Sebuah studi yang membandingkan sistem kekebalan antara anak-anak dan orang dewasa terkait dengan virus Corona COVID-19. Hal ini yang kemudian bisa mendeteksi mengapa anak-anak cenderung mengalami gejala yang lebih ringan dibanding orang dewasa.
Dilansir dari laman Medical Xpress, studi ini dipublikasikan di Science Translational Medicine yang disusun oleh para ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Albert Einstein, Rumah Sakit Anak di Montefiore (CHAM), dan Universitas Yale.
Studi ini melibatkan 60 pasien COVID-19 dewasa dan 65 pasien COVID-19 anak di bawah usia 24 tahun yang dirawat di CHAM dan Montefiore Health System antara bulan Maret dan 17 Mei. Hasilnya, 22 pasien Corona dewasa atau 37 persen membutuhkan ventilasi mekanis dibandingkan dengan hanya lima atau 8 persen pasien anak.
Selain itu, sekitar 17 orang dewasa atau 28 persen meninggal di rumah sakit dibandingkan dengan dua atau 3 persen pasien COVID-19 anak.
"Temuan kami menunjukkan bahwa anak-anak dengan COVID-19 lebih baik daripada orang dewasa karena kekebalan bawaan mereka yang lebih kuat melindungi dari COVID-19," kata rekan penulis senior Betsy Herold, MD, kepala bidang infeksi.
Manusia memiliki dua jenis kekebalan, yaitu kekebalan bawaan dan adaptif. Kekebalan bawaan adalah sel-sel kekebalan yang merespons dengan cepat segala jenis patogen yang menyerang, kekebalan ini lebih kuat selama masa kanak-kanak.
Sementara kekebalan adaptif adalah jenis respons imun kedua yang lebih spesifik dan menonjolkan antibodi serta sel imun yang menargetkan virus atau mikroba.
Dibandingkan dengan pasien Corona dewasa, pasien COVID-19 anak memiliki respons imun bawaan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa respons bawaan yang lebih kuat pada anak-anak mudah melindungi mereka untuk mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) akibat COVID-19.
Sementara pada pasien dewasa yang meninggal atau memerlukan ventilasi mekanis malah mengalami respon kekebalan yang lebih kuat. "Hasil ini menunjukkan bahwa penyakit Covid-19 yang lebih parah pada orang dewasa bukan disebabkan oleh kegagalan kekebalan adaptif mereka untuk meningkatkan respons sel-T atau antibodi," jelas Herold.
"Sebaliknya, pasien dewasa menanggapi infeksi virus Corona dengan respons imun adaptif yang terlalu kuat sehingga dapat meningkatkan peradangan seperti ARDS," jelasnya.
https://cinemamovie28.com/pandamonium/
15 Negara dengan Kasus Harian Corona Tertinggi, Indonesia Urutan ke..
Lagi-lagi Indonesia mencatat rekor kasus baru per Rabu (23/9/2020). Dengan kasus harian yaitu 4.465, sehingga total kasus Corona di Indonesia menjadi 257.388.
Ada beberapa negara yang kembali menghadapi lonjakan kasus virus Corona COVID-19 usai berhasil menekan angka penyebaran. Namun, posisi tertinggi masih ditempati oleh Amerika Serikat (AS) dengan total kasus lebih dari 7 juta.
Selain Amerika Serikat, India juga menjadi salah satu negara paling terdampak wabah Corona. Kasus Corona di India bahkan setiap harinya menyentuh puluhan ribu kasus.
Berikut 15 negara dengan penambahan kasus Corona tertinggi, dikutip dari laman worldometers, data per Kamis (24/9/2020).
1. India
- Kasus baru: 89.688
- Total kasus: 5.730.184
2. Amerika Serikat
- Kasus baru: 40.779
- Total kasus: 7.138.716
3. Brasil
- Kasus baru: 32.445
- Total kasus: 4.627.780
4. Prancis
- Kasus baru: 13.072
- Total kasus: 481.141
5. Argentina
- Kasus baru: 12.625
- Total kasus: 664.799
6. Israel
- Kasus baru: 11.316
- Total kasus: 204.690
7. Spanyol
- Kasus baru: 11.316
- Total kasus: 693.556
8. Kolombia
- Kasus baru: 6.731
- Total kasus: 784.268
9. Rusia
- Kasus baru: 6.431
- Total kasus: 1.122.241
10. Inggris
- Kasus baru: 6.178
- Total kasus: 409.729
11. Peru
- Kasus baru: 6.149
- Total kasus: 782.695
12. Irak
- Kasus baru: 5.055
- Total kasus: 332.635
13. Meksiko
- Kasus baru: .4.683
- Total kasus: 705.263
14. Indonesia
- Kasus baru: 4.465
- Total kasus: 257.388
15. Iran
- Kasus baru: 3.605
- Total kasus: 432.798
Tidak ada komentar:
Posting Komentar