Selasa, 08 September 2020

3 Penyebab Hilangnya Nafsu Makan di Pagi hari

 Sebelum melakukan aktivitas, sarapan di pagi hari wajib dilakukan. Hal ini karena sarapan memberikan energi pada tubuh untuk melakukan aktivitas.
Namun, sebagian orang merasa tidak sarapan dengan alasan tidak merasa lapar dan kehilangan nafsu makan. Kira-kira, apa ya penyebabnya?

Berikut 3 alasan tidak nafsu makan di pagi hari, seperti dikutip dari berbagai sumber:

1. Terlalu banyak makan sebelum tidur
Beberapa orang menganggap perut kenyang membantu agar cepat tidur. Tetapi, para ahli mengatakan makan berat sebelum tidur justru mengganggu tidur. Hal ini karena tubuh bekerja keras untuk mencernanya.

Selain itu ketika terlalu banyak makan di malam hari, lambung masih bekerja untuk mencerna makanan saat bangun tidur. Akibatnya, perut belum mengirim sinyal rasa lapar di pagi hari.

"Tubuh Anda baru saja menyelesaikan proses pencernaan, sehingga tanda lapar Anda belum terjadi." ucap ahli diet Lisa Hayim, dikutip dari Elitedaily.

2. Pengaruh hormon
Hormon sangat berkaitan dengan nafsu makan dan mual di pagi hari. Ahli gizi Bridget Bennet mengatakan bahwa sebelum bangun tidur, tubuh mengeluarkan beberapa hormon. Lonjakan hormon ini menjadi salah satu penyebab mual di pagi hari dan membuat tidak nafsu makan.

3. Tubuh telah beradaptasi
Tubuh akan selalu beradaptasi dengan kebiasaan. Salah satunya adalah tidak melakukan sarapan. Seseorang yang terbiasa tidak sarapan cenderung akan selalu merasa kenyang saat pagi hari.

Kebiasaan melewatkan sarapan bukanlah yang sehat untuk tubuh, cobalah untuk mengkonsumsi sedikit makanan seperti roti.

Punya Gejala Batuk Menetap? Waspadai Happy Hypoxia COVID-19

 Happy hypoxia menjadi gejala virus Corona COVID-19 yang cukup ramai diperbincangkan. Pasalnya, gejala Corona kekurangan kadar oksigen ini sulit dideteksi karena tidak menunjukkan gejala seperti sesak napas.
Prof Menaldi Rasmin, Dewan Penasehat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai gejala ini. Ia mencontohkannya dengan video yang sempat viral ketika seseorang tiba-tiba jatuh di jalanan. Menurutnya, kemungkinan hal itu adalah happy hypoxia.

Maka dari itu, Prof Menaldi dengan tegas mengingatkan untuk tidak menganggap diri sendiri sehat karena tidak bergejala saat dinyatakan positif COVID-19. Ada kondisi yang perlu diperhatikan.

"OTG tapi batuknya menetap, mulailah berpikir dan bergerak ke RS apakah paru-paru saya ikut terlibat. Jangan pernah menganggap diri saya sehat jangan pernah menganggap diri saya tidak bergejala kalau ada batuk yang menetap cepat pertimbangkan," lanjutnya dalam konferensi pers PDPI, Selasa (8/9/2020).

Prof Menaldi juga ikut menyoroti penggunaan pulse oximeter untuk mendeteksi dini gejala happy hypoxia. "Sebetulnya kalau setiap orang memiliki pulse oximeter bagus sekali ini berarti tingkat pemahaman masyarakat sudah lebih tinggi," pungkasnya.

Ternyata Usia Bisa Menentukan Kualitas Seks, Begini Penjelasannya

Melakukan hubungan seks memang menyenangkan, tapi tahukah kamu kalau usia seseorang bisa memengaruhi kualitas seks yang dirasakan?
Survei yang dilakukan Singles in America pada tahun 2018 kepada 5.000 orang dari segala usia, etnis, dan tingkat pendapatan di Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa wanita yang berusia 66 tahun dan pria berusia 64 tahun mengaku memiliki seks terbaik.

"Saya pikir ini menegaskan bahwa seks yang hebat bukanlah tentang memiliki tubuh yang sempurna, atau menjadi muda, atau standar apa pun yang telah kita ketahui tentang hubungan seks," kata Richmond Holly, seorang terapis seks, seperti yang dikutip dari The Healthy

"Sebaliknya, seks yang berkualitas adalah tentang mengenal diri sendiri dan mampu mengomunikasikan apa yang dirasakan oleh pasangan," lanjutnya.

Penelitian yang dilakukan oleh University of Michigan pun menunjukkan bahwa 85 persen orang dewasa yang aktif melakukan hubungan seks, mengaku aktivitas tersebut sangat penting bagi kualitas hidup mereka.

Studi lain yang berfokus pada wanita juga mengatakan bahwa 54 persen wanita merasa hubungan seksnya terasa lebih menyenangkan seiring bertambahnya usia.

"Rasa bahagia dalam berhubungan seks yang meningkat, bisa jadi karena wanita tidak lagi mengkhawatirkan kehamilan, memiliki lebih banyak waktu luang, dan berkurangnya stres akibat pensiun," ucap dr Carla Marie Manly, seorang psikolog klinis dan juga penulis Joy from Fear.
https://nonton08.com/matchless-mulan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar