Kamis, 14 Mei 2020

Mengeluh Radang Amandel, Gadis 10 Tahun Ini Ternyata Positif Corona

Seorang gadis berusia 10 tahun asal Plymouth, Inggris, dinyatakan positif virus corona COVID-19. Meski begitu gadis tersebut awalnya tidak menunjukkan gejala yang mengarah pada virus corona COVID-19.
Awalnya ia hanya didiagnosis mengidap radang amandel. Hal ini karena ia mengalami demam hingga suhu tubuhnya mencapai 41 derajat celcius dan membuatnya kejang-kejang.

Menanggapi kejadian ini, pihak sekolah gadis tersebut menyebar imbauan melalui email kepada semua orang tua untuk mengawasi anak-anak mereka. Mengingat saat ini banyak orang tertular virus corona ini tanpa gejala.

"Tolong awasi anak-anak kalian dengan cermat untuk melihat adanya gejala. Tetap berada di rumah agar aman," ujar kepala sekolah dari gadis tersebut, dikutip dari Daily Mail pada Jumat (23/3/2020).

Sementara itu, banyak pihak yang mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menambahkan hilangnya kemampuan penciuman dan perasa sebagai gejala baru virus corona COVID-19, setelah ditemukannya kasus yang memiliki gejala tersebut. Meski begitu pihak WHO masih mengaku masih mendalami hal ini dan belum bisa mengatakan sebagai gejala baru virus corona COVID-19.

Bayi-bayi Ini 'Positif' Corona, Ada Kemungkinan Tertular dalam Kandungan

Beberapa bayi di China kemungkinan tertular virus corona ketika masih berada di dalam kandungan, sesaat sebelum dilahirkan. Namun kemungkinan ini belum membuktikan bahwa SARS-CoV-2 menular dari ibu hamil ke bayinya.
Dalam sebuah laporan, dokter dari Renmin Hospital of Wuhan University menggambarkan kasus seorang wanita melahirkan beberapa pekan setelah dinyatakan positif COVID-19. Bayi perempuan ini lahir secara sesar, ibunya mengenakan masker N95 dan tidak memegang bayinya.

Laporan yang dimuat di jurnal JAMA ini menyebut, bayi ini langsung dikarantina meski tidak menunjukkan gejala. Namun dua jam berikutnya, tes menunjukkan peningkatan dua jenis antibodi yang menandakan adanya paparan virus corona, IgM dan IgG.

Anehnya lagi, pemeriksaan virus berulang kali menunjukkan hasil negatif. Para dokter masih mencari tahu bagaimana antibodi bisa terbentuk pada bayi baru lahir tersebut.

Dalam laporan yang lain, dokter memeriksa antibodi 6 bayi baru lahir. Sebanyak 5 bayi mengalami peningkatan IgG dan 2 mengalami peningkatan IgM. Tidak satupun di antaranya menunjukkan hasil positif dalam pemeriksaan virus.

Selain kemungkinan tertular virus corona, penjelasan lain yang juga dipertimbangkan adalah plasenta ibu mengalami kerusakan atau kondisi abnormal sehingga antibodi masuk ke tubuh bayi.

"Meski kedua studi pantas dievaluasi dengan cermat, bukti yang lebih definitif diperlukan sebelum temuan provokatif ini bisa dipakai untuk menginformasikan wanita hamil bahwa janin mereka berisiko mengalami infeksi SARS-CoV-2 dalam kandungan," tulis editorial jurnal tersebut, dikutip dari Livescience.

Dilema Saat Pandemi Corona, Dokter di Spanyol Prioritaskan Pasien Muda

 dr Daniel Bernabeu, salah satu dokter di rumah sakit terbesar di Madrid menandatangani sertifikat kematian salah satu pasien di ruang gawat darurat dan segera kembali bertugas menangani pasien corona lainnya.
Mengutip Bloomberg, gambaran di rumah sakit tersebut dipenuhi dengan banyak pasien yang sekarat. Bahkan mereka tak tahu apakah bisa mendapat perawatan atau tidak. Hal ini dikarenakan jumlah korban pandemi virus corona COVID-19 di sana lebih banyak dari tenaga medis.

Rumah sakit La Paz, tempat dr Bernabeu bekerja pun diketahui sebanyak 240 orang menunggu di ruang gawat darurat. Beberapa fasilitas pemakaman di Madrid, ibu kota Spanyol, pun telah menghentikan layanannya. Tidak ada ruang tersisa di kamar mayat, sehingga mayat disimpan di gelanggang es.

Dalam wawancaranya bersama Bloomberg, dr Bernabeu menjelaskan ada aturan baru yang menentukan bahwa pasien yang lebih muda dengan kondisi yang lebih baik akan lebih dulu ditangani karena lebih banyak peluang untuk hidup.

"Kakek itu dalam situasi lain akan memiliki kesempatan. Ada banyak dari mereka, semuanya sekarat pada waktu yang sama," jelasnya.

dr Bernabeu juga menjelaskan ada banyak dokter yang berada di garis depan tak menggunakan alat pelindung diri (APD) yang memadai. Mereka hanya menggunakan jubah katun dan masker.

"Kolega jatuh sakit di sekitar kita," kata dr Bernabeu. "Aku seorang ahli radiologi, aku seharusnya tidak berada di UGD, namun di sini aku berada," ujarnya.

Rumah sakit La Paz mengubah ruang tunggu menjadi ruang khusus pasien COVID-19. Namun akses ke perawatan intensif semakin sulit.

"Kami benar-benar kewalahan," kata dr Bernabeu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar