Rabu, 17 Juni 2020

Ini Gejala yang Dirasakan Pasien Virus Corona dari Hari ke Hari

Seseorang yang terinfeksi virus corona COVID-19 umumnya mengalami gejala seperti orang flu, seperti demam dan batuk kering. Namun orang yang terinfeksi COVID-19 bisa mengalami gejala yang berbeda-beda pada setiap harinya.
Dokter spesialis okupasi dari departemen ilmu kedokteran komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr dr Dewi Sumaryani Soemarko, MS, SpOk, memberikan beberapa gejala yang bisa saja dirasakan pasien COVID-19. Berikut gejala yang muncul dari hari ke hari:

1. Hari pertama
Pasien akan mengalami demam yang disertai dengan nyeri otot dan batuk kering. Sebagian lainnya bahkan mengalami diare atau mual pada gejala awal.

2. Hari kelima
Pasien mulai mengalami kesulitan bernapas, terlebih jika sudah lanjut usia atau memiliki riwayat penyakit yang telah diidap sebelumnya.

3. Hari ketujuh
Menurut penelitian dari Universitas Wuhan, rata-rata pasien mulai dirawat di rumah sakit pada hari ketujuh setelah gejala awal.

4. Hari kedelapan
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC), sekitar 15 persen orang yang mengalami gejala berat akibat infeksi COVID-19 terkena sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Penyakit ini terjadi akibat penumpukan cairan di paru-paru.

5. Hari kesepuluh
Umumnya pasien yang gejalanya kian memburuk akan mengalami rasa sakit di perut dan kehilangan nafsu makan dibandingkan dengan mereka yang bergejala lebih ringan.

6. Hari ketujuh belas
Rata-rata pasien yang sembuh dari COVID-19 dikeluarkan dari rumah sakit setelah dirawat selama dua setengah minggu.

Di RI Hanya 13% Manula yang Masih Bugar, Ini Sebabnya

Berdasarkan penelitian di Jepang tahun 2013, bahwa orang dewasa usia 40 tahun ke atas akan kehilangan delapan persen massa otot setiap dekade. Angka degradasi massa otot akan meningkat dua kali lipat saat menginjak usia 70 tahun.
Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultas geriatri, dr.C.Herjawan Soejono mengatakan hal ini disebabkan proses sintesis, yakni pemecahan dan pembentukan protein dalam otot yang tidak seimbang saat seseorang memasuki usia lanjut.

Dia mengatakan penurunan massa otot akan mengakibatkan sejumlah dampak serius. Di antaranya kesulitan bergerak, perubahan struktur tubuh, hingga dalam kondisi yang sudah parah dapat menuntun pada kelumpuhan.

"Dari penelitian yang saya lakukan, 24-25 persen orang usia lanjut di Indonesia mengalami kerentaan dan 63-64 persen berada pada kondisi pra-renta. Hanya sekitar 13 persen orang usia lanjut yang masih bugar," ulas Herjawan dalam konferensi pers peluncuran kampanye tantangan #Stand4Strength yang diselenggarakan produsen susu Ensure, Abbott di The Hermitage Hotel, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/3/2020)

Kerentaan, sebut Herjawan, ditandai dari beberapa hal, di antaranya aktivitas fisik melemah, kecepatan jalan melambat, cepat lelah, kesulitan menggenggam, dan penurunan berat badan tak terkontrol. Keadaan tersebut disebabkan kekurangan asupan nutrisi dan tidak melakukan latihan fisik sejak dini.

Parahnya, kerentaan tidak hanya menyebabkan penurunan kemampuan fisik, tapi berimplikasi terhadap timbulnya penyakit lain. Adapun penyakit yang biasa muncul, yaitu pneumonia, decubitus (luka tekan pada bagian tulang menonjol), dan hipotrofi otot.

Namun, pengurangan massa otot dan kerentaan bukan sebuah keniscayaan. Hal itu dapat dicegah dengan cara yang tepat.

"Untuk mencegah terjadi penurunan massa otot, dibutuhkan asupan nutrisi yang tepat dan latihan fisik. Otot itu kalau digerakkan dia terbentuk, kalau tidak digerakkan dia menyusut," jelasnya.

Menanggapi fenomena penyusutan massa otot di usia lanjut, Direktur Medis Abbott Nutrition, Jose Rodolfo Dimaano jr., mengatakan orang yang mengonsumsi nutrisi yang tepat untuk otot dan latihan fisik dengan benar memiliki kesempatan untuk hidup bugar lebih lama.

Jose memaparkan, orang lanjut usia yang kekurangan nutrisi akan terlihat dari kemampuan fisiknya yang lebih lemah dari orang yang nutrisinya tercukupi.

"Orang dewasa yang tidak tercukupi nutrisinya akan memiliki kemampuan berdiri setelah duduk dua kali lebih lambat dari yang normal. Mereka bahkan lima kali lebih lambat saat melakukan gerakan naik-turun kaki sebanyak 10 kali di tangga," beber Jose.
https://cinemamovie28.com/cast/lori-pelenise-tuisano/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar