Mau sukses seperti CEO Google, Sundar Pichai? Dia mengawalinya dari pekerjaan product management, bidang kerja seru untuk milenial di dunia digital.
Dunia digital menawarkan ruang yang luas untuk mengembangkan karir. Pekerjaan yang bernama product management mungkin bisa menjadi pilihan yang menarik bagi generasi milenial untuk meniti karir.
Hal ini disampaikan oleh Aga Rasyidi, Head of Product Management detikcom dalam kuliah online d'Youthizen Virtual Class. Dia akan berbagi ilmu soal dunia kerja merancang produk di perusahaan digital.
"Sundar Pichai, CEO Google dan Marissa Mayer, CEO Yahoo dulunya mengawali karir sebagai product manager," kata Aga dalam kuliah online, Senin (29/6/2020).
Product management adalah sebuah pekerjaan yang asyik dan menantang untuk generasi milenial menurut Aga. Semua perusahaan tentu meluncurkan sebuah produk, dari makanan sampai aplikasi. Sukses atau tidaknya sebuah produk adalah hasil buah pemikiran product manager.
Perkembangan dunia digital juga membawa product management ke ruang baru tanpa batas. Perusahaan-perusahaan teknologi berlomba menciptakan barang gadget, fitur, aplikasi dan lain-lain. Prosesnya begitu dinamis.
Aga mencontohkan di detikcom, mereka ngobrol ke pengguna, terus analisa data, kerja bareng tim marketing. Lalu mereka brainstorming untuk fitur dan diskusi dengan tim desainer dan developer. Ujungnya adalah pengembangan produk baru yang bermanfaat untuk pengguna.
"Pekerjaan ini gabungan brain of engineer, heart of designer, sense of businessman, speech of diplomat," jelasnya.
Aga membagikan tips bekerja di dunia digital untuk mengembangkan produk agar selalu menjaga mood tetap ceria, jangan cepat puas, mendengarkan orang lain dan terbuka untuk diskusi. Setelah produk meluncur, bukan artinya pekerjaan selesai tapi dikembangkan terus sebagai peningkatan dari solusi yang ada.
Untuk menapaki karir ini, tidak harus melulu dari teknik informatika. Mahasiswa desainer dan bidang-bidang lain juga bisa mengawali karir di bidang ini.
"Yang penting kamu produktif dan kerjain dulu yang yang bisa dikerjain. Pasti jadi jembatan untuk perkembangan karir kita selanjutnya," ujarnya.
d'Youthizen Virtual Class hari ini diikuti ribuan pendaftar online. Dari pelosok Indonesia sampai yang paling jauh dari Kanada. Mereka antusias belajar dan aktif bertanya sebagai pembelajaran mereka ketika lulus nanti.
Acara ini disponsori oleh vivo V19, Perfect Night Perfect You. Kini vivo V19 dapat dibeli melalui layanan Whatsapp atau delivery service. Dapatkan juga promo tengah tahun di Toko Resmi vivo di e-commerce. Cek info lebih lanjutnya di vivo.com/id.
d'Youthizen Virtual Class edisi ketiga berakhir sudah. Tetap panteng medsos @dyouthizen dan @detikcom untuk dapat informasi acara d'Youthizen selanjutnya atau berita/isu terkini dan informasi acara lainnya yang asyik untuk generasi milenial.
Pemerintah AS Minta Medsos Bungkam Aksi Demo
Pemerintahan Amerika Serikat mengirimkan surat permintaan ke perusahaan media sosial (medsos) untuk meminta mereka mengurus postingan terkait aksi demonstrasi.
Dalam surat yang dikirimkan oleh penjabat Menteri Keamanan Dalam Negeri (DHS) Chad Wolf ke CEO Facebook, Twitter, Apple, Snap, dan Alphabet tersebut pemerintah AS meminta para platform medsos untuk memblokir postingan demonstrasi berbau kekerasan, seperti aksi merobohkan patung, aksi kekerasan, dan pelanggaran jam malam.
Wolf menyebut beberapa agen DHS menemukan para pelaku aksi kekerasan dan kriminal menggunakan medsos sebagai alat untuk merencanakan dan menggerakkan kejahatan tersebut.
Surat ini dikirimkan setelah berbagai aksi demonstrasi yang memprotes kekerasan dan rasisme yang dilakukan oknum polisi di AS. Salah satu bentuk dari aksi protes itu adalah dengan menghancurkan sejumlah patung tokoh yang mewakili kalangan white supremacist.
Sebelum surat itu dikirimkan pun sebenarnya banyak dari perusahaan medsos yang sudah memblokir konten yang bisa memicu kekerasan. Contohnya Twitter yang pernah menandai kicauan Presiden Donald Trump dengan label mempromosikan kekerasan.
Sementara Facebook juga punya aturan yang melarang konten kekerasan muncul di platform media sosialnya itu, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Senin (29/6/2020).
Perlu diingat, surat yang dikirimkan bos DHS itu bukan bagian dari penegakan hukum, dan tidak bersifat memaksa. Jadi perusahaan medsos bisa saja tak menuruti permintaan tersebut tanpa ada ancaman hukum.
Meski begitu saat ini pemerintah AS tengah mencari cara untuk menggunakan kekuatan hukum dalam mengatur konten yang beredar di medsos.
Pada akhir Mei lalu Trump menandatangani sebuah perintah presiden untuk kembali menerapkan aturan yang menyatakan perusahaan medsos harus bertanggung jawab jika membiarkan ada konten yang melanggar hukum.
https://kamumovie28.com/dear-nathan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar