Perut buncit adalah salah satu masalah bentuk tubuh yang memalukan dan sering bikin minder seseorang. Bukan itu saja, perut buncit alias obesitas sentral juga menjadi faktor risiko berbagai penyakit kronis.
Untuk mengatasi perut buncit, olahraga adalah keharusan. Namun, sudah capek-capek olahraga, bentuk perut kok masih tetap saja buncit?
Perlu diketahui, olahraga saja tidak cukup. Kamu tetap harus menjaga asupan makanan.
Dikutip dari WebMD, berikut penyebab perut buncit sekalipun sudah berolahraga:
1. Makan berlebihan
Mengkonsumsi terlalu banyak makanan, terutama yang mengandung karbohidrat dan garam dapat membuat perutmu menjadi kembung. Boleh saja, bila kamu makan makanan yang mengandung karbohidrat dan garam. Asalkan, jangan berlebihan, sehingga membuat perut terasa begah.
2. Konsumsi minuman bersoda
Gelembung yang terdapat di dalam soda mengandung banyak gas. Gas itu akan masuk ke dalam ususmu. Dengan demikian, soda dapat membuat perutmu menjadi kembung. Bila sering mengkonsumsinya, jangan heran kalau perutmu tidak akan rata.
3. Makan terlalu cepat
Semakin kamu makan dengan cepat, semakin banyak juga udara yang tertelan. Udara itu dapat masuk ke usus dan membuatmu merasa kembung. Selain itu, makan terlalu cepat dapat membuat otak baru merasa kenyang usai 20 menit setelah makan. Hal ini akan membuat kamu terus-terusan makan karena merasa belum kenyang. Lama-kelamaan, kebiasaan ini akan membuat perutmu buncit.
4. Banyak mengkonsumsi asupan yang mengandung banyak susu
Makanan yang mengandung banyak susu, misalnya es krim dapat menyebabkan sakit perut dan kembung. Sebab, tubuh tidak bisa dengan mudah mencerna gula susu yang disebut laktosa. Oleh sebab itu, demi mempunyai bentuk perut ideal, kurangi asupan yang mengandung banyak susu.
https://cinemamovie28.com/bedevilled/
SNI untuk Masker Kain, Perlu Nggak Sih?
- Baru-baru ini pemerintah mengeluarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk masker kain yang digunakan oleh masyarakat. Tak lagi bisa sembarangan, masker kain harus memiliki 2 lapis.
Deputi Bidang Pengembangan Standar Badan Standardisasi Nasional (BSN) Nasrudin Irawan mengatakan, saat ini masker kain yang beredar di pasaran adalah masker yang terdiri dari satu lapis, dua lapis, dan tiga lapis. Contoh masker kain satu lapis yang banyak beredar dipasaran adalah masker buff atau scuba.
Oleh karena itu BSN pun menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8914:2020 Tekstil - Masker dari kain, di antaranya adalah masker harus memiliki syarat minimal terdiri dua lapis kain.
"SNI 8914:2020 menetapkan persyaratan mutu masker yang terbuat dari kain tenun dan/atau kain rajut dari berbagai jenis serat, minimal terdiri dari dua lapis kain dan dapat dicuci beberapa kali (washable)," paparnya seperti dilihat dari situs resmi SBN.go.id. Rabu (23/9/2020).
SNI masker kain diwajibkan ada label 'cuci sebelum dipakai'.
Nasrudin menambahkan, terkait dengan penandaan pada kemasan masker dari kain sekurang-kurangnya harus mencantumkan merek pada kemasan masker, negara pembuat, jenis serat setiap lapisan, tahan air, anti bakteri, pencantuman label "cuci sebelum dipakai", petunjuk pencucian, serta tipe masker dari kain.
Spesialis paru dari RS Persahabatan, dr Erlang Samoedro, SpP, menanggapi positif adanya standarisasi masker tersebut. Terlebih masker kain yang berlapis tersebut memberikan proteksi cukup besar pada paparan virus COVID-19.
"Setuju saja, masker kain kan untuk proteksi sehari-hari ya bukan untuk buat standar penanganan pasien. (Masker kain tiga lapis) Itu proteksinya cukup baik," jelas dr Erlang saat dihubungi detikcom, Rabu (23/9/2020).
Selain itu, standarisasi masker kain lebih baik jika dibarengi dengan aturan untuk produksi bagi para produsen. Dan itu seharusnya kebijakan tersebut memuat soal berapa lama waktu pemakaian masker kain agar efektif mencegah COVID-19.
"Seharusnya ditambahkan juga untuk penggunaannya, penggunaannya berapa jam sudah harus diganti," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar