Sabtu, 19 September 2020

Curhat Dokter: Nggak Kebayang Kalau Corona Menyebar ke Pedalaman Indonesia

 Bentuk perjuangan Raden Ajeng Kartini yang dilanjutkan oleh wanita masa kini adalah dengan cara berjuang menjadi dokter relawan di tengah pandemi COVID-19 ini. Salah satu wanita yang menjadi dokter relawan itu adalah dr. Debryna Dewi Lumanauw. Dia bekerja di bawah naungan Indonesia Search and Rescue (INASAR) dan FKP3 Basarnas Pusat.


Debryna tergerak untuk menjadi dokter relawan karena ingin berkontribusi untuk bangsa dan berharap badai Corona cepat berlalu. Menurutnya apa yang dilakukannya memang peran dokter yang semestinya.


"Sudah peran dari semua dokter untuk terlibat di lapangan dalam menangani COVID-19. Kondisi yang sekarang ini tidak enak untuk semua orang dan pasti semuanya ingin ini cepat berakhir. Memang sudah tugas kami dokter untuk membantu apa yang bisa kami bisa bantu," ungkap Debryna.


dr. Debryna sudah memahami risiko yang akan dihadapinya saat mendaftarkan diri menjadi relawan. Ketakutan dan kekhawatiran dirasakannya, meski perasaan itu bukan sesuatu yang terus dipikirkannya atau tenaga medis lainnya saat bekerja.


"Ketakutan itu bukan suatu yang penting bagi kita sekarang," kata dokter 29 tahun itu saat berbincang dengan Wolipop melalui telpon, Senin (20/4/2020).


Setiap hari berhadapan dengan pasien Corona, anak keempat dari empat orang bersaudara itu merasa cemas melihat masih banyaknya orang di Indonesia yang belum patuh dengan aturan social distancing dan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Dokter yang sering berpergian ke berbagai daerah terpencil di Indonesia untuk merawat pasien di sana itu sangat khawatir virus Corona sampai di kawasan pedalaman.

https://nonton08.com/1206-rumah-kucing/


"Yang paling aku takutin jika virus ini bisa menyebar ke daerah-daerah terpencil. Aku bener-bener tidak terbayang kalau menyebar ke sana. Ketika aku ke pedalaman aku ngomel, kenapa. Karena terus terang aku baru pulang dari Amerika saat itu, di sana segala sesuatunya sangat berkelimpahan, modern dan teknologi sudah oke. Aku minta apapun pemeriksaan apapun bisa. Kemudian ketika aku pergi daerah pelosok Indonesia yang bahkan aku mau merujuk pasien itu harus ke pulau sebelah dulu pakai kapal. Tabung oksigennya ada tapi nggak ada oksigenya, obatnya ada tapi sudah kedaluwarsa semua. Itu di Indonesia masih ada," tuturnya merasa prihatin.


Dokter Debryna menambahkan kondisi memprihatinkan soal perlengkapan medis ini menurutnya juga terjadi di daerah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Jakarta. "Aku juga pernah ke beberapa daerah di Garut, ada beberapa tempat bahkan motor aja nggak bisa tembus harus jalan kaki. Oleh karena itu agar di daerah pelosok tidak terpapar harus segera memutus mata rantai penyebaran virus Corona ini," ujarnya.


Dalam rangka memperingati Hari Kartini ini, dr. Debryna pun menyampaikan harapannya untuk masyarakat Indonesia. Menurutnya masyarakat harus selalu berpikiran positif.


"Itu semua mindset, kita harus ubah dan yang paling penting positive thinking. Karena lagi-lagi penyakit itu datang dari tiga aspek, pertama biopsikososial, jadi bio dari dalam diri kita sendiri, phyco dari psikis kita sendiri dan sosial dari lingkungan sekitar. Dari tiga aspek tersebut yang paling susah itu ya diri kita sendiri. Menurutku kalau kita bisa menjaga mental kita, daya tahan tubuh kita akan baik. Yang lainnya, gaya hidup sehat dan olahraga. Biasanya saya suka latihan beban dan renang karena aku suka diving. Jadi lakukan apapun itu olahraganya agar tubuh sehat," tutupnya.


Sedangkan untuk rekan sesama tenaga medis dan non medis, dr. Debryna memberikan semangat agar tetap bersatu untuk menangani kasus virus Corona ini.


"Stay strong, karena kita tidak tahu sampai kapan dan tetap kuat karena yang paling penting daya taha kita dan lakukan apapun supaya tetap kuat secara mental dan fisik. Istirahat cukup dan jangan memaksakan diri," pungks dr. Debryna.

https://nonton08.com/4-tahun-tinggal-di-rumah-hantu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar