Saham Fujifilm Holdings Corp anjlok lebih dari 4% pada awal perdagangan Rabu ini. Hal tersebut menyusul laporan bahwa obat antiflu Avigan buatan mereka tidak menunjukkan kemanjuran yang nyata dalam pengobatan virus Corona. Itu berdasarkan uji klinis sejauh ini.
Dikutip detikcom dari Reuters, Rabu (20/5/2020), hasil uji klinis itu menimbulkan keraguan tentang persetujuan obat pada akhir bulan ini.
Pada catatan detikcom, obat tersebut dikembangkan melalui anak usahanya, Fujifilm Toyama Chemical. Perusahaan pengembang obat tersebut yang dikenal juga dengan Avigan, telah mengembangkan obat yang diberi nama favipiravir itu sejak 2014.
Sebelumnya pejabat kesehatan China mengatakan sebuah obat yang digunakan di Jepang "efektif" untuk menangani pasien yang mengidap virus corona COVID-19. Pernyataan ini disampaikan oleh pejabat Kementerian Sains Dan Teknologi China, Zhang Xinmin.
Dia menilai obat bernama favipiravir, yang dikembangkan anak perusahaan Fujifilm, telah mencetak hasil memuaskan dalam uji klinis di Wuhan dan Shenzhen yang melibatkan 340 pasien.
"Favipiravir memiliki tingkat keamanan yang tinggi, yang efektif dalam penanganan pasien corona," ujar Zhang kepada awak media, seperti dikutip dari Guardian, Rabu 18 Maret 2020.
Saham perusahaan dari perusahaan Avigan pun sempat meroket usai pernyataan Zhang yang beredar di media. Sejak COVID-19 mewabah, sejumlah dokter di Jepang telah menggunakan favipiravir untuk mengobati para pasiennya.
6 Dokter Indonesia Jadi Korban Pandemi Corona, Ini Daftarnya
Sejumlah dokter yang menjadi garda terdepan dalam penanganan virus corona di Indonesia dikabarkan meninggal dunia. PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merilis 6 dokter yang menjadi korban pandemi COVID-19.
Berikut daftar keenam dokter yang meninggal dunia dikutip dari akun Twitter @PBIDI, Minggu (22/3/2020):
dr Hadio Ali SpS, IDI Cabang Jakarta Selatan
dr Djoko Judodjoko, SpB, IDI Cabang Kota Bogor
dr Laurentius P, SpKJ, IDI Cabang Jakarta Timur
dr Adi Mirsaputra SpTHT, IDI Cabang Kota Bekasi
dr Ucok Martin SpP, IDI Cabang Medan
dr Toni Daniel Silitonga, IDI Cabang Bandung Barat
Dirangkum detikcom, berikut ini beberapa kisah di balik pengorbanan para dokter Indonesia yang meninggal dalam pandemi COVID-19.
1. Dokter RS Bogor Medical Center (BMC)
Salah satu dokter yang bertugas di Rumah Sakit Bogor Medical Center (BMC), Jawa Barat, Djoko Judodjoko, meninggal dunia. Djoko meninggal diduga akibat terinfeksi virus Corona (COVID-19) karena memang menangani pasien virus Corona.
Adik ipar Djoko, Pandu Riono, membenarkan kabar meninggalnya Djoko. Pandu mengatakan Djoko merupakan pasien suspect Corona. Djoko meninggal pada Sabtu (21/3) pukul 11.15 WIB di RSPAD Gatot Soebroto.
"dr Djoko sudah... sudah dimakamkan kemarin sore di (TPU) Karet Bivak. Meninggalnya siang, dikuburkan sore," kata Pandu saat dihubungi, Minggu (22/3/2020).
2. Dokter dari Dinkes Kabupaten Bandung Barat
Seorang dokter dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang juga bagian dari Satgas Penanggulangan Covid-19 KBB meninggal, pada Kamis (19/3/2020) pagi di rumahnya, di Komplek Nusa Hijau, Kota Cimahi.
Saat dikonfirmasi, Wakil Bupati Bandung Barat Hengky Kurniawan mengatakan dokter tersebut bernama dr Toni Daniel Silitonga, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinkes KBB.
"Iya betul almarhum atas nama dr. Toni, ASN KBB yang juga bagian Satgas Penanggulangan Covid-19, tapi tidak langsung bersentuhan dengan pasien. Tugasnya hanya melakukan pemantauan dan edukasi pada masyarakat," ujar Hengky kepada detikcom, Jumat (20/3/2020).
3. Dokter berusia 34 tahun
Selebriti Raditya Dika mengungkap cerita salah seorang dokter yang meninggal terkait pandemi COVID-19. Dokter tersebut adalah rekan seangkatan semasa SMA dan tengah bertugas saat diduga tertular virus corona dari pasiennya.
"Jam 4 pagi tadi salah satu teman seangkatan saya di SMU 70 dulu telah meninggal dunia karena COVID 19. Umurnya masih 34 tahun, orangnya baik dan pintar. Kebetulan teman saya adalah seorang dokter dan terpapar saat bertugas," tulis Raditya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar