Ketua Tim Uji Klinis Vaksin COVID-19 Profesor Kusnandi Rusmil memastikan efek samping dari vaksin COVID-19 lebih ringan dibandingkan dengan vaksin-vaksin untuk penyakit lainnya di tahapan uji klinis. Seperti diketahui, saat ini uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac China tengah menjalani uji klinis fase III di Bandung.
"Jadi memang pemantauannya ketat sampai sejauh ini dari yang sudah mendapatkan suntikan kedua, keluhan oleh karena suntikan itu bisa dibilang minimal. Paling panas-panas badan sedikit, nyeri di tempat suntikan seperti kita imunisasi biasa. Dibandingkan dengan penelitian saya waktu penelitian tetanus dan pertusis, sama yang lain ya, ini keliatannya kayaknya lebih ringan deh reaksinya," ujar Kusnandi saat ditemui di kediamannya di Bandung, Kamis (5/11/2020).
"Dibandingkan waktu saya uji klinis vaksin tetanus, pertusis, dan difteri, itu lebih tinggi panasnya. Kalau ini sepertinya di bawah itu, kan kebetulan saya juga yang melakukan uji klinis ya. Jadi lebih ringan, jadi semoga saya berharap selama uji klinis ini tidak terjadi apa-apa," sambungnya.
Meski demikian, kata Kusnandi, pemantauan secara ketat masih akan tetap dilakukan kepada para penerima suntikan vaksin kedua. Pasalnya, pengambilan sampel darah untuk pengecekan antibodi secara periodik akan dibarengi dengan pemeriksaan kesehatan.
"Dan sampai sekarang selama ini normal-normal saja tidak terjadi apa-apa, moga-moga sebentar lagi kan sudah selesai penyuntikan, tinggal diikuti selama 6 bulan," kata Kusnandi.
"Pada umumnya (efek samping) dalam 2 hari menghilang. jadi di tempat suntikan demam pada umumnya pada hari kedua ketiga hilang. Dan itu tidak semuanya (merasakan efek samping), hanya 20%. jadi jangan dikatakan semuanya akan pegal atau lemas, itu hanya 20% yang begitu," lanjutnya.
Kusnandi melaporkan penyuntikan kedua kepada 1.620 relawan akan selesai pada pekan depan. Artinya, tinggal melakukan pengambilan sampel darah relawan selama enam bulan ke depan.
"Uji klinis dari fase tiga ini sudah berjalan dan yang disuntik sekarang ini yang satu kali suntik sudah 1.620, dan yang disuntik kedua sudah 1.580. jadi saya harapkan nanti minggu depan selesai, jadi tinggal diikuti selama enam bulan," katanya.
https://nonton08.com/movies/the-influence-of-sex-on-dieting/
Saran Psikolog Agar Resesi di Indonesia Tak Berdampak pada Kesehatan Jiwa
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49%. Hal ini berarti, Indonesia resmi resesi.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, ekonomi Indonesia pada kuartal III saat ini minus 3,49% secara year on year dibandingkan dengan periode yang sama 2019.
"Perekonomian Indonesia pada triwulan III-2020 year on year dibandingkan triwulan III-2019 mengalami kontraksi 3,49%," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/11/2020).
Bagaimana tips untuk atasi stres saat Indonesia resesi?
Psikolog klinis dari Pro Help Center Nuzulia Rahma Tristinarum menjelaskan beberapa tips untuk tidak stres saat Indonesia resesi, salah satunya dengan menguatkan diri.
"Pertama, perkuat diri sendiri dengan menguatkan mental dan spiritual," jelas Rahma saat dihubungi detikcom Kamis (5/11/2020).
"Kedua, tingkatkan ketahanan keluarga dari sisi sosial psikologis. Misalnya dengan saling menguatkan di antara suami istri dan anggota keluarga. Bekerja sama mencari jalan keluar dari suatu masalah," tambah Rahma.
Siapa yang akan rentan mengalami dampak resesi?
Disebutkan oleh Rahma, orang yang rentan mengalami adalah mereka yang tidak memiliki pekerjaan, di PHK dari pekerjaannya, tidak memiliki keahlian lain untuk mencari uang, bangkrut bisnisnya.
"Dalam kehidupan keluarga, pertengkaran dan perceraian karena faktor ekonomi dapat memperburuk kesehatan mental. Kondisi istri atau ibu dengan anak anak yang masih kecil namun keadaan ekonominya buruk juga rentan terkena masalah kesehatan mental," pungkas Rahma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar