Jumat, 15 Mei 2020

Ilmuwan Sebut Obat Radang Sendi Bisa Sembuhkan Pasien Virus Corona

Para ilmuwan menyebutkan bahwa obat radang sendi bisa digunakan untuk mengobati pasien virus corona COVID-19 di China. Bahkan, obat ini diklaim bisa bantu menyembuhkan hingga 95 persen pasien yang kritis.
Tocilizumab atau beredar dengan nama Actemra, adalah obat radang sendi yang dimaksud. Obat ini biasanya dikonsumsi oleh penderita artritis untuk membantu mengurangi peradangan kronis.

Tetapi, sekarang obat ini diklaim dokter di China bisa mengobati virus corona setelah dicoba pada beberapa pasien yang parah dan kritis. Hasilnya, hampir semua pasien itu sudah sembuh dan diperbolehkan pulang dalam waktu dua minggu.

Dikutip dari The Sun, salah satu dokter di China, Dr Xiaoling Xu, mengatakan dalam beberapa hari pasien yang demam kembali normal. Selain itu, gejala lain yang timbul karena virus corona juga membaik.

Hasil CT scan pun menunjukkan kerusakan pada paru-paru berkurang secara signifikan dalam waktu 4-5 hari perawatan. Laporan yang meneliti hal ini pun mengatakan, tocilizumab adalah obat yang efektif untuk pasien COVID-19 dan memberikan strategi terapi baru untuk penyakit menular ini.

Beijing dilaporkan sudah menyetujui tocilizumab untuk mengobati pasien COVID-19 dengan kerusakan paru-paru yang parah karena peradangan. Obat ini bekerja dengan mengurangi kadar protein tertentu dalam tubuh yang berlebihan pada penderita rheumatoid arthritis.

Pihak Administrasi Obat Federal Amerika Serikat pun sudah memberikan jalan untuk melakukan uji coba ke pasien dengan obat itu. Namun, di Inggris belum ada pasien yang sembuh, bahkan saat uji klinis.

90 Persen Kasus Corona Impor di Singapura Tak Terdeteksi Thermal Scanner

Sembilan dari 10 kasus COVID-19 yang terinfeksi virus corona di Singapura tidak menunjukkan gejala seperti, demam saat mereka melewati pos pemeriksaan perbatasan.
Akibatnya, mereka yang tidak menunjukkan gejala keesokannya terdeteksi, kata Kementerian Kesehatan Singapura. Dijelaskan, 90 persen dari kasus yang dilaporkan di Singapura terungkap saat mereka menemui dokter di rumah sakit atau klinik dokter.

"Mereka tidak menunjukkan gejala ketika di pos pemeriksaan," tambahnya, dikutip dari Straits Times.

Traveller yang datang ke Singapura pun harus melewati thermal scanner, yang bertujuan untuk membantu mengidentifikasi mereka yang demam. Jika mereka memiliki gejala pernapasan atau lainnya maka akan diminta untuk melakukan tes swab COVID-19.

Sementara itu, di Singapura memiliki 119 kasus secara keseluruhan dalam tiga hari, dengan 87 di antaranya merupakan imported cases, data dari Kementerian Kesehatan,saat dikutip dari Straits Times.

Ada kekhawatiran yang meningkat, bahwa orang dengan virus corona bisa saja tidak menunjukkan gejala, seperti demam, batuk kering dan sesak napas. South China Morning Post melaporkan, pada hari Minggu (22/3/2020), bahwa sebanyak sepertiga dari orang yang dites positif tidak menunjukkan ada gejala sama sekali.

Pemerintah pun juga memperketat perbatasan guna membantu menghentikan penyebaran virus corona, traveller yang memasuki Singapura, terlepas dari mana mereka berasal, telah diberi pemberitahuan untuk tinggal di rumah selama 14 hari. Itu diwajibkan bahkan bagi mereka yang sehat.

Kementerian juga mengatakan tindakan pencegahan lainnya adalah, bagi mereka yang melakukan kontak fisik dengan kasus yang terkonfirmasi saat melakukan penerbangan. Mereka akan diwajibkan melakukan karantina.

Langkah-langkah pengendalian lainnya adalah, di daerah perbatasan akan diintensifkan pada Senin (23/3), dalam upaya lebih lanjut untuk mengurangi risiko imported case virus corona. Dan semua pengunjung baik itu turis maupun melakukan transit akan dilarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar