Kamis, 26 Desember 2019

Menyelamatkan Situs Karantina Haji Termewah di Zaman Belanda

Pulau Rubiah di Sabang memiliki situs karantina haji termewah di zaman Belanda. Namun kini, kondisinya memprihatinkan.

Kondisi situs karantina haji termewah di zaman Belanda yang terletak di Pulau Rubiah, Sabang kini memprihatinkan. Wali Kota Sabang Nazaruddin mengaku pemugaran situs tersebut terkendala karena kawasan itu masuk dalam zona konservasi.

"Kita sedikit punya kendala yang mungkin sekarang ini sedang kita bermohon karena kawasan Pulau Rubiah itu masuk dalam kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) yang dilindungi. Jadi kita tidak boleh membenah, membuat sesuatu tanpa izin dari mereka," kata Nazaruddin kepada wartawan, Kamis (5/9/2019).

Nazaruddin mengaku sudah menandatangani surat agar Pulau Rubiah dikeluarkan dari zona konservasi. Selain itu, dia juga memohon agar kawasan tersebut dapat dikeluarkan untuk memudahkan pemugaran situs karantina haji.

"Saya pikir coba nanti kita bekerja sama dengan provinsi dan pihak terkait lainnya agar (Pulau Rubiah) bisa dikeluarkan dari zona tersebut," jelas Nazaruddin.

"Saya mohon dan sudah memberitahu bapak gubernur agar itu dikeluarkan dari zona konservasi. Kalau belum keluar dari zona konservasi kita gak berani, nanti akan bermasalah dengan hukum. Itu pasti," bebernya.

Menurut Nazaruddin, kawasan Pulau Rubiah juga punya banyak situs sejarah. Di sana juga terdapat makam istri Tengku Cik Di Iboih bernama Sarah Rubiah.

"Kita memohon kepada pusat, nanti dibantu juga oleh pihak DPR RI, Kemenag dan pihak terkait, bahwa itu daerah yang dulunya punya sejarah besar. Jadi kita berharap kepada pemerintah pusat dalam hal ini KSDA agar mengeluarkan Pulau Rubiah dari zona konservasi," ungkapnya.

Seperti diketahui, Lokasi situs sejarah Karantina Haji terletak sekitar 100 meter dari dermaga Pulau Rubiah. Begitu turun dari kapal, perjalanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalanan terbuat dari semen.

Kiri-kanan jalan dipenuhi hutan. Tiba di lokasi, sebuah prasasti dibangun. Sekilas tentang sejarah bangunan termuat di sana. Persis di depannya, satu unit bangunan beraksitektur ardeko tampak berdiri kokoh.

Bangunan bergaya Belanda itu tampak lebih kecil dibandingkan gedung di belakangnya. Di halaman bangunan tampak lebih bersih. Di dalamnya, ada beberapa ruangan kosong.

Atap dan lantai bangunan rusak. Catnya mulai pudar. Berjalan sekitar 20 meter dari sana, terdapat sebuah bangunan dengan delapan ruangan. Jarak kedua gedung dipisah ilalang setinggi pinggang orang dewasa.

Kondisi di dalam bangunan sama: kosong melompong, atap rusak, dan lantai pecah-pecah.

Abu Dhabi, Khabib Nurmagomedov dan Pariwisata

Duel UFC menarik tersaji pekan ini, bahkan disebut-sebut duel terbesar tahun 2019. Khabib Nurmagomedov lawan Dustin Poirier di Abu Dhabi.

Pertarungan UFC 242 pada 7 September untuk memperebutkan juara dunia kelas ringan. Baik Khabib dan Dustin, dua-duanya pertarung hebat di klasemen teratas.

Siapa yang tak kenal Khabib, namanya makin menggema ketika membungkam Conor McGregor plus rekor tak terkalahkan 27-0. Dustin Poirier pun tak bisa diremehkan, karena berstatus juara interim kelas ringan UFC setelah mengalahkan Max Holloway.

Tapi di balik duel yang diyakini bakal berlangsung panas, nama Abu Dhabi turut mencuri perhatian. Abu Dhabi sebagai tuan rumah penyelanggara, memang ingin menggaungkan namanya sebagai destinasi wisata kelas dunia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar