Rabu, 25 Desember 2019

Masjid di Papua yang Dibangun 3 Agama

Bukti toleransi dan perdamaian agama terdapat di Papua. Inilah Masjid Patimburak di Fakfak, yang dibangun 3 agama.

"Terdapat tiga agama di Fakfak, Papua Barat yaitu Islam, Katolik dan Kristen Protestan. Ketiga agama ini dianggap sebagai agama keluarga di Fakfak sejak zaman dulu hingga sekarang," kata Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto kepada detikcom, Selasa (10/9/2019).

Hari melanjutkan, hal tersebut menjadi bukti toleransi di Fakfak dalam filosofi 'Satu Tungku Tiga Batu, Satu Hati Satu Saudara'. Apa artinya?

"Satu tungku tiga batu mengandung arti 'tiga posisi penting' dalam keberagaman baik itu agama dan kekerabatan etnis di Fakfak. Satu tungku tiga batu artinya tungku tersusun atas tiga batu berukuran sama. Ketiga batu ini, diletakkan dalam satu lingkaran dengan jarak satu sama dengan lainnya sehingga posisi ketiganya seimbang untuk menopang periuk tanah liat," paparnya.

"Tungku yang berkaki tiga membutuhkan keseimbangan yang mutlak. Jika satu dari ketiga tersebut rusak, maka tungku tidak dapat digunakan untuk memasak," lanjut hari menjelaskan.

Bukti toleransi keberagaman agama di Fakfak pun terwujud pada Masjid Patimburak. Masjid Patimburak berada Kampung Patimburak, Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak.

"Masjid Patimburak dibangun oleh Raja Pertuanan Wertuar pada tahun 1870. Arsitektur masjid ini sangat unik karena ada perpaduan bentuk masjid dan gereja," terang Hari.

Jika dilihat dari kejauhan, masjid tersebut terlihat seperti gereja., karena kubahnya mirip arsitektur gereja-gereja di Eropa. Masjid Patimburak juga merupakan wujud dari nilai 'Satu Tungku Tiga Batu'.

"Masjid Patimburak dibangun secara gotong royong oleh warga baik yang memeluk agama Islam maupun Kristen Protestan atau Katolik," ujar Hari.

Masjid Patimburak masih terawat baik dan digunakan sebagai tempat ibadah hingga kini. Masjidnya pun masuk sebagai Benda Cagar Budaya yang dilindungi oleh Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010.

Soal toleransi agama di Fakfak, menurut Hari sangat terjaga dengan baik. Tidak jarang dalam satu keluarga di Fakfak terdapat tiga agama, tetapi mereka tetap hidup rukun dan damai disertai nilai-nilai toleransi yang tinggi.

"Mereka tidak akan pernah terpengaruh oleh isu-isu, ataupun perselisihan terkait agama. Toleransi hidup beragama di Fakfak sangat kental dan tetap dipertahankan oleh masyarakat dan patut untuk dicontoh, sebagai bentuk keberagaman dan kebinekaan yang ada di Indonesia," tutupnya.

7 Floating Market yang Wajib Kamu Kunjungi di Thailand

 Floating market juga jadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Thailand. Di sini kamu tak hanya bisa membelioleh-oleh, tapi juga mencicip kuliner enak.

Floating market adalah pasar apung yang ada di sungai-sungai atau kanal air. Tak hanya Indonesia, Thailand juga memiliki beberapa spot floating market yang jadi favorit wisatawan.

Kamu bisa berbelanja ala warga lokal saat berkunjung ke floating market. Apalagi pasar merupakan tempat yang seru untuk memahami suatu budaya daerah setempat.

Berikut ini 7 rekomendasi floating market di Thailand yang menarik untuk dikunjungi yang dilansir detikTravel dari berbagai sumber:

1. Floating Market Damnoen Saduak

Floating Market Damnoen Saduak Market jadi salah satu pasar apung terbaik di Thailand. Ini adalah pasar apung tertua di Bangkok yang sudah didirikan sejak tahun 1866.

Sering dikunjungi wisatawan, Damnoen Saduak lokasinya berjarak sekitar 110 km dari pusat kota Bangkok. Di sini kalian bisa menemukan banyak penjual buah-buahan lokal, makanan, pakaian, hingga souvenir.

Harga yang ditawarkan di pasar ini terbilang cukup mahal. Harga barang-barang di sini berkisar antara 200-800 Bath atau sekitar Rp 90.000 hingga Rp 365.000-an. Namun boleh ditawar loh!

2. Floating Market Amphawa

Floating Market Amphawa berada di Amphawa, Provinsi Samut Songkhram, Thailand. Kalau mau ke sini dari pusat kota membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam atau berjarak 50 km dari pusat kota.

Pasar terapung ini sudah ada sejak 50 tahun yang lalu. Pasar ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00 waktu setempat. Kamu bisa melihat banyak penjual yang mendayung sambil menjajakan barang dagangannya.

Ada juga yang memasak di perahu. Selain makanan, floating market ini juga menawarkan souvenir yang biasa dibeli wisatawan untuk oleh-oleh. Untuk kuliner, rata-rata produk yang dijual adalah seafood.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar