Taman Safari Indonesia (TSI) resmi membuka International Animal Photo Competition (IAPC) atau kontes foto. Kompetisi foto bagi pencinta satwa ini mempunyai misi utama untuk mengajak masyarakat umum menghargai dan mencintai keanekaragaman satwa melalui foto-foto yang menggugah hati.
"Berdasarkan studi dari Amerika Serikat Michigan State University bahwa dengan melihat foto satwa orang dapat lebih memiliki koneksi batin antara manusia dan satwa, sehingga dengan foto-foto itu manusia bisa lebih mencintai satwa," ujar Deputy Direktur Taman Safari Indonesia Hans Manansang dalam sambutannya di Jakarta Aquarium, Neo Soho, Jakarta Barat, Sabtu (27/7/2019).
Oleh karena itu, kata Hans, melalui lomba foto bertemakan 'Aku dan Satwa' ini diharapkan foto yang dihasilkan dapat menyadarkan semua orang untuk menjaga alam beserta isinya.
"Melalui IAPC ini kita mnegajak orang-orang untuk mencintai satwa, karena banyak satwa hidup menderita, ada yang terkena jerat, ada yang dikejar-kejar masyarakat untuk dibunuh, ini yang ingin kita coba gugah supaya masyarakat lebih sadar bahwa satwa itu bukan untuk dibunuh tapi untuk hidup berdampingan dengan manusia," terang Hans
.
Sementara itu, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK Indra Exploitasia mengungkapkan apresiasinya terhadap IAPC 2019 ini. Menurutnya, pemerintah melalui KLHK menjalankan fungsi dan tugas strategis untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem sebagai sistem pendukung kehidupan, tugas mulia tersebut tentu saja membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
"Kecintaan masyarakat terhadap flora fauna dapat disalurkan secara positif melalui kegiatan fotografi ini, oleh karena itu pemerintah mengapresiasi langkah Taman Safari khususnya Jakarta Aquarium yang telah menyelenggarakan lomba foto satwa internasional ke-29 sekaligus mewadahi hobi dan kecintaan masyarakat terhadap fauna Indonesia melalui foto secara produktif," ujarnya.
Diketahui, sejak didirikan pada 1986, TSI melakukan konservasi hewan liar yang populasinya mulai terdesak. Ada ribuan jenis spesies hewan di dunia yang terancam punah. TSI ingin mengambil peran untuk menanggulanginya dengan merawat lima ribu hewan dari 300-an spesies.
Taman Safari Bogor, Taman Safari Prigen, Bali Safari & Marine Park, Batang Dolphins Center dan Jakarta Aquarium adalah bukti kepedulian TSI Group terhadap deretan satwa yang kian hari semakin terancam keberadaannya.
Selain konservasi, ada tiga pilar lainnya yang hingga kini menjadi tonggak semangat bisnis TSI, yakni pendidikan (education), penelitian (research), dan rekreasi (recreation).
http://indomovie28.com/a-big-bullfight/
Sensasi Arung Jeram di Kali Elo Magelang Saat Matahari Terbenam
Liburan akhir pekan di Magelang kamu bisa coba arung jeram. Rasakan serunya mengarungi Kali Elo petang hari jelang matahari terbenam.
Ini adalah tempat wisata di Magelang yang dicoba detikcom saat berada di sana beberapa waktu lalu. Kurang lengkap ke sana tanpa menjajal arung jeramnya.
Ya, semua acara dipadatkan dan kami menjajal arung jeram juga saat malam akan tiba. Kami hanya mengarungi setengah rute arung jeram dari biasanya di Sungai Elo.
Mengingat waktu, kami memotong di pertengahan jalur atau melewatkan setengahnya dari total 12,5 kilometer. Jadi, tingkat kesulitan jeramnya pun ada di Grade Class II ke bawah.
Jeram-jeram yang cukup menegangkan ada di awal-awal jalur. Tapi perjalanan ini cukup menegangkan karena hari mulai gelap.
Air yang tenang, cukup bersih dan sejuk mengaliri Kali Elo. Sisi kanan kiri kali adalah permukiman warga desa yang berbatas kumpulan pohon bambu.
Meski kemarau, Kali Elo masih memiliki debit air yang cukup untuk diarungi. Terlihat pula saat itu pemancing lokal hingga ada orang mandi di kali ini.
Ada banyak biawak di daerah sini. Sering diburu masyarakat tapi hanya yang dewasa dan yang masih kecil dilarang perburuannya.
Sensasi Arung Jeram di Kali Elo Magelang Saat Matahari Terbenam
Liburan akhir pekan di Magelang kamu bisa coba arung jeram. Rasakan serunya mengarungi Kali Elo petang hari jelang matahari terbenam.
Ini adalah tempat wisata di Magelang yang dicoba detikcom saat berada di sana beberapa waktu lalu. Kurang lengkap ke sana tanpa menjajal arung jeramnya.
Ya, semua acara dipadatkan dan kami menjajal arung jeram juga saat malam akan tiba. Kami hanya mengarungi setengah rute arung jeram dari biasanya di Sungai Elo.
Mengingat waktu, kami memotong di pertengahan jalur atau melewatkan setengahnya dari total 12,5 kilometer. Jadi, tingkat kesulitan jeramnya pun ada di Grade Class II ke bawah.
Jeram-jeram yang cukup menegangkan ada di awal-awal jalur. Tapi perjalanan ini cukup menegangkan karena hari mulai gelap.
Air yang tenang, cukup bersih dan sejuk mengaliri Kali Elo. Sisi kanan kiri kali adalah permukiman warga desa yang berbatas kumpulan pohon bambu.
Meski kemarau, Kali Elo masih memiliki debit air yang cukup untuk diarungi. Terlihat pula saat itu pemancing lokal hingga ada orang mandi di kali ini.
Ada banyak biawak di daerah sini. Sering diburu masyarakat tapi hanya yang dewasa dan yang masih kecil dilarang perburuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar