Sudah satu tahun pandemi COVID-19 berlalu, asal-usul virus Corona masih belum ditemukan. Virus yang diketahui pertama kali dilaporkan di Wuhan, China, belakangan diklaim tak pertama kali menyebar di sana.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ikut merespons beberapa dugaan ini, termasuk beberapa pernyataan dari China yang berulang kali menegaskan COVID-19 bukan berasal dari negaranya. Klaim China soal asal-usul COVID-19 berdasarkan pada 'bukti' adanya jejak COVID-19 di makanan beku impor.
Selain itu, China menyebut hal ini merujuk pada jurnal ilmiah yang membuktikan jika COVID-19 kemungkinan sudah beredar di Eropa lebih dulu. Pakar darurat WHO Mike Ryan mengatakan, sangat spekulatif jika menyebut COVID-19 bukan dari China.
"Saya pikir sangat spekulatif bagi kami untuk mengatakan bahwa penyakit itu tidak muncul di China," kata Mike Ryan pada briefing virtual di Jenewa setelah ditanya apakah COVID-19 bisa pertama kali muncul di luar China, dikutip dari Reuters.
"Jelas dari perspektif kesehatan masyarakat bahwa Anda memulai penyelidikan di mana kasus manusia pertama kali muncul," tambahnya, mengatakan bahwa bukti kemudian dapat mengarah ke tempat lain.
Saat ini WHO kembali menginvestigasi asal-usul COVID-19 ke Wuhan, China untuk segera mendapat titik terang terkait awal mula wabah Corona. WHO sempat dituduh Trump terkait 'China-sentris' namun berulang kali WHO membantah tuduhan tersebut.
Studi Corona berasal dari India
Baru-baru ini, sebuah studi juga menyebut COVID-19 kemungkinan berasal dari India. Tim peneliti asal China yang dipimpin Dr Shen Libing melakukan pendekatan lain untuk melacak asal-usul COVID-19. Mereka menghitung jumlah mutasi COVID-19 dalam setiap jenis virus.
Ada 17 negara yang menjadi objek penelitian. Hasil studi menemukan ada delapan negara yang memiliki mutasi paling sedikit seperti Australia, Bangladesh, Yunani, AS, Rusia, India, Italia, dan Ceko.
Namun, area asal muasal wabah harus mempunyai keragaman genetik yang luar biasa. India dan Bangladesh disebut menjadi yang potensial, demikian lapor studi yang dimuat di The Lancet berjudul 'The Early Cryptic Transmission and Evolution of SARS-CoV-2 in Human Hosts'.
https://nonton08.com/movies/lady-macbeth/
Dialami Pasien Corona, Gigi Copot Jadi Gejala COVID-19 Terbaru?
Gejala COVID-19 tak biasa yang dialami pasien terus bermunculan. Beberapa waktu lalu, pasien Corona mengalami cegukan tanpa henti, kini seorang pasien COVID-19 mengeluh salah satu giginya lepas usai terinfeksi.
Adalah wanita berusia 43 tahun yang mengeluh salah satu gigi bawahnya lepas begitu saja tanpa pendarahan. Sebelumnya, ia terinfeksi COVID-19 beberapa bulan lalu dan mengidap Long COVID.
Ia masih mengeluhkan gejala COVID-19 seperti nyeri saraf, nyeri otot, dan kabut otak. Ahli menilai peristiwa yang dialami wanita bernama Fareh Khemili asal New York ini sangat langka.
"Gigi jatuh dari mulut dan ke tangannya 24 jam kemudian, sebuah hal yang sangat langka," jelas ahli periodontis Universitas Utah Dr David Okano mengatakan kepada The New York Times.
Meski hingga saat ini tak ada bukti COVID-19 menyebabkan kerusakan gigi hingga copot atau masalah lainnya, beberapa pasien COVID-19 rupanya mengeluh giginya sensitif hingga berubah warna menjadi abu-abu atau terkelupas.
Dr Okano menyebut ia tak yakin COVID-19 yang menyebabkan wanita ini kehilangan gigi. Menekankan kemungkinan wanita ini mengalami masalah gigi sejak lama dan memburuk karena COVID-19 yang diidapnya.
"Orang dengan masalah gigi yang ada dapat menjadi lebih buruk, terutama setelah pasien pulih dari COVID-19," kata Dr Okano.
Apa kata ahli?
Presiden dan direktur medis dari Angiogenesis Foundation nirlaba, Dr William W Li, mengatakan bahwa dokter dan dokter gigi harus terbuka terhadap kemungkinan semacam itu.
Menurut laporan tahun 2012 dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), 47 persen orang dewasa di atas usia 30 tahun memiliki beberapa bentuk penyakit periodontal. Baik itu infeksi atau radang gusi dan tulang yang mengelilingi gigi.
"Kami sekarang mulai memeriksa beberapa gejala membingungkan dan terkadang melumpuhkan yang diderita pasien berbulan-bulan setelah mereka pulih dari COVID," kata Dr Li, termasuk masalah gigi dan kehilangan gigi.
Pasien-pasien COVID-19 lain yang tergabung dalam laman Facebook Survivor COVID-19 juga mengeluhkan hal yang sama. Salah satu gigi mereka lepas tanpa pendarahan usai memakan sesuatu.
"Gigi tanggal tanpa darah adalah hal yang tidak biasa," kata Dr Li.
Bagaimana pasien COVID-19 bisa mengalami kondisi ini? Simak halaman berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar