Pakar darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan kebijakan 'lockdown' tak bisa begitu saja diterapkan di berbagai negara untuk perangi corona. Deteksi dan contact tracing disinggung pihak WHO menjadi hal yang lebih penting.
"Yang benar-benar perlu kita fokuskan adalah menemukan mereka yang sakit, mereka yang memiliki virus, dan mengisolasi mereka, menemukan kontak mereka dan mengisolasi mereka," kata Mike Ryan, pejabat WHO, dikutip dari Reuters pada Senin (23/3/2020).
Menurutnya, kebijakan lockdown akan begitu riskan jika tidak dibarengi dengan penerapan langkah-langkah kesehatan di masyarakat secara kuat.
"Bahayanya lockdown adalah, jika kita tidak menerapkan langkah kesehatan masyarakat yang kuat, ketika aturan pembatasan gerak dan lockdown dihentikan, maka bahaya penyakit akan muncul lagi," jelasnya.
Ryan juga mengatakan bahwa beberapa vaksin sedang dikembangkan, tetapi hanya satu yang memulai uji coba di Amerika Serikat. Terkait berapa lama vaksin tersebut akan tersedia, dia mengatakan bahwa orang-orang perlu realistis.
"Kita harus memastikan bahwa itu benar-benar aman, kita berbicara setidaknya satu tahun," katanya.
Angka Kematian Corona RI Capai 9,3 Persen, Ini Kemungkinan Penyebabnya
Kasus positif virus corona di Indonesia telah menyentuh angka 514 jiwa dan 48 orang di antaranya meninggal dunia. Jika dihitung persentase CFR (case fatality rate) atau tingkat kematian saat ini, Indonesia telah mencapai 9,3 persen meningkat di beberapa hari sebelumnya yang hanya berkisar 8,4 persen.
"Jadi memang CFR kita tinggi kemungkinan karena deteksi kasus di Indonesia masih sangat kurang sehingga yang terdeteksi saat ini adalah orang dengan gejala sedang sampai berat sehingga case fatalitynya bukan di antara seluruh kasus tapi dari kasus yang memang bisa mengakses pemeriksaan laboratorium," jelas Nurul Nadia, konsultan kesehatan masyarakat dari Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), kepada detikcom, Senin (23/3/2020).
Jika dilihat dari segi demografis, harusnya angka kematian di Indonesia sama seperti di Korea Selatan karena didominasi oleh penduduk usia produktif. Nadia menyebut di Italia angka kematian cukup tinggi karena struktrur demografis usia penduduk di sana banyak yang lanjut usia.
Menurut Nadia, jika pemerintah bergerak cepat menemukan seluruh kasus baik yang bergejala ringan, sedang, maupun berat, angka tingkat kematian virus corona bisa diturunkan. Meski demikian ia tetap mengingatkan persentase kematian di Indonesia bisa tetap lebih tinggi dari angka global apabila intervensi lain seperti pembatasan sosial, karantina wilayah, atau isolasi diri lemah.
"Ditambah kapasitas layanan kesehatan kita masih relatif rendah. Jadi bisa saja CFR-nya turun tapi belum tentu lebih rendah dari angka global dengan kebijakan yang tidak agresif," pungkas Nadia.
Italia yang sering disebut jadi episentrum wabah corona di Eropa pada hari Senin (23/3/2020) memiliki CFR 9,25 persen. Di lain sisi, Iran yang disebut episentrum corona di Timur Tengah memiliki CFR 7,78 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar