai divaksinasi COVID-19. Hal ini dimaksudkan untuk menetralisir vaksin yang dianggap 'racun' oleh sebagian besar kalangan yang menolak vaksinasi.
"Barusan dapat voice note. Isinya ajakan minum kelapa muda bagi yg ngak mau divaksin tapi harus tetap divaksin karena mengikuti perintah atasan," tulis salah seorang pengguna Twitter.
Air kelapa sendiri telah turun temurun dianggap sebagai penetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh. Mengenai kegunaan air kelapa untuk menetralisir vaksin, Juru bicara program vaksinasi COVID-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lucia Rizka Andalusia, menegaskan tak ada hubungan antara kedua hal tersebut.
"Hal tersebut tidak benar, karena vaksin ini bukan racun. Vaksin ini dari virus yang sudah dimatikan yang dapat merangsang pembentukan antibodi setelah disuntikkan," katanya saat dihubungi detikcom, Kamis (21/1/2021).
Lucia juga mengatakan tidak mengandung racun, sehingga tak perlu dinetralkan dengan air kelapa.
"Vaksin ini disuntikkan masuk ke otot lengan, sedangkan air kelapa diminum masuk ke lambung, jadi tidak ada hubungannya," pungkasnya.
Selain itu, dikutip dari laman resmi Kominfo, klaim air kelapa hijau dapat menetralkan atau menjadi penawar dari vaksin juga tidak tepat, sebab tidak ada penelitian yang membuktikan air kelapa dapat menetralkan atau mengganggu fungsi dari vaksin.
https://cinemamovie28.com/movies/chiko/
WHO Sebut 60 Negara Sudah Catat Varian Baru Corona, Indonesia Termasuk?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 60 negara yang mencatat varian baru Corona dari Inggris. Jumlahnya naik dari pekan sebelumnya.
"Varian baru virus Corona yang awalnya diidentifikasi di Inggris, B117, telah terdeteksi di setidaknya 60 negara, naik sepuluh dari seminggu sebelumnya," sebut WHO, pada Rabu, dikutip dari Forbes.
Negara-negara Asia termasuk Jepang, Singapura, India, hingga China sudah mencatat laporan baru varian Corona.
Mungkinkah sudah masuk Indonesia?
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio menegaskan hingga saat ini belum ada varian baru Corona Inggris yang ditemukan. Jenis Corona di Indonesia masih didominasi mutasi Corona D614G.
"Dari 244 whole genome sequencing (WGS) yang disubmit itu, ada sekitar beberapa yang belum confirm ya, yang sudah confirm itu 221 kalau tidak salah, 70 persennya D614G," katanya saat dihubungi detikcom Kamis (21/1/2021).
"Kalau di dunia di global sudah lebih dari 80 persen D614G," lanjutnya.
Meski sempat diisukan sepuluh kali lebih menular, prof Amin menyebut mutasi Corona D614G tidak terbukti lebih menular maupun mempengaruhi pengembangan vaksin Corona.
Benarkah lonjakan kasus COVID-19 dipicu kemungkinan adanya varian baru Corona?
Prof Amin menyebut kini masih terus meneliti kemungkinan varian baru Corona sudah masuk. Munculnya perkiraan lonjakan kasus COVID-19 akibat varian baru Corona juga masih terus dipelajari.
"Itu yang sedang ingin kami buktikan. Kalau mungkin, ya mungkin saja, tapi sampai saat ini belum ketemu, jadi sedang kami teliti terus," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar