Pemerintah melaporkan hingga saat ini ada 514 kasus positif virus corona COVID-19. Dari angka tersebut, sebanyak 48 kasus meninggal dan 29 sembuh.
"Total yang meninggal pada posisi sekarang adalah 48 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona COVID-19, Ahmad Yurianto, Minggu (22/3/2020).
Rasio ini menempatkan Indonesia pada Case Fatality Rate (CFR) atau tingkat kematian 9,3 persen. Salah satu episentrum COVID-19 dunia, Italia dengan 53.578 kasus positif dan 4.825 kasus meninggal mencatatkan tingkat kematian 9,01 persen.
Secara global, berdasarkan pantauan Research Center Johns Hopkins University saat ini, tercatat ada 307.297 kasus positif di seluruh dunia dengan kematian 13.049 kasus. Tingkat kematian global ada di angka 4,25 persen.
Rapid Test Negatif Bukan Jaminan Bebas Corona, Ini yang Wajib Dilakukan
Rapid test virus corona COVID-19 sudah mulai dilakukan pada kelompok berisiko. Diingatkan, hasil negatif dalam screening massal ini bukan jaminan bebas virus corona.
"Apabila ditemukan kasus negatif, maka kami akan meminta untuk tetap melakukan social distancing," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Ahmad Yurianto, Minggu (22/3/2020).
Menurut Yuri, hasil negatif tidak memberikan jaminan bahwa yang bersangkutan tidak terinfeksi. Rapid test, menurut Yuri, berbasis pada respons serologi dari infeksi sehingga hasilnya pasti negatif jika infeksi baru terjadi 6-7 hari.
Apabila seseorang mendapatkan hasil negatif, maka selain harus melakukan social distancing juga harus menjalani rapid test kedua setelah 7 hari. Pada saat tes ulang tersebut, jika memang positif, maka respons antibodi sudah muncul.
"Apabila 2 kali dilakukan pemeriksaan dan ternyata tetap negatif, kisa bisa meyakini bahwa saat ini sedang tidak terinfeksi. Tetapi bisa besoknya terinfeksi manakala upaya untuk kontak dekat tidak dijalankan, upaya untuk melakukan isolasi diri dari orang lain yang positif tidak dijalankan dengan baik," jelas Yuri.
Rapid Test Corona Tak untuk Semua Orang, Siapa Saja yang Bisa Dites?
Juru bicara pemerintah dalam penanganan virus corona COVID-19, Ahmad Yurianto, menyampaikan skrining tes tak akan diberlakukan bagi semua orang. Hanya kelompok-kelompok yang berisiko saja yang akan melalui skrining tes.
"Melakukan screening test pemeriksaan secara massal pada kelompok-kelompok berisiko, sebagai contoh manakala ada kasus positif yang dirawat di rumah sakit, kami akan melakukan penelusuran terhadap keluarganya dan seluruh keluarganya akan dilakukan screening test," ungkap dr Yuri saat melakukan konferensi pers di BNPB, Minggu (22/3/2020).
Tak hanya keluarga, rekan kerja yang memiliki riwayat kontak bersama pasien positif pun akan ditelusuri. Lalu, dilakukan skrining tes sama seperti pihak keluarga.
Alat skrining tes yang sudah siap per hari Minggu (22/3/2020) sebanyak 150 ribu. Alat tersebut kini sudah sampai di Natuna, dan sedang proses menuju ke Jakarta.
"150 ribu kit test ini hari ini sudah berada di tanah air yang kemaren dijemput dengan pesawat hercules ke China, sedang transit di Natuna tidak berapa lama lagi akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta," tutupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar