Selasa, 23 Juni 2020

Apa Itu Rare Earth yang Dibahas Luhut dan Prabowo?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka suara terkait pertemuannya dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pekan lalu. Menurut Luhut, pertemuan dengan Prabowo saat ini salah satunya membahas timah dan rare earth untuk pembuatan senjata.
Lalu, apa itu rare earth?

Mungkin tak banyak yang tahu, pasir timah yang biasa diekspor ilegal dari Bangka Belitung (Babel) mengandung mineral tanah jarang (rare earth). Mineral ini memiliki harga jual tinggi.

Berdasarkan perbincangan detikcom dengan Direktur Utama PT Timah kala itu, Sukrisno, Minggu (28/6/2015), tanah jarang ini bisa dijual hingga 10 kali lipat lebih tinggi dibanding timah itu sendiri. Komponen satu ini bahkan bisa digunakan untuk partikel nuklir, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) hingga komponen elektronik.

"Tanah jarang atau rare earth ini mineral ikutan, dari proses pemurnian timah itu kan diayak istilahnya dimurnikan, dan mineral pasir itu mengandung tanah jarang atau monazite namanya," kata Sukrisno.

Tanah jarang bisa diproses menjadi 12 komponen, termasuk monazite, thorium, dan lainnya. Salah satu yang paling potensial untuk dijual adalah monazite.

Terkait dengan harga, tanah jarang ini disebut-sebut harganya lebih mahal dibanding timah. Harganya bisa mencapai 10 sampai 12 kali lebih mahal dibanding timah.

Tanah jarang tersebut bisa dijual per kg, sedangkan pasir timah dijual per metrik ton.

Saingi China, RI Mau Produksi Logam 'Tanah Jarang'

 Indonesia berencana mulai memproduksi dan mengolah logam tanah jarang atau Rare-Earth. Logam tanah jarang bersifat magnetik dan konduktif yang digunakan menjadi komponen utama dalam pemberian daya terhadap sebagian besar perangkat elektronik atau gadget, yakni ponsel, tablet, speaker, dan sebagainya.

Untuk memuluskan rencana tersebut, PT Timah Tbk (TINS) bersama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sepakat menjalin kerja sama pengelolaan uranium dan thorium dalam Produk samping hasil proses produksi logam tanah jarang pada penerapan industri.

Kerja sama itu ditandatangani oleh Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Trenggono Sutioso dan Kepala PT BGN Yarianto Sugeng Budi Susilo, Jumat (2/8/2019) lalu.

"Harapan kami dengan kerja sama ini Indonesia memulai babak baru sebagai salah satu produsen logam tanah jarang yang selama ini dikuasai oleh China," ujar Direktur Utama TINS Mochtar Riza Pahlevi dalam keterangannya, Senin (4/8/2019).

Riza menilai bahwa industri ini merupakan industri masa depan dan sudah seharusnya Indonesia memanfaatkan dan memaksimalkan potensi dan berkah yang luar biasa tersebut.

Menurut Riza, pihaknya juga siap bekerja sama dengan BATAN dalam proyek-proyek strategis khususnya yang berkaitan dalam pengolahan bahan-bahan tersebut.

"Kami yakin BATAN sudah sangat expert dan leading dalam hal teknologi ini. Kita harapkan kerja sama-kerja sama yang telah dilakukan dapat menciptakan energi murah dan ramah lingkungan di Indonesia, dengan pemanfaatan mineral-mineral tadi," ujar Riza.

Riza juga mengungkapkan bahwa bahan baku yang dimiliki TINS cukup banyak mengingat sejarah penambangan timah yang dilakukan sudah berlangsung cukup lama.

"Bisa dibayangkan jika sejarah penambangan timah di Bangka Belitung sudah ratusan tahun, sementara pemanfaatan monasit belum pernah dilakukan," papar Riza.
https://indomovie28.net/fate-stay-night-heavens-feel-i-presage-flower/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar