Polemik iuran BPJS Kesehatan seperti tak ada habisnya. Presiden Joko Widodo menaikkan iuran BPJS Kesehatan untuk kelas I dan II, sementara kelas III baru akan naik pada tahun 2021.
Keputusan tersebut tertuang dalam Perpres Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Sebelumnya keputusan Presiden tentang kenaikan iuran dibatalkan oleh Mahkamah Agung.
"Kan ada putusan MA, membatalkan pasal di Perpres 75 tahun 2019 sehingga pemerintah harus menerbitkan payung hukum. Itu pemerintah menjalankan putusan MA," sebut Kepala Humas BPJS Kesehatan, M. Iqbal Anas Ma'ruf, saat dihubungi detikcom, Rabu (13/5/2020).
Adapun ketentuan besaran iuran tersebut sesuai Pasal 34 adalah:
Kelas I sebesar Rp 150 ribu
Kelas II sebesar Rp 100 ribu
Kelas III sebesar Rp 25.500 di tahun 2020 dan Rp 35 ribu di tahun 2021
Untuk kelas I dan II, penyesuaian iuran mulai berlaku pada 1 Juli 2020.
Masih Laporkan Nol Kasus Kematian, Bagaimana Strategi Vietnam Hadapi Corona?
Hingga kini, Vietnam tidak memiliki satu pun kasus kematian akibat virus Corona COVID-19. Karenanya, Vietnam menjadi sorotan di dunia sebab dinilai berhasil tangani Corona.
Mengutip data worldometers pada Rabu (13/5/2020), kasus Corona di Vietnam sebanyak 288 kasus dan 252 di antaranya dilaporkan sembuh dengan 0 kasus kematian. Tentu hal ini adalah pencapaian di tengah pandemi Corona di saat negara lain kembali melaporkan lonjakan kasus Corona dan tengah mewaspadai gelombang kedua.
Apa saja yang dilakukan Vietnam?
Melansir abc.net.au, Hung Le Thu, seorang analisis di Australian Strategic Policy Institute mengatakan para pakar termasuk ahli epidemiolog di Australia pun tak meragukan data yang dilaporkan Vietnam terkait tidak adanya kasus kematian Corona.
"Saya tidak melihat tanda bahaya mengenai ketepatan atau kurangnya transparansi dalam jumlah," kata Sharon Kane, direktur negara Vietnam di Plan International, sebuah LSM yang bekerja pada kesehatan masyarakat.
"Ada realisasi dan pelaporan yang jujur oleh pemerintah sejak awal Januari tentang terbatasnya sumber daya klinis yang tersedia jika epidemi ini terjadi, sehingga Vietnam dengan cepat berusaha menjaga wabah tetap terkendali," lanjut Sharon.
Bergerak dengan cepat dan tegas
Kunci keberhasilan Vietnam dinilai berasal dari pengujian strategis, penelusuran kontak yang agresif, dan kampanye komunikasi publik yang efektif. "Sejak awal, dipahami bahwa ini adalah sesuatu yang sangat serius, virus yang dapat menginfeksi semua orang," kata dr Le Thu.
"Bukan hanya orang yang terpengaruh tetapi semua orang di sekitar mereka," lanjut dr Le Thu.
Vietnam diketahui melaporkan kasus pertamanya pada 22 Januari lalu dan saat itu Vietnam dengan cepat bergerak untuk membentuk gugus tugas menteri yang dikenal sebagai Komite Pengarah Nasional soal Pencegahan dan Kontrol COVID-19.
"Latihan penilaian risiko pertama dilakukan pada awal Januari segera setelah kasus-kasus di China mulai dilaporkan," kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia untuk Vietnam, Kidong Park, mengatakan kepada AAP.
Vietnam pun dikatakan bertindak lebih cepat daripada negara mana pun di dunia di luar China.
Pembatasan penerbangan
Pada 1 Februari lalu, perusahaan penerbangan Vietnam Airlines mengumumkan penangguhan semua penerbangan ke dan dari China, Hong Kong, dan Taiwan. Perbatasan ditutup segera setelah itu, menangguhkan semua penerbangan internasional pada 21 Maret.
"Ada banyak pelajaran dari epidemi SARS tahun 2003, dan pemerintah secara cerdik menggunakan pengalaman yang kaya ini dan bertindak secara bertanggung jawab," kata Sharon Kane.
Mereka yang kembali ke Vietnam diharuskan untuk karantina selama 14 hari di fasilitas yang didanai dan dioperasikan oleh pemerintah. Vietnam telah mengisolasi semua orang yang bahkan dicurigai terinfeksi. Puluhan ribu orang telah dikarantina.
Pada awal Maret, para ilmuwan Vietnam telah mengembangkan beberapa alat uji berbiaya rendah. "Pada saat itu, AS bahkan tidak memiliki tes yang efektif, Vietnam punya tiga," jelas Mike Toole, seorang spesialis penyakit menular dengan Burnet Institute yang berbasis di Melbourne, mengatakan kepada ABC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar