Jika sebelumnya harus melawan keputusasaan di jalur yang tak berujung, musuh selanjutnya adalah jelatang. Tanaman yang dapat tumbuh hingga 1 meter. Daunnya beracun, hidupnya bergerombol. Jika terkena kulit akan terasa perih seperti terbakar, merah, kemudian muncul betol-bentol dan akhirnya membengkak. Disini Jelatang jadi momok para pendaki, karena kadang keberadaannya tak terdeteksi sampai sapuan dahsyatnya menyentuh kulit.
Kini saya telah siap mengahadapi para jelatang itu! Pakaian serba panjang menggantikan celana dan baju pendek yang tadi saya kenakan dari bawah. Tak lupa aksesori buff di kepala. Selain supaya terlihat modis, buff juga punya segudang fungsi dan kegunaan.
Saya spontan berteriak karena ada yang tak beres dengan jari-jari saya. Baru 10 menit meninggalkan pos 3, Saya sudah dibuat repot oleh tanaman ini. Jelatang-jelatang itu berhasil menyelinap di salah satu jari saya. Sensainya tidak main-main, butuh sekitar 15 menit untuk meredakan rasa terbakar akibat racun yang ada di daunnya. tanpa sadar kami sudah berada di jalur penuh jelatang.
Sementara jalanan terus menanjak semakin terjal, pepohonan sesekali mulai terbuka menuju pos 4, tak jarang pula kami berjalan jongkok, melompat atau merangkak.
Pos 4
Bukan karna penuh jelatang, saya merasa Pos 4 terasa begitu horror. Entahlah, mungkin karena kombinasi pohon-pohon besar yang saat itu bergoyang kesana kemari perlahan tertiup angin, sayup-sayup suara oaĆ¢€™ dari kejauhan, ditambah matahari yang sudah tak terlalu terik. Suasananya begitu gelap nan muram.
Beberapa kali saya berteriak bersahutan berharap ada balasan. Namun hanya dijawab oleh suara gesekan ranting pohon dihembus angin. Sepertinya Kami rombongan terakhir di jalur ini. Tak banyak yang dilakukan di Pos 4, sumber airpun tidak ada. Kami hanya beristirahat sebentar sekitar 15 menit, kemudian melanjutkan bagian akhir perjalanan hari ini. Tak lama kabut turun, menandakan kami harus segera beranjak menuju Pos terakhir. Entah kenapa ada perasaan legadalam diri saya ketika kami meninggalkan tempat itu.Kabut selalu mengandung misteri, datang tiba-tiba hilang pun tanpa rencana.
Jadi teringat satu kabut yang spesial. Ia selalu datang setiap tahun. Ketika datang, orang-orang menyambutnya dengan masker-masker di wajah. Banyak media yang memberitakannya. Ia merambah ke sudut-sudut jalanan. Membuat orang-orang kesulitan bernafas, sampai terserang berbagai penyakit. Membuat riuh kota disekitarnya karena jalanan jadi tak aman, jarak pandang makin berkurang. Ia didaulat jadi bencana tahunan ketika musim kemarau tiba.
Butiran debu berterbangan masuk ke sela-sela buff yang sejak tadi sudah terpasang menutupi wajah. Jalur mulai berubah, Pohon-pohon tinggi yang tadi mendominasi dari titik awal pendakian kini berkurang. Jenisnya pun berbeda, lebih banyak pohon pinus deselingi tanaman-tanaman perdu lainnya. Kini, Saya mencoba berkawan dengan alang-alang dan hempasan debu dari tiap jejakkan kaki kami di jalur yang menanjak semakin terjal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar