Menyusul Pfizer dan BioNTech, perusahaan farmasi Moderna mengumumkan hasil awal uji klinis vaksin COVID-19 buatannya. Efektivitas vaksin tersebut diklaim mendekati 95 persen yakni 94,5 persen.
Uji klinis melibatkan 30 ribu relawan di Amerika Serikat. Analisis awal didasarkan pada 95 relawan pertama yang menunjukkan gejala COVID-19. Dari jumlah tersebut, hanya 5 yang berasal dari kelompok penyuntikan vaksin dan sisanya 90 relawan berasal dari kelompok plasebo.
"Efektivitas keseluruhan luar biasa. Ini hari luar biasa," kata Tal Zaks, chief medical officer Moderna, dikutip dari BBC News, Senin (16/11/2020).
Meski demikian, hasil analisis awal ini masih menyisakan sejumlah pertanyaan. Di antaranya, berapa lama imunitas akan bertahan, masih harus diamati lebih lanjut.
Soal keamanan, sejauh ini dilaporkan tidak ada masalah serius. Beberapa keluhan ringan seperti kelelahan, sakit kepala, dan nyeri dilaporkan usai penyuntikan pada beberapa pasien.
"Efek tersebut adalah yang akan terjadi dengan vaksin yang bekerja dan memicu respons imun yang baik," jelas Prof Peter Openshaw dari Imperial College London.
Vaksin yang dikembangkan Moderna merupakan vaksin RNA, yang artinya berisi kode genetik dari virus Corona. Vaksin ini melatih tubuh untuk membentuk antibodi untuk memerangi virus Corona.
Jika vaksin Pfizer membutuhkan penyimpanan di suhu minus 75 derajat celcius, penyimpanan vaksin Moderna diklaim lebih mudah. Pada suhu minus 20 derajat celcius, bisa bertahan selama 6 bulan.
https://cinemamovie28.com/movies/tone-deaf-clinic/
Mungkinkah Mutasi COVID-19 Pengaruhi Efektivitas Vaksin? Ini Kata Ahli
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Cissy Rachiana Sudjana Prawira Kartasasmita, mengatakan bahwa mutasi virus Corona COVID-19 yang muncul akhir-akhir ini tidak akan mengganggu perkembangan vaksinnya. Vaksin tersebut menghasilkan imunogenitas yang sama antara virus yang pertama muncul, maupun virus yang telah bermutasi ini.
"Mutasi itu memang ada, tapi memang sampai saat ini masih belum terlalu menyebabkan virus yang sifatnya berbeda dengan yang awal," jelas Cissy dalam diskusi daring melalui YouTube, Senin (16/11/2020).
Jadi, apakah mutasi akan berpengaruh pada efektivitas vaksin?
Menanggapi ini, Cissy mengatakan berdasarkan laporan mengenai mutasi COVID-19 tersebut pun tidak mempengaruhi proses uji klinis vaksin.
"Hasil-hasil yang dilaporkan sampai sekarang tidak ada yang berbeda. Jadi semua menghasilkan imunogenitas sama, Insha Allah sama keamanan yang tentu sama sama. Jadi baik semua aman," kata Cissy.
"Nah, kalau terjadi mutasi kita belum tahu kalau mutasinya hebat sehingga terjadi perubahan yang total dari virus itu. Sampai saat ini masih masih dikatakan bahwa sama dengan yang pertama. Jadi mutasi virusnya hanya di bagian yang menjadi target dari vaksin," lanjutnya.
Selain itu, Cissy mengatakan proses vaksinasi yang dilakukan nantinya dengan jumlah tertentu bisa menghasilkan imunitas populasi atau herd immunity. Menurutnya, inilah yang menjadi target pemerintah untuk berjuang mengakhiri pandemi COVID-19 ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar