Sabtu, 26 September 2020

Makin Sesak Masker Tanda Ampuh Cegah Corona? Ini Kata Ahli Paru

 Salah satu protokol kesehatan yang wajib diterapkan saat pandemi COVID-19 ialah dengan menggunakan masker. Ada banyak jenis masker yang bisa digunakan masyarakat, mulai masker beda hingga masker kain.

Beberapa masyarakat pun percaya bahwa semakin sesak saat pakai masker maka semakin bagus untuk tangkal Corona. Benarkah?


Ketua Bidang Humas Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Rezki Tantular, SpP, mengatakan penggunaan masker yang sesak memang menghasilkan filtrasi yang baik. Namun, masker bukanlah satu-satunya cara dalam memutus rantai penularan COVID-19 ini.


"Semakin sesak pakai masker, memang bisa diartikan filtrasinya semakin besar, namun yang paling penting bukan sekedar meningkatkan filtrasi saja, filtrasi atau daya saring memang komponen penting, tetapi bukanlah satu-satunya dalam menghalau virus," papar dr Rezki, saat dihubungi detikcom, Kamis (24/9/2020).


Dicontohkan oleh dr Rezki, masker yang sangat sesak sekali namun dengan paparan virus yang sangat tinggi dalam jangka waktu yang lama masih lebih berisiko dibandingkan dengan masker dengan filtrasi yang sedikit lebih rendah.


Namun, paparan virusnya lebih rendah pula dengan jangka waktu yang lebih singkat. Untuk itu, perlu diperhatikan bahwa masker bukanlah satu-satunya cara dalam memutus rantai penularan COVID-19 ini.


"Melainkan harus digabungkan dengan metode lain, seperti: physical distancing, cuci tangan rutin terutama setelah memegang benda-benda umum, dan menghindari kerumunan, tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan," tambah dr Rezki.


Di samping itu, dr Rezki menganjurkan untuk mengganti masker kain setiap 4 jam sekali, karena bisa saja terjadi penumpukan virus pada permukaan masker yang sedang kita pakai.

https://indomovie28.net/goat-2/


6 Tips Memilih Sunscreen yang Ideal untuk di Indonesia Menurut Dokter Kulit


 Sunscreen atau tabir surya adalah salah satu produk skincare yang wajib digunakan setiap hari. Namun sayang, belum banyak orang yang menyadari pentingnya penggunaan sunscreen bagi kulit. Selain itu, karena banyaknya produk sunscreen di pasaran, seringkali orang-orang merasa bingung untuk memilih. Oleh karena itu, dr. Arini Astasari Widodo Sp.KK memberikan beberapa penjelasan serta tips memilih sunscreen yang ideal untuk di Indonesia.

"UV indeks di Indonesia itu tinggi sekali. Jadi dia meningkatkan risiko hiperpigmentasi, penuaan, dan skin cancer. Lalu di Indonesia masalahnya adalah cuaca yang panas dan lembap. Nah risikonya, kita jadi prone to acne, lebih gampang merah-merah, kemudian kalau sunscreennya tidak stabil, dia bisa degradasi. Jadi sunscreen akan lebih mudah degradasi," jelas dr. Arini dalam press conference Anessa Beauty Sunscreen via Zoom pada Rabu (23/9/20).


Menurut dokter Arini, untuk mengatasi hiperpigmentasi dibutuhkan produk sunscreen yang bisa memberi perlindungan kuat terhadap UVA. Sedangkan untuk melindungi dari kanker kulit dan terbakar sinar matahari dibutuhkan produk sunscreen yang memiliki proteksi terhadap UVB yang baik. Dan karena cuaca yang panas dan lembap yang membuat kulit jadi lebih mudah berjerawat, maka dibutuhkan sunscreen yang non-comedogenic, photostable, dan tahan air. Berikut ini beberapa tips memilih sunscreen yang ideal untuk iklim tropis ala dokter Arini:


1. Mengandung SPF dan PA,

2. Minimal SPF 30++,

3. Water resistant atau tahan air,

4. Memiliki perlindungan terhadap UVA dan UVB,

5. Photostable,

6. Pilih produk yang memang disukai.


Memilih produk sunscreen yang memang disukai dan terasa nyaman menurut dokter Arini cukup penting. Karena penggunaan sunscreen harus diulang setiap dua jam sekali, sehingga jika produk tersebut terasa tidak nyaman saat dipakai, pasti kamu akan merasa malas untuk menggunakannya kembali. Selain itu, pastikan juga produk sunscreen yang dipilih sesuai dengan jenis kulit yang dimiliki.


Demikianlah 6 tips memilih sunscreen yang ideal untuk iklim tropis menurut dokter kulit. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba!

https://indomovie28.net/side-effects-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar