Foto-foto petugas dengan full APD (alat pelindung diri) membawa peti jenazah menyeberangi sungai, naik-turun bukit, viral di media sosial. Mereka adalah petugas dari Satgas COVID-19 Kulonprogo, DI Yogyakarta.
Staf Bidang Operasi Posko Dukungan Satgas COVID-19 DIY Endro Sambodo saat dihubungi detikcom menjelaskan, foto-foto ini menggambarkan jalur ekstrem yang dilalui petugas pemakaman di Kelurahan Banjaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo.
"Jadi ada pasien yang meninggal dari RSUP DR Saditjo, yang bersangkutan (yang meninggal) merupakan warga daerah situ dan makam di kampung itu memang posisinya menyeberang sungai," jelas Endro saat dihubungi detikcom, Jumat (15/1/2021).
Kenapa harus lewat jalur yang ekstrem? Menurut Endro, pemilihan jalur menuju pemakaman tersebut sudah disepakati. Alternatif jalur lain ternyata tidak lebih mudah, dan tetap tidak terjangkau ambulans.
"Kemudian kalau opsi menggunakan jalan yang lain menggunakan ambulance, ternyata memutar kurang lebih 3 kilometer, dan ambulance mentok di jalan dan untuk ke makam jalan sekitar 1 kilometer, dan jalan melalui sungai adalah opsi yang disepakati," tambahnya.
Terkait viralnya foto-foto petugas saat menjalankan proses pemakaman dengan protokol COVID-19 tersebut, Endro titip pesan untuk menjauhi risiko penularan. Di antaranya dengan selalu pakai masker, jaga jarak dan menghindari kerumunan, serta rajin cuci tangan.
https://indomovie28.net/movies/the-doll-6/
Ucapan Duka Bencana Alam dan Musibah Lainnya Ada Etikanya, Cek di Sini
Ucapan duka bencana alam maupun musibah serupa semestinya tidak malah menambah luka. Hindari mengungkit-ungkit kenangan pahit yang oleh para ahli psikologi disebut trauma sekunder.
"Yang perlu diingatkan adalah kita semua harus menjaga agar tidak terjadi trauma sekunder," pesan Kasandra Putranto, Humas Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Kasandra Putranto, dalam tayangan e-Life detikcom, Jumat (15/1/2021).
Keluarga korban musibah Sriwijaya Air misalnya, menurut Kasandra, bisa mengalami trauma sekunder jika terus menerus diingatkan pada peristiwa tragis yang telah terjadi. Akibatnya, malah jadi semakin sedih.
Gurauan dan candaan yang tidak pada tempatnya juga sebaiknya dihindari saat menyampaikan ucapan duka bencana alam maupun musibah apapun. Lebih baik mendengarkan, tetapi tidak berusaha mengorek-ngorek.
"Kita tidak tahu situasi dan kondisinya. Kadang ada yang memang ingin cerita, ada yang tidak. Mengorek-ngorek itu bisa jadi justru menimbulkan luka," pesan Kasandra.
"Lebih baik memberikan reaksi atau ekspresi simpati empati. kadang-kadang kata-kata tidak diperlukan, yang diperlukan adalah perhatian," lanjutnya.
Seperti apa bentuk perhatian yang bisa diberikan? Pertanyaan-pertanyaan simpel seperti 'sudah makan atau belum' atau 'apakah sudah tidur', menurut Kasandra kadang-kadang bisa membuat orang merasa lebih diperhatikan.
Jika ingin menangis, berikan kesempatan untuk menangis karena tidak mungkin ditahan-tahan. Tentu, sambil diperhatikan agar kondisinya tetap stabil.
Tidak kalah penting dari ucapan duka bencana alam maupun musibah lain, adalah memberikan informasi sesuai pada tempatnya. Yang harus dipastikan adalah memberikan perlakuan yang manusiawi meski ada banyak urusan administratif yang harus diselesaikan oleh keluarga yang berduka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar