Selasa, 23 Juni 2020

Saingi China, RI Mau Produksi Logam 'Tanah Jarang'

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjawab 'nyinyiran' pihak-pihak tertentu yang mempertanyakan kedekatan Indonesia dengan China. Luhut menjelaskan alasan Indonesia tidak bisa menolak keberadaan China karena memang negara tersebut punya peran yang cukup besar di pasar global.
"Dampak COVID-19 ini ada dampak di Tiongkok, kita nyinyir lihat Tiongkok. Tiongkok itu 18% mengontrol ekonomi dunia. Kita suka tidak suka saya harus sampaikan, kita nggak bisa ignore keberadaan dia. Nah ini punya dampak. Apalagi jarak kita dekat dengan dia," terang Luhut dalam rapat bersama Banggar DPR RI, Senayan, Senin (22/6/2020).

Meski begitu, pemerintah Indonesia tetap memberi syarat ketat bagi kerja sama dan investasi yang masuk dari China. Setidaknya ada lima syarat wajib yang harus dipenuhi China bila ingin membangun kerja sama dengan Indonesia.

"Dengan Tiongkok saya pikir investasi terus meningkat. Dan mereka memenuhi kriteria yang kita berikan. Jadi tidak ada tidak. Ada lima kriteria untuk masuk ke Indonesia. Satu, dia harus bawa teknologi. Dua dia harus teknologi transfer, tiga dia harus added value, keempat dia harus melakukan B2B dari tiap itu, kelima dia harus menggunakan tenaga kerja kita sebanyak mungkin," tegasnya.

Namun, Luhut mengakui masih harus menyerap tenaga kerja asing khususnya untuk bidang-bidang tertentu.

"Tapi dalam konteks ini karena kita tidak punya engineer yang cukup dalam teknologi. Sekarang ini kita punya pegawai Indonesia itu 92%, ada juga 8% asing dari Tiongkok ada juga dari Prancis," sambungnya.

Tak hanya dengan China, Luhut memastikan, Indonesia juga menjalin kerja sama serupa dengan negara lain seperti Amerika Serikat dan Timur Tengah. Contohnya dengan Abu Dhabi, untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, negara tersebut menggelontorkan hampir US$ 25 miliar untuk investasi di sini.

"Kita memelihara balance of power antara Timur Tengah, Tiongkok dan Amerika Serikat. Dan sekarang pemerintahan Presiden Joko Widodo, hubungan kita dengan tiga-tiga ini, saya boleh katakan sangat baik. Ketika dengan Abu Dhabi untuk pertama kali ada masuk investasi yang masuk hampir US$ 25 miliar sepanjang sejarah republik dan itu semua ongoing," paparnya.

Apa Itu Rare Earth yang Dibahas Luhut dan Prabowo?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka suara terkait pertemuannya dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pekan lalu. Menurut Luhut, pertemuan dengan Prabowo saat ini salah satunya membahas timah dan rare earth untuk pembuatan senjata.
Lalu, apa itu rare earth?

Mungkin tak banyak yang tahu, pasir timah yang biasa diekspor ilegal dari Bangka Belitung (Babel) mengandung mineral tanah jarang (rare earth). Mineral ini memiliki harga jual tinggi.

Berdasarkan perbincangan detikcom dengan Direktur Utama PT Timah kala itu, Sukrisno, Minggu (28/6/2015), tanah jarang ini bisa dijual hingga 10 kali lipat lebih tinggi dibanding timah itu sendiri. Komponen satu ini bahkan bisa digunakan untuk partikel nuklir, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) hingga komponen elektronik.

"Tanah jarang atau rare earth ini mineral ikutan, dari proses pemurnian timah itu kan diayak istilahnya dimurnikan, dan mineral pasir itu mengandung tanah jarang atau monazite namanya," kata Sukrisno.

Tanah jarang bisa diproses menjadi 12 komponen, termasuk monazite, thorium, dan lainnya. Salah satu yang paling potensial untuk dijual adalah monazite.

Terkait dengan harga, tanah jarang ini disebut-sebut harganya lebih mahal dibanding timah. Harganya bisa mencapai 10 sampai 12 kali lebih mahal dibanding timah.

Tanah jarang tersebut bisa dijual per kg, sedangkan pasir timah dijual per metrik ton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar