- Vaksin Pfizer untuk menangkal virus Corona telah diberikan di berbagai negara, termasuk di Norwegia. Akan tetapi di negara Skandinavia ini, dilaporkan 29 lansia meninggal dunia setelah diberikan vaksin Pfizer. Bagaimana tanggapan Pfizer mengenai peristiwa ini?
Perusahaan asal Amerika Serikat ini, yang bermitra dengan perusahaan Jerman BioNtech dalam pembuatan vaksin Corona, mengaku sudah menerima laporan kematian usai divaksin tersebut dan sedang bekerja sama dengan Norwegian Medicines Agency (NOMA) untuk mengumpulkan informasi yang relevan.
"Otoritas Norwegia memprioritaskan imunisasi warga di panti jompo, kebanyakan sudah sangat tua dengan kondisi medis bawaan dan sebagian sudah berada di tahap akhir penyakitnya," sebut Pfizer yang dikutip detikINET dari ABC, Senin (18/1/2021).
"NOMA memberi konfirmasi bahwa angka insiden sejauh ini tidak mengkhawatirkan dan sesuai dengan ekspektasi. Semua laporan kematian akan dievaluasi secara menyeluruh oleh NOMA untuk menentukan apakah insiden itu berhubungan dengan vaksin," tambah Pfizer.
Sebagian pakar menyebutkan insiden kematian di Norwegia mungkin telah diperkirakan mengingat penerima vaksin Pfizer sudah sangat berumur dan ada yang penyakitnya sudah parah. "Siapapun yang berada di fasilitas perawatan untuk orang tua biasanya sangat rapuh dan juga punya beberapa penyakit," sebut Dr Rob Grenfell, pakar kesehatan di Australia.
Seperti diberitakan, penyebab kematian yang sebenarnya memang belum terungkap dan sedang diinvestigasi secara intensif. Dalam keterangan tertulisnya, NOMA menyebut semua kematian tersebut setelah pemberian vaksin Pfizer.
Namun sejauh ini belum diketahui apakah ini akibat vaksinasi, atau kondisi medis bawaan pasien mengingat mereka yang meninggal kondisinya kurang baik.
"Reaksi umum terhadap vaksin Pfizer termasuk demam dan mual, yang mungkin menyebabkan hasil yang fatal untuk beberapa pasien yang lemah," kata dokter kepala NOMA, Sigurd Hortemo.
https://kamumovie28.com/movies/senior-couple-and-exchange-sex/
WhatsApp Mencemaskan, Signal dan Telegram Naik Pamor di China
Kekhawatiran atas kebijakan privasi baru WhatsApp, membuat jutaan berbondong-bondong pindah ke Signal dan Telegram. Ternyata, pamor kedua aplikasi chat ini juga mengalami sedikit peningkatan pengguna di China.
Pasar aplikasi messenger di China memang didominasi oleh WeChat, sehingga pertumbuhan Telegram dan Signal di sana tidak sebesar di negara-negara yang menggunakan WhatsApp sebagai aplikasi chat utama.
Meski demikian, seperti dikutip dari Tech Crunch, adanya peningkatan tersebut menjadi pengingat bahwa alternatif WeChat masih eksis di China dalam berbagai kapasitas.
Signal meraup 9 ribu unduhan baru dari China App Store pada rentang 8-12 Januari, naik 500% dari periode antara 3-7 Januari berdasarkan riset Sensor Tower. Telegram mengalami pertambahan 17 ribu unduhan selama 8-12 Januari, naik 6% dari durasi 3-7 Januari. Sementara itu, pertumbuhan WhatsApp terhenti, mencatat 10 ribu unduhan di kedua periode.
Fakta bahwa Telegram, Signal, dan WhatsApp dapat diakses di China mungkin mengejutkan sebagian orang. Tetapi keputusan sensor China bisa saja sewenang-wenang dan tidak konsisten. Contohnya adalah seperti yang ditunjukkan oleh situs pemantau sensor Apple Censorship, bahwa semua aplikasi pesan instant dari luar China masih tersedia di China App Store.
Namun situasi untuk Android lebih rumit. Layanan Google sebagian besar diblokir di China dan pengguna Android terpaksa menggunakan toko aplikasi Android yang dioperasikan perusahaan lokal seperti Tencent dan Baidu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar