Pembalap Yamaha Valentino Rossi dinyatakan kembali terinfeksi virus Corona COVID-19. Dikutip dari laman Motor Sport, Rossi kembali dinyatakan positif Corona dalam tes yang belum lama dilakukan pada Selasa (10/11/2020).
Kondisi ini pun membuat rider dengan julukan The Doctor kemungkinan besar akan absen di MotoGp Valencia pada akhir minggu ini.
Tes positif terbaru Rossi menimbulkan pertanyaan tentang tes PCR minggu lalu, terutama pada hari Jumat lalu sebelum ia diizinkan memasuki Sirkuit Ricardo Tormo, dan apakah dia masih positif tanpa menyadarinya atau telah terinfeksi kembali sejak Sabtu lalu.
Namun, hingga saat ini masih belum ada pernyataan resmi terkait bagaimana Rossi bisa terinfeksi virus Corona COVID-19 kembali.
Rossi dinyatakan terinfeksi Corona
Rossi kembali terjangkit COVID-19 hanya berselang satu minggu setelah ia dinyatakan sembuh dari COVID-19 dan bisa ikut balapan di MotoGP Eropa akhir pekan lalu. Pembalap Yamaha Monster Energy ini pertama kali mengumumkan dirinya positif COVID-19 pada 16 Oktober lalu.
"Saya merasa tidak enak badan ketika bangun di pagi hari. Tulang saya sakit dan saya demam ringan, jadi saya segera memanggil dokter yang menguji saya dua kali," kata Rossi di akun Twitternya beberapa waktu lalu
Pembalap Yamaha itu mulanya menderita demam ringan pada Kamis pagi (15/10/2020). Rossi lalu menjalani dua kali tes COVID-19. Pertama menunjukkan hasil negatif namun tes kedua menyatakan dia positif COVID-19.
Rossi dinyatakan sembuh Corona
Rossi dinyatakan sembuh dari COVID-19 setelah lebih dari tiga pekan diisolasi. Sebelumnya, pada Selasa (3/11/2020), Rossi masih dinyatakan positif. Namun ia mencoba lagi pada keesokan harinya dan pada Kamis (5/11/2020).
"Untungnya saya masih memiliki dua peluang lagi untuk kembali ke trek pada hari Jumat atau Sabtu," tutur The Doctor, seperti dikutip dari laman Reuters, beberapa waktu lalu.
Pembalap yang dijuluki The Doctor ini mengakui bahwa infeksi COVID-19 cukup merepotkan. Sebab meski ia sudah mengikuti anjuran dokter, dirinya tetap saja dinyatakan positif.
Virus ini sangat rumit dan serius. Saya merasa tidak enak selama dua hari, kemudian dalam beberapa hari saya kembali fit sepenuhnya, mencapai 100%," kata Rossi, dilansir di situs resmi MotoGP beberapa waktu lalu.
"Saya mengisolasi diri sendiri di rumah sepanjang waktu. Saya juga mengikuti nasihat medis dengan cermat. Ini sangat menyedihkan dan situasi yang sulit, tapi begitulah adanya," pungkasnya.
https://kamumovie28.com/movies/no-tears-for-the-dead/
Merekam Video Seks, Penyimpangan atau Bukan? Ini Kata dr Boyke
Baru-baru ini sebuah video seks yang disebut-sebut mirip artis viral di media sosial. Mulai dari Gisella Anastasia atau Gisel, Jessica Iskandar, hingga Anya Geraldine.
Banyak yang lantas penasaran mengapa ada orang yang merekam dirinya saat berhubungan intim. "Buat apa divideoin? Buat kenang-kenangan gitu?" komentar satu pengguna Twitter.
Melihat fenomena ini, pengamat seks dr Boyke Dian Nugraha, SpOG menjelaskan bahwa merekam video intim diri sendiri termasuk dalam penyimpangan seksual atau paraphilia jika orang tersebut senang mempertontonkan video tersebut ke khalayak umum. Mengapa begitu?
"Yang menjadi masalah adalah kalau kegiatan itu menjadi konsumsi umum. Kalau misalnya mereka merekam video untuk mereka berdua saja itu masih boleh," kata dr Boyke dalam bincang-bincang D'Rooftalk, Rabu (11/11/2020).
"(Termasuk) paraphilia adalah suatu penyimpangan seksual kalau dia senang mempertontonkan diri berhubungan seks, lalu disebarkan, kalau dianya tahu," lanjutnya.
dr Boyke mengatakan jika orangnya tidak tahu atau menjadi korban, si pengintip atau perekamnya lah yang disebut paraphilia atau golongan voyeurism.
Lalu, kenapa orang tersebut mau merekam kegiatan hubungan seksualnya?
"Mungkin karena dia merasa dirinya cantik atau mungkin seperti exhibisionism. Misalnya si pria merasa 'punyanya' lebih besar dari yang lain dan ingin mempertontonkannya," ujarnya.
Namun, dr Boyke menegaskan bahwa orang-orang yang melakukan hal tersebut memiliki gangguan kepribadian, seperti tidak bisa berkomunikasi dengan lawan jenisnya.
"Tapi yang jelas, yang melakukan hal tersebut memiliki gangguan kepribadian. Dia tidak bisa berkomunikasi dengan lawan jenisnya, dan dia hanya memiliki satu kelebihan. Misalnya payudaranya yang besar dan sebagainya, dan berusaha dipertontonkan agar orang-orang bisa mengakui eksistensinya," jelas dr Boyke.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar