Minggu, 17 Mei 2020

Hantavirus Trending di Tengah Pandemi Corona, Virus Apa Lagi Sih?

Hantavirus adalah virus dari hewan yang mendadak trending di Twitter. Banyak yang panik karenanya, mengingat pandemi virus corona COVID-19 masih belum teratasi.
Salah satu unggahan terkait hantavirus ada di akun @globaltimesnews, yang membagikan informasi tentang hal itu. Seorang warga Provinsi Yunnan disebut meninggal dalam perjalanan menuju Provinsi Shandong dengan bus sewaan.

Warga tersebut dikatakan positif terinfeksi hantavirus atau virus hanta. Konon, sebanyak 32 penumpang lainnya diperiksa. Tidak ada keterangan lebih lanjut tentang cerita ini.

Memangnya, apa itu hantavirus?
Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hantavirus merupakan keluarga virus yang utamanya menyebar lewat tikus atau rodent. Virus ini bisa memicu berbagai penyakit pada manusia.

Beberapa penyakit yang disebabkan hantavirus adalah hantavirus pulmonary syndrome (HPS) dan haemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS).

Penyakit tersebut tidak ditularkan lewat udara atau airborne, melainkan lewat kontak cairan tubuh seperti urine, feses, dan ludah tikus. Meski jarang, bisa juga menular lewat gigitan.

Apa gejala infeksi hantavirus?
Dikutip dari Firstpost, gejala awal HPS mencakup fatigue atau kelelahan, demam, nyeri otot, sakit kepala, pusing, dan gangguan pencernaan. Jika tak tertangani, bisa memicu batuk dan sesak napas.

Infeksi yang tidak tertangani juga bisa berakibat fatal. CDC menyebut, mortalitas atau angka kematiannya 38 persen.

Gejala HFRS kurang lebih sama, dan bisa menyebabkan hipotensi atau tekanan darah rendah, syok akut, kebocoran pembuluh darah, dan gagal ginjal akut.

HPS tidak ditularkan dari orang ke orang, sedangkan HFRS bisa tapi sangat jarang. Pengendalian populasi tikus menjadi cara pencegahan paling utama.

Tahan Dulu! Malam Hari Bukan Waktu Terbaik untuk Bercinta, Ini Alasannya

Selama ini kebanyakan orang berpikir berhubungan seks itu lebih baik dilakukan pada malam hari. Padahal malam hari bukanlah waktu yang terbaik untuk bercinta.
Dikutip dari Boldsky, sebuah studi yang dilakukan terhadap 1.000 pria dan wanita yang sehat dan aktif melakukan hubungan seks menemukan bahwa waktu terbaik untuk bercinta adalah di pagi hari.

Menurut studi tersebut berhubungan seks dengan pasangan akan terasa lebih memuaskan ketika dilakukan sekitar satu jam setelah bangun di pagi hari.

Hal ini dikarenakan ketika bangun tidur, tubuh akan terasa lebih segar. Bahkan stamina dan fokus akan jauh lebih meningkat ketika berhubungan seks di pagi hari.

Tak hanya itu, lancarnya hormon-hormon baik seperti endorphin pun akan dilepaskan setelah berhubungan seks. Sehingga energi dan perasaan bahagia akan terjaga sepanjang hari.

Bupati Karawang Positif Corona, Kok Bisa Padahal Tak Bergejala?

 Bupati Karawang Cellica Nurrachdina positif virus corona COVID-19 pada Selasa (24/3/2020). Cellica mengimbau masyarakat lebih waspada terhadap ancaman corona karena dirinya sendiri bisa terinfeksi tanpa menunjukkan gejala.
"Untuk sementara jangan bertemu orang, kerumunan, karena saya sendiri pun tidak bergejala dinyatakan positif. Sehingga, bismillah yah mudah-mudahan kita semua diberikan kesehatan," kata Cellica dalam videonya.

Kenapa bisa ada orang yang tidak bergejala atau jatuh sakit ketika terinfeksi virus corona?

Beberapa ahli menjelaskan hal ini bisa terjadi karena dua hal. Pertama bisa karena memang gejala belum muncul atau masih masa inkubasi, kedua bisa karena memang sistem daya tubuh seseorang yang baik.

Meski tidak atau minim gejala seseorang yang terinfeksi masih bisa menularkan penyakitnya ke orang lain.

"Kasus tak bergejala ini jadi kekhawatiran yang nyata. Terutama pada populasi yang lebih muda dan sehat. Sekali lagi kamu bisa membawa virus ini meski tidak merasa sakit," kata dr Lynne Humphrey dari Northeast Family Medicine Center seperti dikutip dari CNY Central, Selasa (24/3/2020).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ingatkan para pemuda untuk tidak menganggap remeh virus corona COVID-19. Meski pemudia umumnya memiliki daya tahan tubuh yang kuat, risiko tertular virus ini tetap ada dan bahkan bisa menyebabkan kematian.

"Meskipun orang tua adalah yang paling berisiko. Data dari banyak negara jelas menunjukkan orang-orang di bawah usia 50 tahun paling banyak mengisi rumah sakit," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar