Sebagai pembuka International Animal Photo Competition (IAPC) 2019, destinasi wisata keluarga Jakarta Aquarium dan Taman Safari Indonesia (TSI) mengadakan kontes foto biota laut dan mermaid (Putri Duyung) di Mal Neo Soho, Jakarta Barat.
Deputy Director Taman Safari Indonesia, Hans Manansang mengatakan hal ini dilakukan untuk memulai gelaran bergengsi bagi pecinta fotografi satwa agar bisa menghasilkan momen terbaik dari bidikan lensanya.
"Kita mengajak masyarakat yang suka fotografi untuk bisa mengabadikan momen-momen dengan satwa yang nanti ujungnya yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar semakin cinta dengan satwa," ujar Hans di Jakarta Aquarium usai Launching Ceremony IAPC 2109, Sabtu, (27/7/2019).
Hans menuturkan harapannya melalui rangkaian demi rangkaian IAPC 2019 ini hasil foto tersebut bisa dikumpulkan untuk dibuat sebuah buku katalog tentang cerita kehidupan satwa di Indonesia.
"Pertama, kita melihat ini suatu segmen yang baru, orang biasa banyak foto yang umum model dan lain-lain, mungkin fotografi satwa suatu hal baru yang unik perlu kesabaran perlu juga pengertian tentang satwa tersebut," ujarnya.
"Kedua dari sisi satwa nya sendiri, dari sisi bagaimana kita menceritakan kehidupan mereka keberadaan mereka di alam ini bisa kita sebarluaskan melalui foto yang menggugah hati," imbuhnya.
Dalam kontes tersebut, semua peserta wajib mengunggah foto bidikannya melalui akun Instagram pribadi dan menyertakan tag ke akun instagram @Jakartaaquarium @taman_safari @canon.indonesia sebagai salah satu syarat penilaian juri.
Setiap peserta wajib mengirimkan 3 hasil foto biota laut terbaik dan 1 foto mermaid yang memegang sign atau tulisan IAPC 2019.
Para pemenang yang beruntung dari kontes foto biota laut dan mermaid ini akan mendapatkan uang tunai sebesar Rp 5 juta untuk juara 1, Rp 3 juta untuk juara 2, dan Rp 2 juta untuk juara 3, para pemenang tersebut juga mendapatkan printer dari Canon serta 2 tiket Jakarta Aquarium yang akan diumumkan pada 3 September 2019 mendatang.
Strategi Pariwisata di Danau Toba Dinilai Agak Rancu
Danau Toba menjadi salah satu destinasi prioritas di Indonesia. Namun strategi menarik wisatawan sebanyak mungkin agak rancu dengan strategi lain di area yang sama.
Dony Oskaria, anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dan Ketua Pokja Pariwisata Nasional KEIN RI mengingatkan agar strategi yang ada harus tersambung dengan baik. Dony menilai strategi pariwisata yang diterapkan di Danau Toba agak bertabrakan.
Kalau Danau Toba menjadi destinasi prioritas artinya harus dikembangkan pariwisata massal atau mass tourism. Namun di Toba juga dikembangkan geopark yang sifatnya konservasi dan tidak nyambung dengan pariwisata massal.
"Ini harus betul-betul dipahami oleh pemerintah. Menciptakan Bali baru harus berkaca kepada Bali. Bali adalah mass tourism, makanya semua arah kebijakan di sana ditujukan untuk penyempurnaan ekosistem mass tourism," jelas Dony kepada detikcom, Sabtu (27/7/2019).
Dalam mass tourism, infrastruktur harus lengkap, aksesibilitas harus masif dari semua arah, sesuai dengan hasil market mapping untuk Bali, amenitas harus berkelas dunia. Investasi pariwisatanya pun didukung penuh dengan regulasi-regulasi yang membuka keran bertumbuhnya wisata masal.
Lalu menanggapi soal strategi desa wisata di Toba, menurut Dony desa wisata sejatinya adalah destinasi pendukung. Semangat desa wisata adalah pemerataan atau community based tourism. Pertanyaannya, apa yang mau diratakan kalau kue ekonomi pariwisatanya belum tumbuh?
"Ini tak berbeda dengan pendekatan ekonomi biasa, kita harus berbicara pertumbuhan terlebih dulu, harus memikirkan bagaimana menumbuhkan kue ekonomi pariwisata di destinasi tersebut dulu, kunjungannya harus dibuat masif dan progresif, baru kemudian kita bicara pemerataan. Redistribution after growth. Kalau growthnya tak ada, lantas kita mau memeratakan apa?" kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar