Dalam sidang umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), berbagai pemimpin dunia mengadakan pertemuan secara virtual karena ancaman pandemi COVID-19. Muncul ketegangan ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengajak dunia menuntut tanggung jawab China karena disebut telah menyebarkan virus Corona.
Dalam pidatonya, Trump menyebut COVID-19 sebagai "virus China' dan meminta PBB agar mendorong pemerintah China bertanggung jawab. Trump menyebut China bertanggung jawab karena tidak menghentikan penerbangan ke luar negeri, sehingga virus dibuat sengaja menyebar ke seluruh dunia.
"Kita harus membuat negara yang melepas penyakit ini ke dunia bertanggung jawab," kata Trump seperti dikutip dari BBC, Rabu (23/9/2020).
"Di awal wabah China menutup penerbangan domestik, tapi penerbangan ke luar negeri dibiarkan supaya seluruh dunia bisa terinfeksi," lanjutnya.
Trump juga menuduh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah dikendalikan China. Tuduhan ini langsung dibantah oleh Direktur Komunikasi WHO Gabby Stern.
"WHO memiliki 194 negara anggota. Tidak ada satu pemerintahan yang mengendalikan kami," kata Gabby.
https://cinemamovie28.com/after-earth/
7.411 Kasus Corona di DKI Jakarta Berasal dari Klaster Keluarga
Tidak sedikit penularan Corona yang berawal dari klaster keluarga. DKI Jakarta sendiri mencatat lebih dari 7 ribu kasus yang berasal dari klaster keluarga.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah SKM, M.Sc, DIC, PhD menjelaskan klaster keluarga di DKI Jakarta sendiri tercatat dari 1.515 anggota keluarga sebelumnya. Hingga akhirnya menyebar ke beberapa anggota keluarga lain dengan total kasus lebih dari 7 ribu.
"Jadi ada salah satu anggota keluarga yang ternyata positif nih, ini ada 1.515, ini bisa ayah bisa ibu, bisa anak, bisa siapapun," sebut dr Dewi dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube Rabu (23/9/2020).
"Tetapi dari satu orang positif ini karena dia interaksi dengan keluarga, bisa dengan suami, istri, ayah ibu dan anak-anaknya, muncullah beberapa orang yang ternyata juga positif," lanjut dr Dewi.
Berikut detail sebaran klaster keluarga DKI Jakarta per 12 September 2020.
Klaster keluarga
- 1.515 klaster
- 5.896 kontak keluarga yang positif
- 7.411 total kasus
Lantas bagaimana klaster keluarga ini bisa terjadi?
dr Dewi menggambarkan fenomena klaster keluarga yang terjadi pada seorang dosen asal perguruan tinggi swasta di Indonesia. Ada beberapa orang yang tertular dari satu orang anggota keluarga yang positif Corona.
"Jadi sebelumnya itu istri ini seorang dosen di sebuah perguruan tinggi swasta yang ada di Indonesia, dan ternyata setelah beberapa hari kemudian dia positif dan sang istri ini memang sudah punya riwayat jantung, diabetes, dan ternyata langsung dirawat di RS," ungkap dr Dewi.
"Setelah ketahuan istrinya positif dan di sini istrinya meninggal, suaminya diperiksa juga, ternyata suaminya positif, contact tracing dilakukan siapa saja yang ada kontak erat dengan si ibu," lanjut dr Dewi.
Lebih lanjut, ada 4 orang lain yang kemudian setelah ditracing dinyatakan positif Corona. Inilah yang menggambarkan penularan Corona yang terjadi pada klaster keluarga.
"Ternyata ada 2 ART-nya yang positif ada 2 anaknya yang juga positif," ungkap dr Dewi.
Bagaimana cara mencegah klaster keluarga?
- Pastikan langsung mengganti baju
- Cuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir selama 20 detik
- Bergegas mandi
- Taruh pakaian kotor secara terpisah dengan yang lain dan cuci
- Jangan lewatkan hal tersebut sebelum melakukan kontak atau aktivitas dengan keluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar