Bagi traveler, menikmati kopi jadi kebutuhan hingga gaya hidup. Hanya bagi barista tunanetra bernama Ilham, kopi menjadi caranya untuk mengekspresikan diri.
Adalah Ilham Febriyanto, seorang barista dari Blind Coffee, yang memiliki keterbatasan indra penglihatan. detikcom pun pertama kali bertemu dengannya lewat acara Special City Tour Barista Inklusif yang diselenggarakan oleh komunitas Koko Jali, Sabtu pekan lalu (14/9/2019).
Tepat pagi hari itu, kedai kopi Join X Jeera Coffee House yang terkenal akan para barista eks-napinya menjadi tempat pertemuan kami. Layaknya peserta tur yang baru berjumpa, saya pun menyodorkan tangan sebagai tanda perkenalan dan keramahtamahan.
Dalam hitungan detik, tangan saya pun segera berjabat dengan tangan para peserta tur lain. Namun, jabat tangan saya berhenti di depan seorang pemuda paruh baya berkemeja cokelat. Tatapannya tampak lurus ke depan, tapi tak ada reaksi menghadap tangan saya.
Saat itu baru saya sadari, bahwa pria yang belakangan saya ketahui namanya sebagai ilham itu adalah seorang tuna netra. Jujur, saya merasa canggung sekaligus malu karena tak dapat mengetahuinya lebih awal.
Saya pun lantas segera menepuk pelan lengan Ilham dan menjabat tangannya yang terpangku di atas lutut sambil memperkenalkan diri. Menyadari kehadiranku, Ilham pun balik memperkenalkan namanya serasa tersenyum.
Usai berkenalan, obrolan pun mengalir hangat. Dijelaskan oleh Ilham, ia merupakan satu dari empat barista tunanetra dari Blind Coffee. Sebuah inisiatif kedai kopi dari para kaum difabel yang memiliki keterbatasan mata.
Didampingi oleh Tami dari komunitas Fency (Fellowship of Netra Community). Beliau sendiri memang aktif mendampingi rekan-rekan sahabat tunanetra dalam setiap kegiatannya.
Dengan ramah Ilham bercerita perihal perjalanannya menjadi apa yang ia sebut sebagai Blind Barista. Kisahnya dimulai saat ia duduk di bangku kelas satu SMP tahun 2003 silam.
"Kena pas SMP kelas satu, tiba-tiba pandangan saya kabur seperti berkabut. Tahu-tahu saya tak bisa melihat," kenang Ilham.
Dijelaskan Ilham, mata kirinya sudah tidak dapat melihat. Sedangkan mata kanannya memiliki penglihatan terbatas seperti melihat dari dalam sedotan. Dokter menjatuhkan vonis dugaan katarak, glukoma hingga retinitis pigmentosa. Entah mana yang benar.
Tak putus harapan, di tengah keterbatasannya ia menekuni profesi barista di bengkel theater WS Rendra. Selain teknik, ia juga belajar mengenal kopi dari sumbernya.
"Alhamdullilah sudah dapat enam teknik. Kita belajar dari perkebunan, mengenal biji kopi dari hulu hingga penyajian," cerita Ilham.
Tak hanya bercerita, Ilham pun membuktikan kepiawaiannya menyeduh kopi di depan saya dan para peserta tur lainnya. Dibantu oleh Tami yang menyiapkan air dan alatnya, Ilham tampak meraba alat V60 yang dilanjutkan dengan menuang air panas ke atasnya.
"Ini saya bikinnya manual, masih kurang presisi karena kita belum punya alat timbangannya. Di Singapura ada yang punya suara, tapi harganya mahal," ujar Ilham.
Tak berapa lama, kopi pun siap. Soal rasa bagaimana? Tak kalah dengan kopi buatan barista pada umumnya. Hanya saja, kopi ini dibuat dari keterbatasan seorang penyandang tunanetra.
"Kami bikin ini karena masih jarang barista tunanetra," jelas Ilham.
Walau sudah punya brand berupa Blind Coffee, saat ini Ilham dan ketiga rekannya masih belum mempunyai kedai kopi fisik. Namun, besar harapan Ilham untuk mewujudkannya di masa mendatang.
"Kita kebetulan belum punya kedai. Harapan saya ingin cepat-cepat punya kedai sendiri. Saat ini kita masih rodshow sama fundraising (penggalangan dana)," cerita Ilham.
Bagi Ilham, keterbatasannya pun tak ia anggap sebagai halangan. Dalam upaya mewujudkan mimpinya, ia pun berpesan agar rekan-rekan difabel lain berani bermimpi dan berjuang sepertinya.
"Buat teman-teman disabilitas lain jangan putus asa. Harapan jalan kita masih banyak, asal kita mau mencoba. Jangan baperan!" pesan Ilham sambil tertawa.
Saat ini Ilham dapat dicapai lewat akun Instagramnya yang bernama @blindcoffee2019. Mungkin ada traveler yang ingin mendukung atau melihat kepiawaian Ilham dan rekan-rekannya saat menyeduh kopi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar