Kamis, 18 Juni 2020

Melinda Gates Utamakan Kulit Hitam Divaksin Corona, Benarkah?

Bill Gates dan Melinda Gates terus menjadi lakon di tengah pandemi Corona dengan banyaknya pemberitaan soal mereka, baik yang benar ataupun salah. Terbaru, ada postingan viral di media sosial bahwa Melinda mengutamakan kaum kulit hitam mendapatkan vaksin Corona.
Viral di Facebook sampai dibagikan ribuan kali, diklaim bahwa Melinda ingin kaum kulit hitam divaksin pertama kali. Bahkan disebut Melinda sengaja ingin menguji coba vaksin COVID-19 ke ras kulit hitam.

"Dengan kata lain, kita menjadi kelinci percobaan," tulis sebuah komentar. Isu ini mungkin berasal dari wawancara Melinda dengan majalah Time pada awal Juni silam.

Ia menyebut yang paling butuh vaksin Corona adalah pekerja kesehatan di seluruh dunia. Ketika ditanya siapa berikutnya yang paling memerlukan vaksin, Melinda memang menjawab kaum kulit hitam.

"Di AS, selanjutnya adalah kaum kulit hitam, jujur saja, dan banyak orang berwarna lainnya. Mereka terdampak secara disproporsional dari COVID-19," katanya.

Memang benar orang kulit hitam di AS lebih besar kemungkinan meninggal dari COVID-19 karena ketidaksetaraan layanan medis. Misalnya di negara bagian Illinois. Orang kulit hitam di sana hanya mencakup 14,6% populasi, tapi dari seluruh kematian karena COrona, 40% adalah mereka.

Berdasarkan artikel tersebut, kantor berita Reuters yang dikutip detikINET menyatakan bahwa informasi di Facebook yang menyebut Melinda ingin orang kulit hitam divaksin pertama adalah menyesatkan.

Tepatnya, Melinda menyebut bahwa sesudah pekerja kesehatan, kaum kulit hitam seharusnya diberi akses prioritas ke vaksin Corona jika sudah tersedia karena pandemi ini secara tidak proporsional membuat mereka lebih menderita.

Ahli Sebut Vaksin Corona Pertama Memiliki Keterbatasan, Mengapa?

 Ilmuwan di dunia kini tengah berlomba mengembangkan vaksin Corona. Beberapa di antaranya ada yang berhasil menghasilkan antibodi dan tengah melanjutkan uji coba ke tahap selanjutnya.

Namun, ahli menyebut vaksin Corona pertama nantinya akan memiliki keterbatasan. Benarkah demikian?

"Apa itu perlindungan terhadap infeksi? Apa perlindungan terhadap penyakit? Apa perlindungan terhadap sakit yang berat? Ini mungkin sebuah vaksin yang hanya melindungi dari sakit berat," ungkap Robin Shattock, profesor Imperial College London yang juga memimpin pengembangan percobaan vaksin, dikutip dari Bloomberg.

"Vaksin perlu melindungi dari penyakit, belum tentu infeksi," kata Dennis Burton, peneliti imunologi dan vaksin di Scripps Research di La Jolla, California.

Para ahli meyakini bahwa orang-orang yang diberi vaksin Corona nantinya akan kembali ke kehidupan normal mereka dengan bebas, padahal bukan seperti itu masalahnya. Disebutkan, masih ada kemungkinan terinfeksi.

"Dugaanku adalah sehari setelah seseorang diimunisasi, mereka akan berpikir, aku bisa kembali normal. Semuanya akan baik-baik saja," kata wakil kanselir di Washington University.

Selain itu, virus disebut memiliki kemampuan menginfeksi tanpa gejala. Meskipun vaksin adalah senjata yang efektif, vaksin Corona disebut hanya efektif pada beberapa orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar