Memasuki umur 20-an, para milenial akan ada fase membingungkan dalam kehidupan. Tapi semua itu bisa diatasi dengan kegiatan traveling.
Fase Quarter-Life Crisis biasanya dialami oleh anak muda yang berusia 20-25 tahun. Di saat inilah, mereka mulai mempertanyakan sesuatu yang terjadi di hidupnya. Mulai dari jalan hidup, jati diri sampai faktor kesuksesan. Intinya, hidup penuh kegalauan dan pikiran-pikiran akan masa depan.
Namun, jangan galau dahulu. Banyak cara untuk mengatasi krisis kehidupan yang satu ini. Traveling jadi salah satu caranya, di mana jadi obat untuk berbagai 'penyakit diri'.
"Kalau ingin menikmati ingin belajar sesuatu dan identitas diri yang makin banyak, apalagi solo traveling, sangat banyak manfaatnya, misalnya kita lihat travel blogger, pengalaman mereka, pencerahan apa yang diperoleh, saya juga beberapa kali, dan it happens, sisi dari dalam diri membuat kita berkaca lebih dalam, dunia ini punya lebih banyak point of view," ujar Psikolog Bona Sardo Hutahaean, MPsi dalam wawancara dengan detikTravel, Kamis (31/1/2019)
Tentunya, sebagai traveler dari melihat banyak sudut pandang bisa membuka lebih luas jalan pikiran traveler. Hal ini, rupanya membantu para milenial yang sedang menghadapi Quarter-Life Crisis untuk mencari jalan ke luar akan teka-teki dalam hidup. Namun, tentunya dengan batasan dan tujuan masing-masing individu.
"Tergantung orangnya juga 'dablek' atau nggak. Nanti kan bisa dapat insight, banyak liburan kalau tetap dablek ya tidak bertumbuh. Kalau banyak orang yang ingin belajar ingin mengembangkan aspek soft skill, kemampuan toleransi, atau menghargai diri sendiri, orang lain, kembali lagi orangnya," tambah Bona.
Terkadang, saat mengalami Quarter-Life Crisis, orang tersebut jadi lebih sering mempertanyakan tentang masa depan. Bagaimana kondisinya dapat memunculkan ide-ide untuk mencapai kesuksesan. Ternyata, menurut Pengamat Sosial dan Ketua Program Studi Vokasi Komunikasi Universita Indonesia, Devie Rahmawati, hal ini bisa digunakan untuk mengeksplor berbagai gagasan.
"Pertama ke Museum. Di museum Anda akan memiliki kesempatan mengenal masa lalu dari sebuah bangsa atau masyarakat. Kebesaran komunitas mereka. Kemudian Pasar, dengan pergi ke pasar, maka Anda dapat memahami masa kini kehidupan sebuah masyarakat. Karena di pasarlah interaksi kekinian terjadi. Ketiga kampus, menjadi tempat untuk melongok masa depan sebuah masyarakat, karena di kampuslah rencana rencana strategis sebuah bangsa diciptakan dan dikembangkan," ujar Devie.
Selain itu, menurut Devie, dari traveling pun kita bisa mendapatkan vitamin jiwa. Misalnya saja, lebih merasa bersyukur dengan kondisi yang dihadapi saat ini.
"Sedangkan ketika hati Anda hampa, Anda dapat memperoleh vitamin jiwa, maka rancanglah bepergian ke tempat yang taraf hidupnya di bawah tempat asal Anda. Sepulang dari tempat-tempat itu Anda akan jauh lebih bersyukur terhadap hidup Anda dan menjadi pribadi yang lebih rendah hati dan pekerja keras," tambahnya.
Ternyata banyak hal yang bisa dipelajari dari traveling. Tentunya, ini membantu kamu untuk memahami diri sendiri. Mulai dari berdamai dengan kondisi yang ada, bersyukur, tenggang rasa, sampai mencari jawaban tentang jati diri yang selalu jadi pertanyaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar