Italia melaporkan kabar baik, jumlah kasus infeksi baru virus corona COVID-19 di negara itu mengalami penurunan dalam dua hari terakhir. Namun para pejabat setempat mengatakan masih terlalu dini untuk bergembira.
Dikutip dari New York Times, jumlah kasus infeksi baru pada hari Senin (23/3/2020) kemarin mencapai 4.789 orang. Hal ini jauh lebih sedikit sekitar 700 lebih daripada hari sebelumnya yaitu Minggu (22/3/2020), yang mencapai 5.560 kasus baru.
Tak hanya itu, jumlah kematian akibat virus corona di Italia pun tidak bertambah banyak. Dibandingkan hari Minggu yang mencapai 651 orang, pada hari Senin justru hanya sebanyak 601 orang yang meninggal dunia.
Tentu jumlah ini jauh lebih sedikit daripada sebelumnya yaitu hari Sabtu (21/3/2020), yang juga sebagai hari terkelam di Italia akibat virus corona. Karena sebanyak 793 orang meninggal dunia, dan terdapat 6.557 kasus baru pada hari itu.
"Ini adalah hari penting. Celakalah bagi siapa pun yang menurunkan kewaspadaan," kata Menteri Kesehatan (Menkes) Italia, Roberto Speranza.
"Sekarang, lebih kecil dari sebelumnya dan komitmen semua orang diperlukan untuk ini," tuturnya.
Toko Ini Punya Trik untuk Cegah Pelanggan Borong Hand Sanitizer
Wabah virus corona COVID-19 membuat orang semakin memperhatikan kebersihan, terutama bagian tangan. Untuk membersihkannya, hand sanitizer sangat diandalkan bahkan stoknya kini semakin menipis karena banyak peminatnya.
Berbagai trik dilakukan untuk menjaga stok hand sanitizer di pasaran. Hal ini pun dilakukan oleh salah satu toko di Denmark yaitu Supermarket Rotuden. Toko tersebut menetapkan harga yang unik untuk menekan pembelian.
Toko tersebut menjual satu botol hand sanitizer dengan harga 40 DKK atau setara dengan 67 ribu rupiah. Tapi, jika membeli dua botol harganya justru melonjak jauh menjadi 1.000 DKK yang setara dengan sekitar 1,5 juta rupiah.
Namun, toko ini memiliki alasan dibalik trik harga yang diterapkannya. Dikutip dari New York Post, pihak toko melakukannya untuk membatasi pembelian hand sanitizer dan tidak menimbunnya, sehingga orang lain bisa mendapatkannya juga.
"Pelanggan yang terhormat, kami meminta bantuan dan pengertiannya. Kami meminta semua pelanggan untuk saling menghormati dengan cara menjaga jarak dengan pegawai kami. Kami juga memohon satu orang untuk membeli satu saja hand sanitizer, agar pelanggan yang lain juga bisa mendapatkannya. Terimakasih atas pengertian Anda," tulisnya dalam akun Facebook.
Banyak netizen yang mendukung trik harga yang diterapkan toko tersebut. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa toko tersebut tidak hanya mementingkan keuntungan saja, tapi memastikan juga orang lain yang membutuhkan bisa mendapatkannya.
Sedihnya Perawat Kehabisan Stok Makanan Usai Kerja 48 Jam Hadapi Corona
Meluasnya wabah virus corona COVID-19 membuat sebagian orang panik, memborong berbagai kebutuhan dasar seperti makanan (panic buying). Hal ini jelas akan membawa efek negatif bagi orang lain seperti yang contohnya dialami oleh seorang perawat di Inggris.
Dawn Bilbrough viral di media sosial ketika ia membagikan videonya sendiri menahan tangis usai tidak bisa menemukan stok makanan di toko sekitarnya akibat diborong oleh orang-orang. Dawn mengaku baru saja selesai bekerja shift 48 jam di ICU.
"Tidak ada buah, tidak ada sayur. Saya tidak tahu bagaimana caranya bisa tetap sehat," kata Dawn dalam video yang diunggah di Facebook.
"Mereka benar-benar menghabiskan makanan. Tolong hentikan. Hentikan karena masih ada orang-orang seperti saya yang harus merawat kamu ketika kamu sakit," lanjutnya.
Mengapa orang-orang terdorong melakukan panic buying dalam masa krisis wabah virus corona? Psikolog klinis dari University of British Columbia, Steven Taylor mengatakan ada tiga alasan utama. Pertama karena merasa upaya penanganan masih kurang memadai, ingin menyiapkan diri di skenario terburuk, hingga ikut-ikutan orang lain.
"Di satu sisi dapat dimengerti, tetapi di sisi lain itu berlebihan," kata Taylor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar