Senin, 01 Juni 2020

Empat Kawasan Rumah Tapak Perumnas Rampung 2027

Perum Perumnas menggarap 4 proyek kawasan rumah tapak yang menjadi prioritas. Empat proyek itu yakni Perumnas Parayasa Bogor, Perumnas Dramaga Bogor, Perumnas Pasadana Bandung, dan Perumnas Campaka Purwakarta.
Total unit yang akan terbangun mencapai 9.500 unit di mana keempat proyek tersebut akan rampung paling lama di tahun 2027. Proyek itu akan menerapkan sistem precast dalam pembangunannya.

Dalam keterangannya, Minggu (31/5/2020) dijelaskan, Perumnas tengah berupaya memperbaiki keuangannya. Perumnas sendiri baru saja mendapat kenaikkan peringkat yang dikeluarkan Pefindo menjadi idBBB- yang sebelumnya idCCC.

"Kami tengah mengkaji beberapa alternatif strategi yang dapat mengakselerasi kondisi keuangan Perumnas ke figur yang lebih baik lagi," kata Direktur Utama Perum Perumnas Budi Saddewa Soediro.

Salah satu strategi yang diterapkan ialah efisiensi operasional termasuk di dalamnya proses bisnis. Sebagai contoh, pihaknya akan menerapkan strategi turn-key kepada para kontraktor sehingga pembayaran konstruksi baru akan dilakukan pada saat terselesaikannya pembangunan proyek tersebut. Hal ini diharapkan akan menyehatkan kondisi cash flow Perumnas ke depannya.

Pihaknya akan lebih fokus pada proyek-proyek Perumnas yang berkonsep rumah tapak di mana menyasar segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Portfolio bisnis Perumnas masih didominasi oleh produk rumah tapak sekitar 60%.

"Produk rumah tapak merupakan backbone bagi Perumnas," ujarnya.

Terlebih pemerintah akan memberikan dana talangan Rp 650 miliar. Dana itu menjadi modal Perumnas untuk mendorong pembangunan sekitar 56 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia, di mana sekitar 48 proyek merupakan konsep kawasan rumah tapak.

Pemandian Umum di Rusia Diserbu Warga Usai Lockdown Dicabut

Sauna umum di Rusia, 'banya' diserbu warga usai status lockdown dicabut dari negara tersebut. Perempuan Rusia berbondong-bondong ke sana untuk menikmati fasilitas air panas setelah enam minggu ditutup.
Pemandian umum ini adalah satu-satunya cara bagi banyak orang Rusia yang tinggal di kota-kota kecil untuk membersihkan diri karena tidak memiliki pasokan air panas di rumah. Di Tutayev, sebuah kota sekitar 300 kilometer (km) timur laut Moskow di Sungai Volga, hanya 71% dari 40.000 populasi memiliki fasilitas itu.

"Ini merupakan keharusan bagi kami karena kami tidak dapat membersihkan diri. Bagaimana mungkin (tidak membersihkan diri), pandemi atau tidak pandemi?" kata salah satu pengunjung banya, Svetlana Travnikova dilansir dari Reuters, Minggu (31/5/2020).

Seorang resepsionis, Tamara Bryukova mengenakan masker dan sarung tangan karet saat bertugas. Ia menyebut pengunjung yang datang tak pernah berhenti bahkan untuk sampai satu minggu ke depan sudah penuh.

Orang-orang harus booking terlebih dahulu untuk membatasi pengunjung yang masuk agar bisa jaga jarak sosial. Sebelum masuk juga pengunjung dilakukan tes suhu dan ruang uap seperti aula didisinfeksi setiap 90 menit.

Kepadatan pengunjung terjadi karena banyak pemandian umum serupa yang masih ditutup sebagai tindakan lockdown. Keputusan itu diambil oleh otoritas lokal sesuai dengan situasi di lapangan.

Pejabat lokal di wilayah Yaroslav, di mana Tutayev berada, sempat merekomendasikan banya agar bekerja tanpa pengunjung atau online untuk mencegah penyebaran virus. Namun usulan itu sempat menyebabkan kemarahan publik saat itu.

"Banya yang bekerja dari jarak jauh tanpa pengunjung adalah lelucon. Ketika orang tidak bisa mandi, itu juga risiko kesehatan," kata warga Tutayev, Vladimir Kolomenskiy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar